Work. Work.

6.6K 707 44
                                    

Sabtu pagi.

Di mana Yoongi seharusnya masih bergelut dengan gulungan selimut di atas kasurnya, atau terkapar dengan posisi yang tidak 'wah' sama sekali. Ya, seharusnya. Jika saja pekerjaannya kali ini tidak dikejar deadline mendadak seperti ini.

Awalnya, deadlinenya masih satu minggu lagi. Yoongi pikir ia masih bisa bersantai sembari memikirkan rangkaian bait yang akan dipadukannya dengan melodi-melodi yang melayang-layang di kepalanya. Tapi kemarin malam, ia mendapat pesan bahwa deadlinenya dimajukan menjadi lusa, tepatnya esok hari.

Demi Tuhan. Dipikirnya membuat lagu itu semudah membalikkan telapak tangan, apa? Seenaknya sekali mengubah deadline tanpa persetujuan seperti ini. Yoongi bukan robot pembuat lagu, asal mereka tahu.

Tapi dua hari ini Yoongi benar-benar terlihat seperti robot, omong-omong. Berada di dalam studionya sejak kemarin siang sampai detik ini tanpa secuil niat pun untuk mengistirahatkan tubuhnya, tanpa rasa nafsu saat Seokjin hyung membawakan nampan berisi makanan favoritnya, tanpa keinginan untuk beranjak dari tempat duduknya.

Wah, apa pekerjaannya membuat Yoongi berubah jadi robot sungguhan?

Hal ini membuat kekasih manisnyaㅡPark Jiminㅡmendesah khawatir. Ini sudah yang kesekian kalinya ia mengunjungi studio Yoongi. Tapi pemuda itu sama sekali tidak berniat untuk menoleh, apalagi memberikannya kecupan di pipiㅡseperti yang biasa dilakukannya saat Jimin menjahilinya selagi ia bekerja.

Tapi yang lebih mengkhawatirkannya lagi, Yoongi sama sekali tidak menurut saat Jimin merengek, memaksanya untuk istirahat sebentar saja. Hell, biasanya Yoongi luluh saat Jimin berpura-pura menangis. Tapi tadi malam, Yoongi malah tidak meliriknya sedikit pun.

Ck. Kalau begini caranya, Jimin ingin sekali menghancurkan kompurer di hadapan Yoongi itu. Hanya gara-gara dia, Yoongi jadi tidak menggubrisnya. Sial. Sial. Sial. Jimin kesal sekali.

"Hyung...?"

Seperti biasanya, Yoongi hanya menggumam singkat.

"Masih belum selesai?"

Kali ini di jawab dengan gelengan.

"Apa masih lama?"

Yoongi tidak menjawab.

Lalu Jimin mendecak lagi. Tangannya dilipat di atas dada, bibirnya mengerucut lucu. Jika Yoongi melihatnya, mungkin ia tidak tahan untuk tidak mencubiti kedua pipi kekasih manisnya ini.

"Jimin,"

Wah, Yoongi memanggilnya. Suatu keajaiban. Ini yang pertama kali sejak delapan belas jam yang lalu.

"Apa?"

"Cium aku."

"Hah?!" Kedua mata Jimin membulat sempurnaㅡmenggemaskan. Tapi, astaga, apa kata Yoongi tadi? 'Cium aku'? Hey hey hey, ini tidak benar...

"Jimin.."

"Apa sih, hyung?! Jangan bercanda!" Katanya dengan pipi bersemu. Ugh, memikirkan permintaan Yoongi tadi saja membuatnya malu begini. Apalagiㅡ

"Kemarilah."

Oke, firasat Jimin tidak baik. Buruk, firasatnya buruk.

Yoongi menoleh saat Jimin sudah mengambil duduk di kursi yang berada tepat di sebelahnya. Ia menghela nafas sebentar, lalu tersenyum gemas saat melihat ekspresi Jimin saat ini.

"Gugup?"

"T-Tidak!"

Yoongi terkekeh. "Apa delapan belas jam tanpaku membuatmu segugup ini saat akhirnya berada di dekatku lagi, Jiminie?"

"Hyung..."

"Mendekatlah,"

Jimin menurut.

Setelah Jimin mendekat, Yoongi langsung menyandarkan kepalanya di bahu Jimin. "Berat kah?"

Jimin menggeleng gugup. Jantungnya berdegup begitu cepat, entah mengapa.

"Biarkan seperti ini dulu. Aku lelah."

Jimin bergeming. Ia membiarkan Yoongi beristirahat di bahunya. Jemarinya kini bergerak, menyusuri surai Yoongi yang mulai terasa kering. Duh, orang ini terlalu lama berada di dalam ruangan tanpa udara yang baik. Maksudnya, studio Yoongi ini benar-benar minim ventilasi. Di sana hanya ada pendingin ruangan, dan jelas itu memperburuk keadaan.

"Jimin?"

"Iya, hyung?"

"Maafkan aku,"

Jimin tersenyum lembut. Ia masih mengusap surai Yoongi sayang, menunggu Yoongi melanjutkan kalimat yang sudah dapat ditebak oleh Jimin.

"Tadi malam aku tidak memperhatikanmu. Aku hanya, Jiminㅡsemua benda sialan ini membuatku frustasi. Rambutku mau rontok rasanya, Tuhanku. Aku benci sekali. Karena ini juga kau jadi terabaikan, aku benar-benar tiㅡ"

cup

"Istirahatlah, hyung. Jimin mengerti, kok."

Yoongi terdiam. Dua detik kemudian, ekspresinya melembut. Sembari memejamkan mata, Yoongi berbisik, "aku mencintaimu, Jiminie."

"Aku lebih lebih mencintaimu, hyung."

Ahahahaha wut is dis.

Hi hi, ada yang kangen saya?
Atau kangen work ini?

G ada bang -orang

Yha oke. Gpp saya kuat.
Wkwkwkw:v

Duh, lama ga nulis. Lama ga lanjutin work ini.
Aaa, makasi banget kalau masih ada yang nungguin work ini;*

Lavya

❛Sweet Story about us❜ ─ yoonmin » ⦗discontinued⦘Where stories live. Discover now