Tujuh (7)

9.4K 381 74
                                    

Ini chapter terbaru dari Damn! I Love My Uncle. Aku cuma ngasih saran, baca ulang dari chapter pertama, karna cerita ini baru up setelah 1 tahun lebih di unpublish :'v
Pasti kalian sudah lupa sama jalan ceritanya, dan ada beberapa yang aku ubah juga. Maaf dari kemarin janji palsu terus ya :'v
Next diusahakan update teratur dan gak bikin nunggu lagi, hehe♥

---

Happy Reading.

Typo bertebaran gaes♥
Enjoy!

---

[Author]

Matahari belum menampakkan kehadirannya sama sekali saat Fanya bergerak gelisah dari tidurnya. Gerakannya tertahan oleh dada bidang seseorang yang berbaring tepat di sebelahnya. Kevan, dia sudah bangun sejak 15 menit yang lalu karna ponselnya yang terus bergetar oleh panggilan masuk. Dia sama sekali tidak berniat mengangkat panggilan itu. Terakhir sebuah sms masuk dan dia hanya membacanya dengan kesal.

Senyum Kevan kembali memgembang, sambil memperhatikan Fanya yang sudah kembali diam tidur dengan tenang. Lengan kurusnya melingkar di pinggang Kevan dengan sempurna, dan itu membuat Kevan sedikit bergidik karna tiba-tiba saja tubuhnya merespond dengan aneh.

"Fanya," bisik Kevan yang tentu tidak mendapat respond oleh Fanya.

Kevan mengulum senyum sekali lagi dan mengelus pipi perempuan yang masih memejamkan mata di depannya dengan tenang, sama sekali tidak berniat membuka mata. Kalau saja Farah, sang kakak tidak menelpon sejak tadi dan memaksa Kevan untuk segera membawa Fanya pulang, dia tidak akan rela membangunkan gadisnya itu.

"Fanya," suara Kevan terdengar lebih nyaring namun tetap lembut. Tangan kanannya mengelus rambut hitam Fanya agar dia segera bangun.

Tidak lama, mata Fanya sedikit terbuka dan menatap Kevan kesal, "Ck," ia membalikkan badannya membelakangi Kevan dan ingin kembali tidur.

"Kita harus balik ke rumah, Farah udah nelpon aku dari tadi buat bawa kamu pulang," Kevan menarik bahu Fanya pelan agar kembali menghadap ke arahnya.

"Ish! Fanya masih ngantuk. Ngapain sih lagian nyuruh pulang pagi-pagi. Kan di sini juga Fanya sama Uncle," gerutu Fanya manja dengan suaranya yang masih serak khas orang baru bangun tidur.

Kevan menghela nafas, "Karna di sini ada aku makanya kita disuruh pulang cepat," jawabnya malas. Dia tau apa yang dipikirkan oleh Farah sehingga menyuruhnya untuk segera membawa Fanya pulang.

Dia juga sebenarnya masih ingin berlama-lama dengan Fanya di atas kasur. Membiarkan Fanya tidur sambil memeluknya seperti tadi. Namun Farah sangat cerewet, dia sedang malas mendengarkan ocehan Kakak-nya itu.

Dengan kesal Fanya bangun dan duduk menatap Kevan, "Masih ngantuk!" keluhnya.

Kevan segera bangun dan ikut duduk menghadap Fanya, "Nanti lanjut tidur dirumah ya," ucapnya sabar sambil mengelus pipi Fanya. Mau tidak mau Fanya akhirnya mengiyakan perkataan Kevan setengah hati.

***

"Mobil siapa?" tanya Fanya saat melihat satu mobil asing terparkir di depan rumah mereka.

"Ata," jawab Kevan pelan. Sebisa mungkin Fanya memasang ekspresi tidak perduli. Namun jelas saja gagal. Kevan bisa langsung tau bahwa Fanya tidak suka.

DAMN! I Love My UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang