16. Who is He

8.2K 447 3
                                    

Ivan Pov.

"Aku ke toilet dulu ya?" setelah melihat ku mengangguk Alera bergegas melangkah ke kamar mandi.

Aku terkekeh melihat punggung gadis itu. Agaknya kurang coock jika gadis itu memakai pakaian seperti sekarang, tapi yah... apapun yang dipakai gadis itu tetap terlihat cantik.

Eng... aku juga jadi ingin ke toilet. Aku membelokkan langkahku ke kanan. Sambil bersiul menapaki lorong yang sepi dengan lampu yang agak remang. Ugh, jadi merinding. Alera berani ya ke toilet sendiri, biasanya perempuan itu aneh, ke mana-mana bawa teman sampai ke toilet juga bawa teman.

"Alera!"

Suara itu mengintrupsi langkah ku. Aku berhenti di tempat, melihat Alera memutar tubuhnya. Matanya membulat seperti terkejut dengan apa yang dilihatnya saat ini. Dia sepertinya tak menyadari keberadaan ku disini. Penerangan yang remang membantunya untuk tidak mengenali ku, terlebih aku berada cukup jauh dari mereka.

Aku melihat ke arah laki-laki dengan celana abu-abu dan seragam batik sekolah lain tengah berdiri beberapa langkah darinya. Laki-laki itu membelakangi ku jadi aku tak dapat melihat wajahnya.

"Daffa?" panggil Alera

Jadi nama laki-laki itu Daffa, siapa dia?

Mataku membulat tak percaya dengan pemandangan yang ada di depanku saat ini. Alera memeluk laki-laki itu! Memeluk! Hell yeah, aku saja yang pacarnya tidak pernah dipeluk, dasar perempuan itu!

Lelaki itu membalas pelukan pacarku. Dapat ku lihat senyum di wajah Alera, dia sepertinya sangat senang. Persetan dengan siapa laki-laki itu! Tidak seharusnya Alera memeluknya seperti itu, aku segera melangkah mendekati mereka.

"Aku kangen kamu."

Perkataan itu membuat langkahku kembali terhenti. Suara halus gadis itu, bahkan dia tidak pernah mengataan rindu padaku. Aku sudah tidak tahan melihat drama ini.

"Alera!" panggilan keras ku mengintrupsi mereka. Membuat pelukan itu terlepas.

Lelaki itu berbalik, menunjukkan wajah yang sedari tadi membuat ku penasaran. Hell, lumayan juga.

"Ivan?" Oh look! Sekarang si tuan putri sepertinya terkejut dengan keberadaan kurcaci yang tak dianggapnya di sini.

Aku berjalan mendekat kemudian berdiri di samping pacarku. Memberi tatapan tidak suka pada lelaki yang kini berhadapan denganku. Cih, dia tersenyum.

"Daffa, ini Ivan."

"Oh. Hai, gue Daffa." Laki-laki itu mengulurkan tangannya

Kedua alisku terangkat menatap tangan yang terulur ke arah ku itu. Dengan malas aku membalas jabatannya. "Giovano Nsution. Pacar Alera." Tekanku

"Nasution?" laki-laki itu mengangkat alisnya. Terkejut eh? Hya.. hya... keluargaku memang seterkenal itu. Hm, santai saja.

"Daf, lo ada di sini juga? Emang lo sekolah di mana sih? Sekolah lo ikut acara ini juga?"

Lihat. Kemana gadis jutek dengan wajah datar itu? lenyap seketika begitu bertemu dengan laki-laki yang entah dari mana asal-usulnya itu.

Laki-laki itu menyebutkan nama sekolahnya. Aku hanya menjadi penonton namun menulikan pendengaranku, terfokus pada ekspresi wajah Alera yang nampak antusias. Bahkan dia melupakan niatnya untuk ke toilet, err sama sepertiku. Ah, sudah aku muak.

"Al, kamu ga jadi ke toilet? Tadi kayanya buru-buru banget." Aku meotong pembicaraan mereka berdua

"Oh iya hampir lupa. Eh, kamu sendiri ngapain ke sini?"

My Bad BoyOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz