[03] Cie...

3.6K 197 0
                                    

Pagi itu, Nada berangkat ke sekolah bersama Rafa. Untuk pertama kalinya. Rafa menawarkan tumpangan saat ia melihat Nada berdiri di halte bis. Karena dikejar oleh waktu, akhirnya Nada menerima tawaran Rafa.

"Sialan!" umpat Rafa mendapati gerbang sekolah sudah ditutup rapat.

"Siap lari di lapangan, dong." keluh Nada.

Pak Heru, guru matematika ter-killer dan juga kesiswaan, menghampiri kedua anak berseragam putih abu-abu itu.

"Ayo, kalian masuk. Udah tau kan apa hukumannya?" tanya Pak Heru membukakan gerbang.

"Siap, Pak!"

Dan setelah berlari sebanyak 10 keliling di lapangan basket, Nada dan Rafa langsung pergi ke kelas.

"Assalamu'alaikum." salamku.

Semua mata tertuju ke arah pintu dimana Nada dan Rafa berdiri berdampingan.

"Cie..." seru sekelas.

Sudah ada Bu Dena yang sedang asyik menjelaskan materi PKn.

"Maaf, Bu. Telat. Tadi dihukum dulu." kata Rafa menyalami Bu Dena.

"Berangkat bareng, ya, lo berdua?" tanya Gilang.

Nada dan Rafa hanya membalas dengan anggukan.

"Pasti Rafa jalannya dilambat-lambatin, kan? Biar lama sama lo-nya. Makanya lo jadi telat." tebak Gilang.

"Gue jamin, ya, setelah ini lo jadi bahan gosip satu sekolahan, Nad." Fara berbisik di telinga Nada.

"Apaan, sih, lo?" Nada mendorong Fara agar menjauh.

"Dibilang ga percaya. Udah kemaren-kemaren balik bareng, sekarang berangkat bareng. Sama Rafa lagi." Fara berdecak menggelengkan kepalanya.

"Baik anak-anak, minggu depan kalian ulangan bab 4, ya. Soalnya essay." umum Bu Dena.

"Lo belajar, ya, Lang. Jelek gue kalo essay." tutur Rafa kepada Gilang.

"Lo yang belajar, Nyet!" balas Gilang.

"Dih, calon ketos ngomongnya kotor!" dumel Rafa.

"Suka-suka gue. Kenapa lo ga minta bantuan Nada aja?" usul Gilang.

"Dih, paan. Gue aja ga paham tadi Bu Dena ngejelasin apa. Pokoknya lo, ya, yang belajar, Lang." sergah Nada.

"Sialan lo berdua." rutuk Gilang.

Nada dan Rafa hanya tersenyum menang sambil ber-tos ria.

Untitled MemoriesWhere stories live. Discover now