pengajian dan Halte Bis

420 9 0
                                    

     Lagu (Desember) yang merdu, pagi hari yang mengasikan disambut perempuan berparas ayu dengan lantunan lagu, memecah kekhusyukan pagi.
"Na..ayo sarapan ,Nduk!"
"Bentar bu, Nayna belum selesai."
Setelah dandanannya dirasa sudah "klik" ,Nayna atau yang kerap dipanggil Nana menghampiri kedua orang tuanya dimeja makan.

"Ya ampun ,Na kamu mau kuliah apa mau kemana sih?"
"Kenapa bu?"
"Baju kamu ganti sana Na, kurang sopan dilihat", Ucap ayahnya.
"Udahlah bu,yah. Nayna berangkat dulu!", setengah berlari membawa sepotong roti tawar ditangannya.
"Hey nanti segera pulang...ingat ada pengajian akbar,Na.."
Ibunya berteriak.

"Nana,kita jalan yuk!"
"Enggak ,ah ,Ndah. Tadi nyokap nyuruh gue buat balik cepet. Katanya sih ada pengajian akbar gitu deh", sambil mengangkat bahu. Sontak seluruh temannya kaget dan langsung menghujani pernyataan tersebut dengan tawa yang menggelak-gelak,
"Aduh,Na terus apa hubungannya ama lo?"
"Emang elu mau ikut ke Pengajian itu?"
"Hahaha...", Tawa teman-temannya meledek gadis ayu itu.
Nayna cuek dan melenggang pulang.

     Nayna menuju halte bis dengan hati dongkol dan marah-marah.Dirinya sebal karena ejekan kawan-kawannya tadi di Kampus. "Memangnya nggak boleh apa aku ikut ke pengajian."
Sedang dari kejauhan terdengar suara kernet bis yang mulai nyaring mendekati Nayna dan para penunggu lain di Halte.
"Yuk yang turun yang turun ,kiri..kiri..kiri!"
Serentak bis menjadi hiruk pikuk, penumpang naik turun alang melintang. Nayna berebut dengan penumpang lain untuk masuk kedalam bis dengan hati masih menggerutu, tiba..tiba..

BRUKK..!

"Aduh!" ,Nayna memekik.
Penumpang dari dalam bis yang hendak turun bertabrakan dengan Nayna yang sudah menggapai mulut pintu bis, akibatnya Nayna tersungkur kejalan.
"Kamu tu gimana sih ,jalan kok ga' pake mata. Lihat tuh bis-nya jalan kan. Gue jadi ketinggalan deh, ah elu nih gara-gara!"
"Maaf ukhti. Saya tidak sengaja."
"Ah kamu ini gimana caranya gue pulang coba. Mana nyokap nyuruh buat balik cepet juga."
Tak lama dari kejauhan terlihat bis datang lagi menuju halte itu, "Nah itu ukhti...bis selanjutnya datang juga. Jika kita sabar insyaalloh Alloh akan memudahkan. Jangan marah-marah seperti tadi!"
Nayna hanya memperhatikan lelaki itu dengan muka "nyinyir".
Dalam hati dongkolnya beranak-pinak. Di dalam bis-pun hati kecilnya terus menggerutu, "Aneh sekali lelaki itu, cakep sih. Tapi sayang gaya pakaiannya ala-ala santri. Mana Formal banget pakek ceramah pula. Hih.!"

     Sesampainya dirumah, Nayna langsung mandi serta berpakaian jilbab. Bros bunga cantik tak lupa ia sematkan dijilbabnya.
"Wah, lihat bu anakmu yang satu ini,kan cantik kalo berjilbab kayak gini. Apalagi kuliah juga." Puji pak Bahrim seketika mendapati putrinya yang ayu.
"Apa sih ayah ini. Nay malu tauk!"
"Loh kan cantik ya yah kalo misal Nana kayak gini. Jilbaban terus pas keluar rumah." Puji ibunya juga.

-------Akhirnya mereka sekeluarga berangkat menuju pengajian di Masjid An-Nawawi-------

"Buk ,aku kesana dulu ya. Ikut jama'ah laki-laki. Ibu hati-hati sama Nayna." Pamit pak Bahrim sesampainya di masjid An-Nawawi.
"Iya yah. Nanti sms ya." Jawab bu Yanti.
"Kita cari tempat ya ,Na," Nayna hanya mengangguk, mengiyakan apa perkataan ibunya. Sejujurnya Nayna enggan menghadiri acara seperti ini, Nayna lebih senang ketika bepergian dengan teman-temannya tadi,jalan-jalan ke mall dan kongkow di Cafe-cafe remaja.
"Ah males sekali aku, jika tidak demi ibu dan ayah, aku tak mau ke acara seperti ini. Panas dan berdesak-desakan ,bau keringat dimana-mana." Gerutunya dalam hati, menambah paras ayunya semakin mempesona dengan peluh didahinya.
"Kamu tau ga' Na ,kalau penceramahnya kali ini tu seorang kyai kondang dan lebih lagi dia punya anak angkat yang guanteng pisan. Ibu jadi kepingin punya mantu kayak Gus itu." Bu Yanti menunjuk kearah panggung. Sekejap Nayna terbelalak, matanya menyipit seolah mencermati dengan jeli apa yang ditunjukkan ibunya. "Gila..", umpatnya dalam hati. Jantung Nayna berdegup kencang ,entah perasaan antah-brantah dari mana yang tiba-tiba hinggap dihatinya.
"Lelaki itu, dia adalah putra angkat kyai kondang?". Pikirnya seolah dibawa de javu dengan insiden di Halte bis tadi siang. Saat lelaki tampan tapi 'katrok' tak sengaja menabraknya. Dan kini lelaki itu pula berada diatas panggung didepannya, duduk bersebelahan dengan ayah angkatnya yang seorang penceramah kondang.

                          **
"Bu, aku mau ke toilet dulu ,ibu tunggu aja ayah disini. Pengajian baru selesai,orang-orang masih ramai." Lalu Nayna meninggalkan ibunya untuk pergi mencari kamar mandi. Sepenghujung acara selesai Nayna sedari tadi hanya memperhatikan wajah lelaki itu. Dalam hatinya bertanya-tanya ,jika pemuda itu adalah anak kyai kondang, lalu untuk apa ia repot-repot berdesakan naik bis umum seperti tadi untuk datang ke pengajian ini, bukankah ayahnya adalah kyai masyhur yang terkenal dan mapan. Saat tengah berjalan dengan asyiknya, "Tunggu! Assalamualaikum ukhti."
Tiba-tiba sapaan lembut menghampiri telinganya, seolah Nayna sudah hafal dengan suara tersebut,suara yang jauh dari sapaan teman-teman sebegajulannya d Kuliah.
"Apakah kamu yang tadi tidak sengaja bertabrakan dengan saya di halte?"
Seketika senyum meringis terpampang diwajah gadis ayu itu,setengah malu-malu tapi bercampur senang. Aneh memang, hatinya tak pernah sesejuk ini sebelumnya.
"Eh ,i iya waallaikumsalam..", jawabnya singkat dan gelagapan. "Kamu datang ke pengajian ini juga?"
"Iya,makannya tadi gue marah-marah ketika kamu menabrakku. Soalnya aku buru-buru mau ikut ibuku ke pengajian akbar ini."
Lalu lelaki seorang gus tersebut memanggut-manggutkan kepalanya.
"Maaf ya tadi saya memarahi kamu. Saya tidak tahu kalau kamu itu seorang putra kyai kondang ,ah jadi malu deh!"
Nayna berkata sambil tertunduk, tiba-tiba saja bahasanya menjadi 'saya kamu' bukan lagi 'loe gue'. Aneh memang!.
Seketika lelaki muda ganteng itu menyela ucapan Nayna,"Oh tidak apa-apa ukhti saya maafkan, saya juga yang salah," pemuda itu tersenyum sambil menahan tawa.
"Ya sudah..maaf menghentikan langkahmu ukhti. Lain kali jika ada kesempatan semoga Alloh mempertemukan kita lagi. Sekarang saya mohon pamit. Assalamualaikum." pemuda itu menyudahi obrolan.
"Wa..waallaikumsalam."
Lantas pemuda ganteng tersebut meninggalkan Nayna yang masih terpaku. Ia melongo tidak percaya. Dan entahlah...kini rasa ingin ke toiletnya pun telah lenyap.
Terlupakan oleh sapaan hangat yang berujung obrolan singkat. Nayna lalu berbalik dan mencari kedua orang tuanya.
"Nana kamu ini lama sekali sih ketoiletnya", teriak bu Yanti, "Ayahmu sudah menunggu itu lo." Sambil menunjuk.
"Eh ,anu bu...itu toiletnya antri." Jawab Nayna sekenanya.

1000 Puisi CintaWhere stories live. Discover now