JerZa

1.1K 50 24
                                    

Erza membawa Jellal kembali ke rumah mereka.

“Aku akan merawatnya sendiri. Lagi pula Master menyuruhku istirahat.” Begitulah alasan Erza kepada Mirajane dan Porlyusica.

Makarov memerintahkan Erza untuk tidak ikut dalam kasus di gedung itu lagi. Erza pun tidak mengetahui siapa yang pergi untuk 'membawa' Natsu kembali.

“Dia bukan Natsu yang ku kenal.” Kata Erza kepada Mirajane yang bertamu saat ini.

“Ya, aku pun pasti akan mengatakan demikian jika aku bertemu langsung dengannya.” Mirajane melihat wajah Erza. “Apa kamu makan dengan teratur?.”

“Hem.”

“Erza. Kamu juga harus menjaga dirimu. Bagaimana jika kamu sakit?.”

Erza menengok ke kamar Jellal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Erza menengok ke kamar Jellal. “Ini sudah satu minggu dia tak sadarkan diri. Aku seperti mau mati rasanya.” Air mata mengalir ke pipinya. Kesedihan mendalam karena sang suami yang terbaring dan tak kunjung sembuh.

“Ini makanlah.” Mirajane menyuapi Erza kue tart strawberry kesukaannya.

Erza hendak menolak namun Mirajane memaksanya.

“Terimakasih.”

“Erza. Laxus sudah siuman. Dia sudah lebih baik saat ini dan kami akan menikah setelah semua ini berakhir.”

“Menikah? Kalian?.” Secercah semangat ada di raut wajah Erza.

“Ya. Laxus dan aku sudah memikirkannya dengan baik. Tapi aku akan menunggu anggota kita kembali membawa Natsu bersamanya.”

Erza menggenggam tangan Mirajane. “Aku sangat senang mendengarnya.”

“Kebahagiaan ini akan sempurna jika dia kembali dan juga aku ingin kalian datang. Kamu dan Jellal.”

Erza tersenyum, matanya berkaca-kaca. Rona kebahagiaan sangat nampak di wajahnya. Walaupun masih ada setumpuk kesedihan di dalam hatinya.

“Jellal sadarlah.” Erza menyandarkan kepalanya di dada Jellal. “Mirajane baru saja bertamu ke sini. Dia mengatakan banyak hal padaku. Dia akan menikah dengan Laxus setelah anggota yang akan melawan musuh kita kembali. Musuh... Apa itu pantas di sandang oleh nya. Jellal apa Natsu pantas di sebut musuh? Dia adalah Natsu ku, Natsu kita. Natsu anggota Fairy Tail.” Isak tangis keluar saat dia berbicara.

Erza menyeka tubuh Jellal dengan handuk, hal yang biasa dia lakukan karena Jellal tentu tidak bisa membersihkan diri sendiri. Tidak memakai armor, Erza terlihat seperti ibu rumah tangga biasanya. Membersihkan rumah, memasak dan melakukan pekerjaan rumah biasa. Hal yang tidak pernah di bayangkan bahkan olehnya sendiri, ibu rumah tangga biasa.

Pagi itu Erza membuka tirai jendela kamar agar Jellal dapat terkena sinar Matahari.

“Jellal. Kamu bisa merasakan hangatnya sinar matahari kan?.” Tanya Erza.

Jellal tidak merespon.

“Kamu pernah berkata aku seperti matahari karena telah menyinari dirimu. Kegelapan dalam dirimu hilang saat aku berdiri di hadapanmu. Melawanmu, agar kamu tidak terkungkung dalam kegelapan. Jellal, saat ini... Saat ini akulah yang dalam kegelapan. Bangunlah, bangunlah Jellal. Tanpamu... Tanpamu aku tidak akan bisa bertahan.” Erza menangis di hadapan Jellal.

“Er..”

Erza masih terisak menangis. Dia tersungkur di samping tempat tidur Jellal.

“Er...”

Erza merasakan sentuhan tangan di kepalanya. Lalu dia menengadah, melihat siapa yang telah mengelus kepalanya.

“Je...”

Senyuman tersungging di bibir Jellal. “Erza... Aku kembali.”

Kebahagiaan Erza meluap. Dia memeluk Jella, pelukan erat seolah tak rela jika dia di tinggalkan lagi. “Jellal...”

“Erza...”

“Jellal aku senang.” Kata Erza berulang-ulang.

Jellal memegang pipi Erza dengan kedua telapak tangannya. “Erza. Maafkan aku.”

Erza mengangguk.

“Kamu sangat menderita...”

Erza menggelengkan kepalanya. “Yang penting kamu sudah siuman.”

Jellal mencium pipi Erza. “Aku merindukanmu.”

Erza menerima ciuman itu dengan rasa senang dan rindu yang bercampur aduk.

Hari berganti menjadi minggu. Jellal masih dalam pengobatan karena Porlyusica sendiri tidak tahu apa sakit dalam tubuh Jellal sudah sembuh total atau belum. Erza pun mendampingi Jellal selama masa penyembuhan.

Mirajane melihat Erza sedang duduk di depan ruang perawatan. “Ada apa? Kamu terlihat sakit?.” Mirajane menyentuh dahi Erza. “Badanmu tidak demam.”

“Aku tidak apa. Hanya saja...” Erza mengelus perutnya.

“Ada apa?.”

“Hump...” Erza menutup mulutnya lalu bergegas ke toilet.

Mirajane yang ikut panik pun mendampingi Erza di toilet. “Kamu?.”

Erza menatap wajah Mirajane. “Hump... huek... Huek...”

“Erza...” Cana berteriak lalu mendekati Erza.

Porlyusica masuk ke toilet karena mendengar keributan di sana. “Ada apa?.”

Cana dan Mirajane membawa Erza yang pingsan ke ruang perawatan.

Cana, Mirajane dan Jellal menunggu Erza di depan ruang perawatan.

“Sebenarnya ada apa?.” Tanya Jellal karena saat itu Jellal sedang di rawat Wendy. “Kenapa dia...”

“Apa dia berkelakuan aneh akhir-akhir ini?.” Tanya Mirajane.

Jellal mengerutkan dahi.

“Mira apa maksud pertanyaan mu?.” Tanya Cana.

“Apa dia memakan makanan yang asam?.” Tanya Mirajane lagi.

Jellal hendak menjawab namun Porlyusica sudah keluar dari kamar perawatan. “Bagaimana keadaannya?.”

Porlyusica menatap wajah Jellal. “Apa kamu terlalu memaksakan kehendak mu?.”

Jellal semakin tidak mengerti dengan pertanyaan Porlyusica. “Maksudnya?.”

Porlyusica tersenyum lalu dia memeluk Mirajane dan Cana. “Dia... Erza kita hamil.”

“Ha?.”

Mirajane dan Cana tertwlawa bahagia bersama.

Jellal masih tidak mengerti lalu dia masuk ke kamar itu lalu dia menatap wanita yang dia cintai selama ini. “Er?.”

Erza tersenyum sambil mengelus perutnya. “Aku akan menjadi seorang ibu...”

Jellal memeluk Erza. Tangis kebahagiaan melingkupi merek. Jellal mengelus perut Erza lalu mengecupnya. “Aku adalah ayahmu.” Katanya berulang kali.

Tangis kebagian akan terus berlanjut tidak hanya karena Erza hamil tapi akan ada kabar selanjutnya hadir di tengah mereka.

Erza Jellal -tamat-

Fairy Tail: Jellal dan Erza (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang