29. Forgive Me Please

10.4K 397 12
                                    

Alera POV.

Masih dalam keterkejutanku ketika Ivan membisikan kata-kata itu tepat di telingaku. Darahku berdesir dan jantungku berdetak lebih cepat. Ada apa dengan dia? Kenapa sikapnya menjadi seperti ini? Ini aneh tapi... aku menyukainya.

Ivan mengeratkan pelukannya dan ketika itu juga aku tersadar. Aku melepaskan pelukannya lalu menatapnya sengit. Tapi sepertinya dia sedang hilang akal karena dia justru tersenyum lebar sambil menatapku dengan mata berbinar.

Aku melangkah melewatinya. Terdengar suara pintu tertutup di belakangku dan aku tahu setelahnya Ivan mengikutiku berjalan ke kamar kami. Ivan masuk ketika aku sedang mengambil baju ganti di lemari. Dia duduk di pinggir kasur dan aku tahu dia memperhatikan ku, tapi aku hanya diam.

"Kok pulangnya malem?" Aku hanya diam, malas menanggapi.

"Kenapa kamu ga bilang kalo pulangnya malem? Aku pikir kamu kemana, aku khawatir tau."

Khawatir? Benarkah?

"Kamu udah makan, ra?"

Aku menghela nafas sebelum berbalik untuk menatapnya. "Kenapa? Lo belom makan kan? Yaudah tunggu, nanti gue masak jadi ga usah bawel." Aku segera masuk ke kamar mandi untuk mengganti pakaian.

***

Author POV.

Ivan dan Alera tengah menikmati makan malam mereka dengan tenang. Dan seperti biasa, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.

Ivan memikirkan tentang semua yang baru dia temukan hari ini. Kenyataan tentang istrinya. Tentang kenapa selama ini Alera tidak ingin orang-orang mengetahui identitasnya yang sebenarnya. Dan kenyataan bahwa Alera adalah gadis yang dia temui di pesta perusahaan Trisdantyo beberapa bulan lalu. Gadis yang sempat mencuri perhatiannya dan terus membayanginya berhari-hari.

Alera melirik sekilas ke arah Ivan. Laki-laki itu tengah asik dengan makanannya. Dia memikirkan bagaimana caranya mengatakan pada Ivan tentang rencananya ikut menginap ke villa milik keluarga Daffa.

"Ivan."

Panggilan itu sedikit menyentak Ivan. Dia seperti menemukan Oase di gurun ketika mendengar Alera memanggilnya terlebih dulu. Dengan wajah berbinar dia menatap istrinya yang seperti sedang mengatur kata-kata untuk dibicarakan.

"Iya, apa?" jawabnya.

"Minggu ini gue mau pergi nginep."

Ivan mengernyit. "Kemana?"

"Villa, di puncak."

"Sama siapa?"

Ini dia pertanyaan yang Alera hindari tapi dia tahu kalau Ivan pasti akan menanyakannya. "Daffa." Pada akhirnya dia harus tetap mengatakannya juga kan?

Raut wajah Ivan seketika berubah. Alera menjadi gugup ditatap lurus dengan wajah datar oleh lelaki itu. Gadis itu hanya menyantap makanannya perlahan untuk menghindari tatapan Ivan.

Ivan tersenyum miring seraya mendengus membuat Alera beralih menatapnya. Laki-laki itu terkekeh kecil sebentar sebelum akhirnya kembali menatap lurus pada Alera. "Aku bingung sebenernya dia tuh siapa kamu sih? Dimana ada kamu pasti ada dia, apa hubungan kalian sedekat itu?" Alera hanya diam, masih merasa terintimidasi dengan tatapan yang diberikan Ivan.

"Dan sekarang kamu mau nginep bareng dia? Alera, aku ga tau apa yang ada di pikiran kamu. Kita aja ga ada honeymoon kaya newlyweds lain dan kamu malah mau pergi nginep sama laki-laki lain?"

Tatapan itu... entah apa artinya, tapi Alera merasa hatinya mencelos. Entah karena Ivan sedang menuduhnya yang tidak-tidak saat ini atau karena dia merasa kalau Ivan sedang kecewa?

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang