Part 2: Fake Smile!

58 20 12
                                    

"Sedang apa kau disana!? Jangan bergerak aku segera mendekat kesana," ucap lelaki itu perlahan mendekat ke arahku.

"Hah! Menjauh kau dari tempat ini. Apa pedulimu, aku mau melakukan apapun sebebas yang aku mau itu bukan urusanmu," ucapku yang meminta lelaki itu menjauh dari hadapanku.

Namun, lelaki itu semakin lama semakin melangkah mendekat ke arah dimana aku sedang berdiri sekarang ini.

"Siapa orang ini tiba-tiba perlahan mendekat ke arahku?!" ucapku dalam batin yang semakin bertanya-tanya.

"Tolong, jangan bertindak bodoh seperti ini, Nona! Aku memang tak mengenalmu sama sekali, tapi kumohon jangan bertindak bodoh seperti ini," perkataan lelaki itu membuatku terdiam.

"Apa-apaan kau! Aku mau melakukan apapun itu juga bukan urusanmu kan!?"

Lelaki itu perlahan semakin mendekat ke arahku, aku perlahan berjalan mundur hingga akhirnya aku berada di ujung gedung ini. Satu langkah lagi aku bergerak bisa saja aku tewas jatuh dari lantai 4 bangunan ini, tapi itu yang aku inginkan sekarang.

Air mataku tak berhenti berlinang dan mulai membanjiri raut wajahku dan semakin lama  terlihat basah.

"Aku mohon jangan mendekat kemari! Biarkan aku melakukan yang aku inginkan saat ini," Aku meminta pada lelaki itu untuk menjauhi diriku dan jangan pernah mendekat.

"Tapi, aku hanya bermaksud menolongmu saja!"

"Menolong katamu. Apa-apaan maksudmu dengan niat untuk menolong! Apa aku terlihat seperti meminta pertolongan kepadamu, hah!?" Aku membalas perkataannya dengan perasaan kesal.

"Tapi kenapa!? Kenapa kau mau mengakhiri semua masalahmu dengan cara bunuh diri, apa jika kau mati semua permasalahan yang kau alami akan selesai begitu saja!?"

Dan, aku semakin bingung kenapa lelaki ini menahanku untuk melakukan  niat bunuh diri. Padahal, aku tak pernah mengenal orang ini sama sekali.

Tapi, kenapa dia begitu peduli denganku. Apa yang salah dari semua ini. Bahkan, orang yang ada disekitarku saja acuh tak acuh sama sekali padaku.

"Kenapa kau begitu peduli padaku. Padahal kita tak saling mengenal satu sama lain!"

"Apa harus kita cuma peduli pada orang kita kenal saja, aku hanya tidak ingin melihat orang yang mati sia-sia hanya karena depresi yang sangat membuat seseorang untuk menyerah akan hidupnya. Itu yang diajarkan oleh ayahku!"

Sontak saja perkataan anak lelaki itu membuatku bungkam seribu bahasa, hening yang mulai terdengar ditelinga ini menemani sunyi bagai alunan tanpa nada.

"Aku mohon jangan bertindak konyol seperti ini! Aku tahu kau masih berpikiran untuk tidak melakukannya, karena kau memikirkan semua orang yang ada disekitarmu, kan?" lelaki itu bertanya dan perlahan mulai mendekat ke arahku.

Drap

Hiks... Hiks...

Semakin lama air mataku tak dapat terbendung lagi, semua telah berjatuhan ke bawah dengan sangat deras.

Tubuhku mulai bergetar seakan tak kuat menahan semua permasalahan yang aku hadapi saat ini.

SAKURAWhere stories live. Discover now