Chapter 11

478 83 44
                                    

"Kalaupun cintamu hanyalah fatamorgana di kehidupanku, aku akan menjadi udara yang akan menyatu dan bersamamu walaupun tak disadari."

*****

~Floren POV'S~

Aku tersenyum mengingat kejadian tadi yang tak terduga, seorang pangeran tampan yang ku kagumi melalui dunia maya kini hadir dalam dunia nyataku. Menggapai salah satu ilusiku dari sekian imajinasi yang tak pernah kukira akan terwujud.

Hatiku berdebar kencang, disaat yang bersamaan pula aku merasa perasaanku kosong, dan seolah banyak kupu-kupu yang berterbangan menggelitiki perutku. Aku gemetar, kakiku lemas tak berdaya untuk sekedar menahan berat badanku, bahkan tanganku pun berubah menjadi dingin seperti vampir.

Sebegitukah efekmu itu Alfan? Hingga kini membuatku berada di dalam toko "Teenagers" hanya untuk membeli buku diary, yang kedepannya pasti akan ada banyak namamu yang ku coret sebagai peran yang melintas dalam kisahku. Dan inilah bukti bahwa peranmu itu penting sampai akupun berani melanggar peraturan yang di buat oleh mama agar tidak keluyuran sepulang sekolah.

Aku memilih buku diary A5 bersampul pink dengan gambar bunga sakura. Kenapa sakura? karena aku menyukai segalanya tentang bunga sakura. Bahkan parfum yang kugunakan saat inipun beraroma bunga sakura dengan kadar sillage yang tinggi.

"Heh Floren, ngapain senyum-senyum sendiri? Gila ya?"Dina menepuk bahuku, Aku baru menyadari bahwa aku tidak datang sendirian ke toko 'Teenagers' melainkan bersama Dina, si cerewet dari gua hantu.

"Ya gue gila gara-gara temenan sama lo."

"Beneran gara-gara gue? Bukannya gara-gara pangeran dari Andromeda itu ya?" Ucap Dina sambil menaik-turunkan Alisnya menggodaku.

"Ini murni gara-gara lo."

"Iya gara-gara gue nunjukin foto si Alfan waktu itu makanya lo jadi tergila-gila."

"Semerdeka lo aja deh Din, mendingan kita bayar ini belanjaan, terus pulang deh."

"Lah lari dari kenyataan lo Ren."

Dina pun mengejarku yang telah berjalan lebih dulu jauh didepannya. Selesai membayar, aku dan Dina berjalan menuju halte depan toko.

1 jam kemudian....

Aku baru menemukan angkot yang mengarah kerumahku. Aku pun berpisah dengan Dina karena memang rumah kita berbeda arah. Di angkot aku masih memikirkan tentang perasaanku yang sekarang tidak bisa diajak kompromi. Aku sadar, mencintai pacar orang itu tidak salah tapi aku takut bila ambisiku yang ingin memilikinya menjadikanku seorang tokoh antagonis dalam kisahku sendiri.

Tak terasa angkot kini telah berhenti di depan rumahku. Aku menyodorkan selembar uang 5000 kepada kernet. Aku berjalan dengan hati deg-deg an. Entah kenapa akupun juga tidak tahu.

"Assalamualaikum, aku pulang." Teriakku sambil membuka pintu utama rumahku yang tidak terlalu besar ini.

"Wa'alaikumsalam" jawab mamaku yang sedang memasak di dapur karna memang sekarang jam telah menunjukkan pukul 4 sore.

Aku melangkahkan kakiku menaiki tangga, lalu aku memasuki ruangan yang di pintunya terdapat gantungan bertuliskan nama lengkapku dan tanggal lahirku.

Aku menggeletakkan tasku begitu saja lalu masuk ke kamar mandi, setelah mandi aku mengenakan kaos pendek dan celana bahan selutut. Ku buka buku diaryku yang masih tersegel dan aku mengambil bolpoin warna pink di dalam gelas tempat pensil di meja belajarku.

*****

Dear diary,

Aku sengaja membelimu untuk menjadi temanku selagi aku berkelana dengan hati yang tak menentu.

imaginationWhere stories live. Discover now