Part 15 - I am not the only one, who is broken

5.8K 635 28
                                    


Maria memainkan jemari tangannya yang saling tertaut erat. Bagi sebagian orang yang melihat sekilas padanya, akan menyangka kalau cewek itu sedang melamun atau kosong. Tapi nyatanya, banyak pikiran yang sedang berkecambuk dalam otaknya. Memaksa sang pemilik untuk terus bekerja dan membuat jalan keluar.

Maria menghela nafas kemudian menguap. Ini masih pukul 8 pagi. Sejam yang lalu dia baru bangun dari tidur setelah 9 jam terlelap. Waktu tidur yang cukup sebenarnya, tapi dia masih lelah. Karena kenyataannya, hanya sang raga yang tertidur, tidak dengan otaknya.

Dari balik pintu terdengar keributan, yang entah disebabkan oleh berapa orang, tapi yang jelas mereka sedang murka, sepertinya.

Cklek. "...Jangan biarkan mereka masuk sebelum saya selesai!"

Zain menoleh dan langsung terdiam saat mendapati Maria tengah menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Pria itu berdeham pelan kemudian menutup pintu dan menguncinya. Maria tidak bisa berpaling dari wajah Zain. Takut, kesal, marah dan khawatir ... bercampur jadi satu. Sedangkan apa yang dilihat Zain pada Maria adalah...

Tidak ada.

Zain menggigit bibir bagian dalamnya. Apa yang kamu pikirkan?

Rasa khawatirnya semakin menjadi saat Maria diam saja ketika tangannya menangkup wajah cantik itu. Kalau situasinya masih seperti dulu, Maria langsung akan menampik keras tangannya dan berceloteh tentang tangan Zain yang kasar dan dingin.

"Kenapa dikunci?" suara serak basah Maria membuat Zain mengangkat kepala dan melihat manik matanya. Melihat sepasang warna retina yang mati.

Zain menghela nafas, "Biar mereka gak bisa masuk untuk sementara."

Hening.

Wajah Maria berkerut. "Mereka, siapa?"

Zain menekan bibirnya sampai membentuk garis lurus sebelum bicara. "Polisi."

"Oh." Hanya itu jawaban yang bisa Maria berikan, alih-alih tertular rasa panic Zain dan menghindar dari semua ini.

Benar. Sudah dua hari dia siuman dari kejadian mengerikan itu. Polisi tentu saja belum bisa bertanya yang macam-macam saat dia pingsan waktu itu, dan waktu yang tepat untuk kembali bertanya adalah saat dia terbangun, siuman, dan siap untuk diwawancara.

Seharusnya polisi sudah melakukan tugas itu sehari yang lalu, tapi Zain selalu menolak dan mengatakan untuk menundanya. Mengatakan kebohongan kalau Maria masih shock dan tidak bisa ditanyai macam-macam dahulu.

Well, tidak sepenuhnya benar juga.

Zain masih tidak bisa mempercayai semuanya. Semua praduga pihak kepolisian tentang Maria. Bagaimana bisa gadisnya yang lemah lembut dan periang ini nyaris membunuh orang dengan cara yang bahkan tidak pernah psychopath manapun lakukan?

Zain tahu pasti kalau Maria tidak mungkin melakukan itu. Itu semua pasti hanya settingan belaka agar Maria menjadi orang yang bersalah atas kasus penculikan dirinya sendiri.

Jadi, Zain akan mengakatannya.

"Aku minta sama kamu dengan sangat!" benarkah itu suaranya? Suara yang sangat menyedihkan itu? "Beritahu mereka kalau kamu tidak bersalah. Bukan kamu yang melakukan semua itu. Kamu dijebak sama wanita sialan itu dan ... dan ... apapun Maria ... apapun asalkan kamu tidak dibawa pergi sama mereka!"

Maria menatapnya dengan datar.

"Tolong katakan yang sebenarnya," Zain memohon dengan pilu, "bukan kamu pelakunya. Bukan kamu."

Zain tidak sanggup membayangkan Maria terbukti bersalah dan digiring ke penjara. Tempat mengerikan itu tidak pantas untuk gadisnya. Tempatnya adalah dimana semuanya terasa benar, aman dan terkendali. Tempatnya adalah bersama dengan dirinya.

Final Masquerade Series (#2) : Won't You Set Me Free?Where stories live. Discover now