Kehilangan Bintang

7.9K 479 35
                                    

Akhirnya bisa update!
Untuk part kali ini aku minta maaf kalo jelek parah, karena feel buat cerita ini bener bener lagi flat.

Yang dari kemarin minta part ini di panjangin, harus tanggung jawab baca sampe akhir ya wkwkwk. Part ini udah aku panjangin, kalo gasalah panjangnya udah hampir sama, sama rel kereta haha, gadeng.

Yasudahlah, happy reading guys!
Ps. Kalo banyak typo-typo maafin aja deh ya hehe. Ini aku koreksinya, koreksi kilat soalnya wkwkwk.

"Assalamualaikum!" Citra mengucapkan salamnya sambil terengah. Ya, wajar saja, cewek itu langsung berlari secepat kilat begitu membaca pesan terakhir dari Agra. Citra langsung menutup mulutnya begitu melihat Agra yang duduk disamping gadis mungil yang sedang tertidur pulas.

Agra di tempatnya reklefs menoleh, mendengar suara salam dari arah pintu. Bibir Agra menjawab salam lirih, untuk berikutnya mengetahui siapa gerangan si pengucap salam.

Citra melangkah pelan sambil mengatur ritme nafasnya. Sementara itu, Agra di tempatnya kini sudah berdiri dengan kedua alis yang hampir tertaut.

"Gra, sorry banget! Semalem tuh gue gak tau ada sms dari lo, gue tidur dan hp gue matiin. Kalo tau gini, dari semalem pasti gue langsung kesini! Gra, su--" Citra mencrocos layaknya kenalpot bajaj yang terus berbunyi! Ya, hanya saja kali ini cewek satu itu meluncurkan setiap kalimatnya dengan amat nada yang terdengar nyaris seperti berbisik.

"Iya-iya, gakpapa. Kamu ngomongnya santai aja Ni, gakusah kaya jet coaster gitu." Seulas senyum akhirnya terbit di bibir lelaki itu pagi ini. Tingkah lucu Citra selalu bisa membuat matahari yang hangat kembali muncul untuk Agra, setelah semalam suntuk pikiranya dipenuhi segala macam penat dan kemelut.

Citra mendengus sebal mendengar respon Agra. Jujur saja, Citra sedikit takut, atau, ya... lebih tepatnya panik. Selain soal kondisi Aisyah, melihat Agra yang berdiri dengan kerutan terkumpul di dahi, cukup untuk membuat pikiran Citra berasumsi liar, salah satunya mengira Agra akan mencaci makinya karena kelakuan bodoh, dengan mematikan ponsel. Tapi begitu melihat Agra malah meledeknya dengan seringai yang amat sangat menyebalkan, rasanya Citra siap mengunyah habis cowok dihadapanya, saat itu juga.

"Ish, apaansih, gak lucu!" Ujar sebal, melihat seringai yang masih tercetak di bibir Agra.

Keduanya diam sesaat. Agra yang masih hanyut dalam seringainya, serta Citra yang menetralkan kejengkelanya pada manusia bernama Agra.

"Eh, iya," Citra kembali bersuara, kali ini gadis itu terdengar normal, bahkan serius. "Aisyah gimana, Gra?"

Seketika cengiran di bibir Agra punah. Mentari hangat yang baru saja terbit, kini bersinar terlalu terang, sampai hampir membakar dirinya. Agra menelan ludah, "Iya, Aisyah... dia gakpapa, kok. Tapi sekarang masih tidur, pengaruh obat." Senyum terpaksa mengiringi setiap kalinat dari jawabanya.

Yang bertanya hanya bisa mengganggukan kepala. Dibalik Anggukanya, Citra tau betul kalau sekarang mulut dan hati Agra tak sejalan. Dilihat dari ekspresi Agra, nada bicara, sampai tatapanya yang tiba-tiba berubah menjadi sendu, hanya orang bodoh yang tak tau kalau senyum dari bibir Agra saat ini terpaksa.

Hening. Citra dan Agra memilih diam, dua-duanya larut dalam pikiran mereka masing-masing. Agra dengan sejuta kemungkinan buruk yang seolah menghantuinya, dan Citra dengan analisah-analisahnya tentang hal yang disembunyikan Agra.

"Kak Agra..." Citra dan Agra sontak menoleh, begitu mendengar suara pelan dari ranjang Aisyah. Agra yang mendengar namanya di panggil, langsung beranjak ke sisi Aisyah, begitu juga Citra.

"Iya, Aisyah, ada apa?" Agra membelai lembut pucuk kepala Aisyah, rasanya sakit setiap kali memikirkan gadis kecil itu yang kini kehilangan seluruh rambut di kepalanya.

Bad Boy Syar'iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang