five

613 126 5
                                    

5. Mungkin ini terbilang susah, tapi untuk mendapatkan si crush, apapun akan dilakukan, kan? Baiklah, sepertinya mengajak crush jalan-jalan merupakan hal yang paling menjadi inti dalam buku panduan ini. Selamat mencoba.

Nafasnya tak beratur semenjak membaca satu paragraf tersebut, sebenarnya ini tak tjerlalu susah, namun yang menjadi pertanyaannya adalah: apakah Louis mau menerima tawarana si dungu Pearl?

Tak ada yang tak mungkin. Pearl tersenyum sembari membulati angka 5, detik-detik menuju rencana terakhir semakin dekat. Itu artinya semua ini akan berakhir, dan ia berharap jika memang Tuhan memberkatinya, setidaknya semoga Louis memiliki perasaan yang sama dengan Pearl.

"Pearl Herbeight, apakah kau siap mengajak Louis berjalan-jalan?" Ia bertanya pada buku panduannya dengan wajah bingung. Setelah itu ditaruhnya buku tersebut di bawah bantal, berusaha tak memperdulikan apakah Louis ingin atau tidak, yang pasti ia harus berusaha terlebih dahulu.

Lima menit dari rumah menuju sekolah memang tak terasa bagi Pearl. Sepanjang perjalanan, hanya Louis dipikirannya, membayangkan betapa bahagianya dirinya jika Louis menerima ajakannya, namun betapa rapuhnya dirinya jika Louis menolaknya.

Jam pertama berjalan seperti biasa, bedanya hari ini Mr.Chris tidak masuk. Tentu sedikit membuat Pearl bosan. Untungnya kejadian tersebut telah berlalu, sekarang saatnya istrahat. Jam istirahat ia gunakan untuk menemui Louis yang kali ini sedang duduk di balkon lantai paling atas di sekolah tersebut.

Tampak sekali Louis sedang mendengarkan musik di earphone nya. Sesekali Pearl mendesah panjang seraya mengingat-ingat tentang apa yang akan ia ucapkan pada Louis.

Pearl berhasil berdiri di samping Louis. Kakinya bergemetar hebat, namun ia tahan. Sementara Louis baru menengadah melihat Pearl tersenyum kikuk. Perlahan Pearl duduk di samping Louis.

"Sedang apa, Pearl?" Louis bertanya disaat angin berhembus dengan kencang, membuat rambut Pearl yang terurai, kembali beterbangan.

"Aku... Aku bosan di kelas, kebetulan aku ingin berada di sini untuk sejenak." Jawab Pearl. Matanya mengamati kedua kakinya yang sengaja ia biarkan bergelantungan. Dapat ia lihat keseluruhan sekolahnya yang sangat indah.

"Pearl, aku lebih suka melihatmu mengikat rambutmu. Ya, kupikir... Kau lebih terlihat natural." Louis tersenyum dan menyelipkan beberapa anak rambut Pearl ke belakang. Nafasnya terhenti untuk beberapa saat, mengamati jemari Louis yang menyentuh telinganya. Tidak, ini diluar rencana!

"Oh, ya, maksudku, terima kasih."

"Terima kasih kembali."

Kemudian mereka terdiam beberapa saat, Louis sibuk melihat pemandangan dari atas sini. Sementara Pearl kini sedang bersiap untuk mengatakan apa tujuannya datang menemui Louis.

"Lou?"

Louis menoleh. "Ya?"

"Kau mau-maksudku, apakah kau ada waktu luang hari ini?"

"Tentu. Ada apa?"

Katakan, Pearl. Katakan, bedebah. "Ah-uh, bagaimana kalau hari ini kita pergi ke toko buku?" Oh, si dungu Pearl berhasil. Kini rasanya beban yang sedari tadi ia tahan, hilang begitu saja terbawa oleh angin dan pergi entah kemana.

Lama tak ada jawaban, membuat Pearl tersenyum menyadari bahwa Louis tak mau. Ketika Pearl ini mengucapkan maaf pada Louis, Louis terlebih dahulu memotongnya. "Ya, aku mau."

"Naik apa, Lou? Jujur saja, aku hanya bisa naik sepeda."

Louis tertawa kecil sembari menarik tubuh mungil tersebut dan merangkulnya. "Naik sepeda saja, apa susah? Aku akan meminjam sepeda Niall." Ujarnya seraya tertawa. Berbeda jauh dengan Pearl yang hanya bisa memandang tangan Louis yang merangkulnya.

Mimpi, Pearl sedang bermimpi.

Tak apa, intinya rencana kelima benar-benar berhasil.

======

WhAw sebentar lagi mau abis nih cerita wqwq gak nyangka, yaaah meski gue tau kalau mau abis juga gaada yang baca. Huhuhuhu

Tak apalah

seven actions ❄ l.tWhere stories live. Discover now