[3] MG : Hyuuga's House

5.8K 569 15
                                    

Ketika bangun di pagi hari, Hikari merasakan tubuhnya begitu berat dan kepalanya terasa pusing serta, mata yang sulit sekali untuk terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika bangun di pagi hari, Hikari merasakan tubuhnya begitu berat dan kepalanya terasa pusing serta, mata yang sulit sekali untuk terbuka. "Mimpi yang buruk," dia melirik sekitarnya, menatap foto keluarga yang terpajang di dinding dengan ukuran yang besar. Matanya meneduh dengan menunduk ke bawah, "Aku rasa tidak."

Mengingat sesuatu secara mundur, berhasil memusingkan kepalanya. Mulai dari kecelakaan, suara-suara ambulans dan teriakan menguasai pikirannya dan berakhir pada suara tangisan. Bayangan-banyangan itu terasa nyata untuknya. Hikari masih merenungi apa yang telah terjadi, berharap bahwa semuanya adalah mimpi.

Wanita itu mulai sesenggukan di dalam kamar, ia benar-benar sedih mendapati dirinya yang sekarang pula.

"Kau tidak ingin mendekati ibu?" Tenten bersuara pelan, memegang punggung semuanya yang sedari tadi hanya diam mengamati ibu. Namun pria itu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tolong jaga ibu." Ia pergi setelah mengambil ciuman singkat di kening dan mengambil tas kerjanya dari tangan istrinya.

Tenten memandang dengan pandangan sendu secara bergantian pada ibu mertua dan suaminya. Wanita cantik itu menunduk ke bawah, merasakan bahwa pakaiannya ditarik. Melihat siapa yang melakukan itu, ia pun tersenyum. Hinata kecil berada di bawahnya.

"Aku mencarinya kemana-mana." Seorang pelayan berlari menghampiri mereka, terlihat wajahnya yang begitu khawatir. Hinata kecil selalu bangun sebelum para pelayan-pelayan cantik membangunkan dirinya, pernah sekali mereka takut ketika mendapati bahwa Hinata kecil tidak ada di kamarnya. Butuh berjam-jam mencarinya dan ternyata dia berada di taman belakang rumah ̶ ̶ ̶ tidur dengan mambawa bantal.

"Ini waktunya untuk sarapan Nona, kita harus makan tepat waktu." Kata pelayan cantik itu, mencoba mengambil Hinata kecil yang berada digendongan Tenten. Namun yang ia lihat hanyalah penolakan, anak kecil itu menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya. "Tidak baik melewatkan sarapan pagi." Mencoba membujuk namun yang dia lihat hanyalah penolakan.

Ume merasa lelah membujuk, anak kecil memang terkadang keras kepala seperti saat ini.

"Tidak masalah... sepertinya dia ingin bersama dengan ibu." Tenten merasa bahwa itu yang diinginkan oleh Hinata kecil, sungguh malang nasibnya tidak bisa berbicara di usianya saat ini. "Ume, aku akan bersama Hinata dan kau kembalilah setelah menyiapkan makanannya."

Setelah mendapatkan perintah, pelayan cantik itu menunduk dan melangkah mundur. Setidaknya dia merasa lega mendapai Nona kecilnya yang baik-baik saja, karena sebelumnya dia keliling rumah dan memeriksa kolong hanya untuk mencari Hinata kecil. Luasnya rumah Hyuuga benar-benar membuatnya kewalahan hanya untuk mencari anak kecil.

◊◊◊◊


Sebenarnya untuk Tenten sendiri, merasa takut untuk memasuk kamar ibu mertuanya. Karena dia pikir ̶ ̶ ̶ ibu masih membutuhkan waktu untuk sendirian. Dia tau bagaimana sedihnya ibu mertua yang baru merasakan duka karena suaminya yang telah lebih dulu meninggalkan mereka.

Mute Girl [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang