Part 39 - She's not a girl

3.1K 353 34
                                    


Ketukan ketiga pada palu membebaskan karbondioksida yang sedaritadi ditahannya karena cemas. Klien yang mulanya duduk di tengah-tengah area persidangan, menjadi pusat perhatian hakim agung dan jaksa penuntut langsung bangkit dan memeluknya dengan kekuatan fantastis.

"Terimakasih, Bapak Zain. Saya sangat berterimakasih." Ucap pria parubaya itu penuh rasa syukur. Air matanya luruh membasahi jas semi-formal yang Zain kenakan pada persidangan kali ini.

Zain tertawa pelan dan membalas pelukan itu dengan lembut, mengusap punggung belakang dan beberapa kali menepuknya. "Berterimakasihlah kepada Tuhan, Pak. Saya hanya perantara saja."

"BAPAK!" seruan itu melepaskan pelukan mereka dan Zain menyingkir untuk memberikan ruang bagi ayah dan anak itu. Seorang remaja awal yang tingginya tidak lebih dari perut Zain memeluk klient nya dengan tangisan haru. Memang harus begitu. Tiga ketukan final tadi sudah membuktikan kalau klientnya bukan lagi tersangka kasus pembunuhan.

Setelah segala urusan yang harus dipenuhi ketika persidangan selesai, Zain menelpon kantornya untuk memberitahu bahwa dia tidak akan kembali ke sana setelah ini. Seharusnya sih dia kembali untuk memberikan laporan final atas kasus yang sedang ditanganinya, namun berkas itu bisa menunggu nanti. Toh form nya sudah default dan Zain hanya tinggal mengisinya saja. Tidak perlu pusing-pusing membuat kerangkanya dari awal lagi.

Angel memberikan lambaian terakhir kepadanya dari dalam mobil sewaan yang dipesan oleh keluarga Pak Harjo. Senyuman bahagianya tidak kunjung sirna dan remaja tanggung itu sempat memeluknya dan memberikan sebuah kado khusus yang katanya made by herself. Sebagai ucapan terimakasih atas bantuan yang diberikan kepada ayahnya. Dan saat ditanya bila ayahnya tidak memenangkan pengadilan ini, apakah dia tetap akan memberikan kadonya untuk Zain?

"Ya. Karena Om tetap sudah berusaha untuk membantu Bapak. Jadi, apapun hasilnya, Angel tetap akan ngasih kado ke Om. Angel senang banget. Makasih ya, Om Zain. Kalau sudah besar nanti, Angel mau jadi pengacara hebat kayak Om."

Senang sekali rasanya jika ikhtiar dan usaha baikmu dapat membuat seorang anak memantapkan cita-cita. Rasa bahagianya lebih dari perayaan hari ulangtahunnya.

Zain menuju Mercedes-nya yang terparkir di bawah pohon rindang. Dia menaruh kado dari Angel di jok belakang dan kemudian mendudukkan diri di belakang kemudi. Zain mulai membuka pesan intra-perusahaan dan mulai membalas pesan-pesan yang ditanyakan oleh juniornya.

Zain tidak pernah pelit berbagi ilmu. Kadang kalau dia tidak sedang sibuk, dia akan mengulurkan tangan untuk membantu beberapa juniornya yang dilanda kesusahan dengan kasus mereka. Karena ilmu bukan untuk dipendam sendiri, melainkan untuk dibagi kesiapa saja.

Zain mengerti dengan kerasnya perjuangan dalam dunia pengacara seperti ini. Kasusnya beragam dan tidak melulu seperti yang dipelajari saat berkuliah. Dari sekian banyak seniornya dulu, yang bersedia dimintai tolong hanya beberapa saja, sisanya mereka seperti tutup mata dan telinga. Yah, Zain tidak bisa menyalahkan mereka juga. Kesibukan mereka sudah menjawab semuanya. Tapi rasanya sedih sekali ketika kau membutuhkan bantuan tapi tidak ada yang bersedia menolong.

Ponselnya sudah diam dari segala getaran, itu tandanya Zain bisa berangkat menuju tujuan selanjutnya. Tujuan yang selalu ingin dia hampiri namun selalu gagal karena kesibukan. Mercedesnya berjalan pelan dan menyatu dengan ratusan ribu kendaraan lain di jalanan padat ibukota. Rasa antusiasnya berlipat ganda kala menyadari bahwa dia akan menuju kesana.

Semoga saja hasil dari kegiatan mata-matanya waktu lalu membuahkan hasil, kalau wanita itu memang benar salah satu dari pegawai pemerintahan terelit di Negara ini.

Final Masquerade Series (#2) : Won't You Set Me Free?Where stories live. Discover now