Chapter 15

224 40 4
                                    

"Jangan sekedar berikan aku minat, sesekali ijinkanlah aku menunjukkan bakatku untuk menarik hatimu."

*****
Floren POV'S

Beritahulah aku jika perasaan ini salah, sadarkanlah aku jika hati ini terasa terinjak-injak, Tolong tidurkanlah pikiranku jika aku tidak bisa menghentikan rasaku sendiri.

Karena mungkin seluruh organku sudah mati rasa hingga meskipun hatiku sudah terpental jauh, kenyataannya sekarang aku tetap membantu kak Alfan menghias taman untuk kejutan Anniversarrynya dengan Elfreda yang pertama.

"Flor lo kenapa ngelamun gitu? Lo nggak ikhas bantuin gue?" Tanya Kak Alfan sambil menepuk pundakku.

"Nggak kok kak. Ini aku baru mau tiupin balon-balonnya." Sahutku.

"Oh baguslah, sini gue tiupin yang sebagian." Kak Alfan mengambil balon yang belum terisi udara itu untuk dibawanya ke bangku taman yang terletak di belakangku.

Aku hanya tersenyum getir meratapi nasib, bahkan sekarang wajah Kak Alfan berseri-seri, dia sungguh menyiapkan kejutan yang benar-benar luar biasa untuk Elfreda. Mungkin benar jika cinta Kak Alfan kepada Elfreda begitu besar sampai-sampai aku tidak dapat mengikisnya.

"Flor habis ini ikut gue yuk!" Ajak kak Alfan.

"Kemana?" Tanyaku.

"Ke toko perhiasan, gue mau beliin gelang buat Elfreda tapi gue nggak ngerti soal begituan. Gimana lo mau kan temenin gue?"

"Hmmm," sahutku.

"Yang ikhlas dong jawabnya."

"Iya, gue mau."

Bodoh. Kenapa malah kalimat itu yang terlontar dari mulutku. Bukankah aku terlalu stress? Aku hanya akan menyakiti diriku sendiri jika aku menemaninya membelikan kado untuk Elfreda.

Aku kembali meniup balon dengan tiupan yang kencang, menjadikannya pelampiasan emosiku yang sudah menggunung hendak meletus. Aku mencoba menyalurkan kecemburuanku lewat balon-balon tak berdosa itu.

Dorrrrr!!!!!

Seolah takdir memusuhiku, kini balon yang ku tiup dengan sekuat tenaga malah meletus dengan tidak tahu diri. Rasanya aku ingin menangis, menangisi nasibku yang porak poranda.

Tesss.....

Tanpa terkontrol, tanpa bisa aku cegah, tanpa sadar air mataku keluar bercucuran ke pipiku yang tirus. Aku berpikir apakah aku hanya lelucon takdir?

"Flor lo kenapa kok nangis sih?" Tanya kak Alfan. Aku hanya diam saja tanpa minat menjawabnya.

"Nih! Minum dulu gih!" Perintah Kak Alfan.

Akupun meminum air itu, perasaanku sedikit lega mungkin karena kristal hidrogen pada sebotol air itu.

"Lo kalo kaget harus nangis gitu ya?" Tanya Alfan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Aku hanya mengangguk sambil sesenggukan. Perasaanku kalut seolah hanyut terbawa aliran kepedihan. Kak Alfan bahkan tidak sadar jika aku merasakan sakit karenanya.

"Udah dong lo nangisnya. Masak gegara balon meletus aja lo nangis kayak gini. Alay tau nggak sih?" Ejek Alfan yang bertujuan untuk menghentikan tangisku.

"Ya udah deh, gimana kalo kita langsung ke toko perhiasan. Biar nanti Althaf dan Millen yang rapiin desain kita." Ajak Alfan. Akupun menuruti ajakannya.

******

#Author Pov's

Sesampainya di toko perhiasan Floren hanya mematung, melihat Alfan yang sibuk memilih gelang di antara deretan benda berbentuk lingkaran yang terpajang di etalase. Alfan menemukan gelang yang cocok dengan Elfreda, namun Alfan bingung tidak bisa memastikan apakah gelang itu muat buat Elfreda.

imaginationWhere stories live. Discover now