Victorique menggeliat, mencoba merenggangkan otot-ototnya. Mengerutkan kening tidak nyaman ketika merasakan sesuatu membatasi pergerakannya. Selama beberapa saat, ia mencoba membuka kedua mata. Sebuah piyama berwarna abu-abu dengan kancing paling atas terbuka adalah hal yang pertama dilihat oleh pandangan kabur gadis itu. Seiring pandangan nan kian menjelas, ia mulai menyadari keberadaan sebuah lengan kokoh milik si pemakai piyama yang melingkari pinggangnya dan membuat tubuh mereka berhimpitan. Sementara lengan lainnya telah menjadi bantal bagi Victorique. Ah, pantas saja gadis itu agak sulit bergerak tadi.
Wangi khas yang menguar di dekat hidung gadis itu membuatnya merasa rileks, dan kehangatan yang diberikan orang itu membuatnya merasa nyaman. Gadis itu bahkan sempat berpikir untuk melanjutkan tidurnya kala merasa posisi itu terlalu nyaman untuk ditinggalkan.
"Kau terbangun?" suara berat itu memasuki rongga telinga Victorique, membuat gadis itu mengangguk pelan.
"Ternyata hanya Shouto.." gumamnya setengah sadar, kemudian menenggelamkan wajah pada dada bidang lelaki itu. Tidak ada yang salah. Toh, Shouto juga menariknya mendekat.'Tunggu, apa?' Victorique membuka matanya penuh ketika menyadari situasi secara keseluruhan.
BRAK!
Dan pada detik selanjutnya, Shouto yang malang sukses terdorong jatuh dari tempat tidur, menghantam lantai kayu yang membuat kepalanya terasa berputar. Lelaki itu mengaduh pelan, kemudian mengusap kepala bagian belakangnya. Mendapati Victorique tengah berdiri di atas kasur sambil memasang wajah garang.
Buk!
Tak tanggung-tanggung, Victorique melempar bantal dalam genggamannya hingga sukses menghantam Shouto tepat di wajah.
"Sudah kukatakan untuk tidak melewati batasnya!" geram gadis itu, dengan wajah yang memerah hingga telinga akibat malu. Begitulah perjanjian mereka semalam. Victorique meletakkan sebuah guling di tengah kasur, kemudian menyatakan guling itu sebagai 'batas wilayah'."Tunggu, dengarkan aku!" gerakan tangan Victorique yang hendak melempar benda lainnya segera terhenti di udara, meski wajahnya masih semerah kepiting rebus.
"Semalam kau.. mengigau." Shouto menurunkan tangannya dari posisi bertahan, memberanikan diri menatap gadis pirang itu. Sekedar membuktikan bahwa dirinya mengatakan sebuah kejujuran.Berbeda dengan Victorique, gadis itu menjatuhkan benda yang hendak di lemparnya begitu saja. Kemudian jatuh terduduk seolah dirinya kehilangan tenaga untuk menopang tubuh. Dengan tatapan sulit diartikan, gadis itu berujar.
"Apa.. yang kau.. dengar?" suaranya terdengar sangat lirih dengan banyak jeda di antara kata-katanya. Melihat itu, Shouto pun mengeluarkan tatapan tak mengerti. Meski begitu, ia tetap menggerakkan bibir untuk menjawab."Kau hanya bergumam tidak jelas dan wajahmu terlihat ketakutan." lelaki itu mengawali penjelasannya.
"Mengapa kau tidak bangunkan saja aku?" balas Victorique lirih dengan pandangan yang makin melemah tiap detiknya.
"Aku sudah mencobanya. Namun kau malah berteriak histeris dan mulai menangis ketika mendengar suaraku. Kupikir kau sedang mengalami mimpi buruk, jadi aku.." Shouto menggantungkan ucapannya, tak sanggup untuk menyelesaikannya. Ia bahkan memalingkan wajah pada detik selanjutnya diiringi semburat merah di kedua pipinya. Tampaknya ia juga merasa malu dengan hal yang tengah dilakukannya."T-tapi.." Victorique juga menggantungkan ucapan, tak tahu harus mengatakan apa.
"Kenyataannya kau bisa kutenangkan dengan cara seperti itu. Tidak buruk bukan? Lagipula, mengalami mimpi buruk adalah hal wajar. Semua orang pernah mengalaminya." Shouto mencoba bicara santai, kemudian bangkit seraya merenggangkan tubuhnya.
"M-maaf merepotkanmu." suara gadis itu sontak menghentikan kegiatan Shouto. Membuat lelaki itu menaikkan sebelah alis, kemudian menatap Victorique yang tengah menunduk dalam dengan kedua tangan mengepal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Her Dark Soul ( Todoroki Shouto x OC )
FanfictionMungkin, menjadi 'berbeda' merupakan sebuah kepuasan tersendiri bagi Victorique Blanc. Oh, tidak. Gadis itu bahkan tidak memedulikannya. Baginya, hidup berhubungan dengan orang lain tidak lebih dari sebuah formalitas belaka. Karena 'terhubung' membu...