chapter 12

15.7K 554 21
                                    

Kedua bola mataku tak henti-henti menatap gelisah pada layar samsung yang terbaring di atas telapak tanganku, 'ponselku eror atau operator lalai salah alamat menyampaikan pesan? Dari beberapa aplikasi tak ada satupun pesan apalagi panggilan masuk darinya' gerutuku dalam hati.

"Naaaaaaa" teriak widya tepat di depan lubang telingaku.

Menepuk-nepuk pelan telinga kanan yang bergetar hebat efek teriakan widya, "kebiasaan deh pakai toa, lama-lama sama kamu harus check up ke THT" ucapku sebal.

"Salahmu punya telinga cuma buat hiasan, aku ngomong panjang lebar dari tadi terbuang sia-sia" mulai nih cerocosan pembelaannya.

"Aku dengerin kok"

"Aku ngomong apa coba" tanyanya sengit. Aku melempar cengiran kuda, sungguh aku tak mendengar suara apapun di sekitaranku karnaku terlalu terhanyut dengan pikiran tentang putra.

"Aku tahu tubuhmu di sini tapi pikiranmu melayang mikir si poseidon ya kan?"

"Begitulah, dia 3 hari di jakarta tapi ini hari jumat bukan? Dia sama sekali belum chat atau telepon lagi, terakhir hubungiku malam selasa" terangku.

"Dia sibuk, santai saja lah. Kalau kamu jadi aku pasti galau jadi makanan sehari-hari tapi lihat aku santai kayak di pantai, aku menyadari pekerjaan edo di kilang minyak lepas pantai" aku terheran dengan widya yang terlihat dewasa menasehatiku.

"Eh tuh pak drajat pembimbingmu masuk ruangannya, cepetan ke ruangannya sebelum diserobot orang lain" ucapku cepat yang tak sengaja melihat dosen pembimbing widya.

Widya melonjak cepat berdiri menenteng map berisi draf laporan TA, "Sorry aku tinggal sendiri".

Sepeninggal widya, aku terduduk di deretan kursi dalam gedung D fakultas ekonomi. Mahasiswa lain banyak tapi aku tidak mudah berbincang dengan orang yang benar-benar akrab.

Jam di layar samsung menunjuk angka 10.15, sewaktu kutelepon bu diyan, dosen pembimbingku. Beliau berkata akan sampai kampus jam setengah sepuluh. Mungkin macet atau ada kepentingan mendadak.

Sampai kapanpun, mahasiswa yang selalu membutuhkan dan mengejar dosen jadi bersabarlah untuk menunggunya walau sampai akar menjalar keluar dari tubuh hingga mengitari kampus.

"Ehmmm"

Aku menoleh pada asal suara yang berada di samping kananku, suara yang tak asing.

"Hai ana, apa kabar?" Sapa seorang lelaki yang kukenal, dia adalah evan teman satu kelompokku saat ospek dulu.

"Baik, kamu van?" Tanyaku balik.

"Baik juga, kamu sudah mulai mengerjakan laporan?"

"Ya" jawabku singkat "kamu ada janji sama dosen?" Akhirnya aku menemukan pertanyaan membuka kecanggungan.

"Ya sama bu diyan beliau dosen pembimbing akademikku, biasalah KRS" jawabnya.

"O... kebetulan aku juga menunggu beliau, bu diyan dosen pembimbing laporan TA ku" kini kecanggungan sedikit terurai.

"Na, bu diyan tuh" aku menoleh ke kiri terlihat bu diyan memasuki ruangannya. "Kamu duluan, aku setelahmu saja" ucapnya lagi, membuatku merasa canggung lagi.

"Terima kasih ya" kataku tersenyum tulus.

Selama empat puluh menit aku mendengarkan ceramah dan menatap nanar pada drafku yang dicoret sana sini, akhirnya bimbingan hari ini dinyatakan cukup.

Aku kembali ke kursi yang tadi, di atas kursi itu masih ada evan, mahasiswa jurusan managemen internasional yang pernah mengejarku hingga menembakku. Untung menembak pakai cinta coba pakai pistol, dipastikan aku minimal terluka maksimal meninggal dunia. Satu kata, ngeri.

I Love U BossDonde viven las historias. Descúbrelo ahora