[ii] A House with Good Kids but Bad Luck (Sneak Peak)

1.2K 100 12
                                    

- Liam -

"Work hard, be kind, and amazing things will happen."

Aku melihatnya, duduk di jajaran siswa berpakaian jubah kelulusan sekaligus topinya. Mereka riuh bertepuk tangan mendengar pidato dari teman seperjuangan yang menyampaikan pidato kelulusan. Saat yang lain heboh, dia hanya diam saja. Tipikal Leslie.

"Lihat dia," Ayah yang berdiri di sebelahku mencondongkan kepalanya ke arahku tetapi matanya tetap menatap lekat ke bawah sana, aku bisa melihat binar bangga di matanya. "Dia menolak mengecat ulang rambutnya atau hanya sekedar menyanggul rambutnya. Membuat ibu pusing setengah mati."

Aku tertawa melihat rambut Leslie yang sekarang terlihat sangat konyol, pirang dengan highlight warna-warni pelangi di bagian bawah. Namun aku lebih tahu dia tidak pernah peduli dengan kata orang tentang penampilannya.

Acara kelulusan SMA Leslie berlangsung cukup meriah, semua murid yang hadir terlihat bersuka cita menyambut kelulusan mereka. Ah, aku jadi rindu teman-temanku di sekolah asrama, padahal baru kemarin acara kelulusanku diadakan.

Saat ayah dan ibu tiriku turun dari bangku untuk menemui Leslie aku memilih untuk diam sebentar, memperhatikan mereka bertiga. Ayah dan Ibu terlihat sangat senang, berbanding terbalik dengan yang baru lulus, dia terlihat datar-datar saja. Gosh, membuat sudut bibir Leslie tertarik sesenti saja mungkin sesulit mengajari kucing untuk menyelam. Pilihannya ada dua : gagal atau dicakar.

"Liam, kemarilah!" Ibu memanggilku dari bawah, membuat Leslie ikut mengarahkan pandangannya kepadaku, senyumnya yang sudah irit langsung lenyap seketika.

Aku beranjak ke tempat mereka sambil berusaha tersenyum, ini sulit apalagi dengan tatapan membakar dari saudara tiriku ini. 

"Ibu, apa yang dia lakukan disini?" Leslie mendumal secara terang-terangan saat aku sudah berkumpul dengan mereka. Tetap tersenyum, Liam, tetap tersenyum. Aku melirik ayah yang merangkul punggungku, kulihat dia tersenyum sedih mendengar kata-kata Leslie.

"Selamat atas kelulusanmu, Leslie," kataku riang, mengulurkan tangan kananku kepadanya. Leslie hanya melirik tangan itu tanpa berusaha menyalaminya.

Ibu kelihatannya marah dengan perilakunya, "Leslie, Liam menyempatkan waktunya datang kesini untukmu. Bisakah kau bersikap sedikit menyenangkan padanya?" 

"Fine," dengusnya, dia terlihat makin sebal tapi membalas uluran tanganku sambil memaksakan satu senyum. "Terimakasih banyak. Selamat atas kelulusanmu juga."

***

"Ini sangat hebat, kedua anakku akan satu kampus!" pekik Ibu senang saat menghidangkan makan malam di meja. Aku melirik Leslie yang memutar bola matanya.

"Aku harap kalian bisa saling menjaga, ya. Terutama Liam, jaga Leslie, oke?" pesan Ayah yang duduk di depanku dan di samping Leslie, aku mengacungkan jempol sambil tersenyum.

"Siap. Kami pasti akan banyak menghabiskan waktu bersama. Iya, kan, Leslie?" Aku mengalihkan pandanganku ke arahnya, mencoba melihat responnya. Ingin sekali saja melihat anak itu tidak bersikap dingin padaku.

Bukannya mendapat yang aku harapkan, Leslie malah mencibir dan menatapku lurus-lurus. "Jangan berharap," katanya enteng seakan tidak ada ayah ibu yang mendelik ke arahnya.

Selalu begini. Aku selalu bersikap baik padanya, tetapi dia tetap saja dingin dan tidak pernah menerima kehadiranku. Bisa dibilang alasanku untuk sekolah ke sekolah asrama saat SMA adalah karena aku ingin memberikan ruang untuk Leslie. Sejak ibu dan ayah menikah dia tidak bersikap baik layaknya sauadara padaku. Sebagai laki-laki yang berhati lembut, tentu saja aku sedih.

A House with Randomness // 1D AUWhere stories live. Discover now