Kangen - Bagian 1

523 3 0
                                    

Aku berdiri mematung di bawah guyuran hujan. 

Aku sudah tidak perduli lagi. 

Dinginnya air hujan tidak sebanding dengan sakitnya hatiku.


'Bagaimana kabarmu, Nin?' tanya Mama padaku.

Aku berusaha menjawab dengan nada ceria. Namun sepertinya usahaku tidak berhasil. Jawaban Mama dari seberang sana terdengar sedih.

'Ada apa sayang? Cerita sama Mama.....' ujar Mama 

Air mata menggenangi pelupuk mataku. Aku menghela nafas dan berusaha tegar. Aku pun menjawab, 'Aku ga apa-apa, Ma. Ga usah khawatir.'

'Mama khawatir sama kamu. Rasanya ada yang berubah sama kamu.'

Naluri seorang ibu begitu kuat. Mustahil aku bisa menipu ibu kandungku sendiri. Mama tahu ada yang salah dengan diriku. Ada yang salah dengan hidupku.

Ingin rasanya aku menangis dan menumpahkan segala keluh kesahku pada mama.

Tapi.....

Tidak mungkin kuceritakan masalahku pada Mama. Tidak akan ada yang mengerti semua pusaran masalah itu. Bahkan mama sekalipun.

Bagaimana mungkin kuceritakan kehidupan rahasiaku sebagai wanita kedua?

Maafkan aku Mama.... Anakmu ini sudah memilih jalannya sendiri....

                                                                  ***

Sudah sebulan aku belum bertemu dengannya. Ratusan sms dan telepon tidak bisa mengobati rasa rinduku padanya. Aku ingin menemuinya. Aku ingin memeluknya. Menatap matanya. Merasakan hangat tubuhnya.

Dimas.... Aku ingin bertemu dengan Dimasku....

Apa daya, lelakiku itu tidak bisa semaunya menemuiku. Dia harus mencari waktu yang tepat sebelum pergi dan meninggalkan rumahnya.

Ya, rumah dimana dia tinggal bersama istri dan anaknya....

Dimasku sudah menikah. Dimasku suami orang....

                                                              ***

'Nina...' ujarnya begitu aku membukakan pintu untuknya.

Aku tersenyum padanya lalu memeluk erat tubuhnya. Akhirnya aku bisa bertemu lagi dengannya.

'Apa kabarmu?' tanya Dimas seraya merapikan anak rambutku.

Aku tidak bisa menjawab, hanya menatapnya. Kubenamkan wajahku di dadanya.

'Hei... lepaskan aku, sayang.' ujarnya setengah tertawa.

Aku tidak melepaskan pelukanku. Dimas berhenti tertawa dan membalas pelukanku. Waktu pun seakan berhenti. Kami berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun.


Bersambung.....







Cinta dan Rahasia - Kumpulan CerpenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora