Biji Bunga Matahari

26 2 0
                                    

Pagi itu, saat Jihoon sedang makan di kantin kampusnya, seorang senior menemuinya dan membawakannya sekantong kecil biji bunga matahari. Jihoon mengernyit, tidak tahu harus bilang apa. Pasalnya Jihoon sama sekali belum pernah diberi biji bunga matahari dan kata seniornya itu, biji bunga matahari rasanya gurih seperti kacang. Jihoon jadi makin bingung.

"Tapi aku belum pernah makan biji bunga matahari, hyung." Kata Jihoon. "Lagipula, bagaimana cara makannya?"

"Gigit saja. Nanti kau bisa menemukan isinya di dalam." Balas seniornya itu lalu pamit pergi.

Jihoon sama sekali tidak mencoba memakannya. Yang ia lakukan hanya mengangkat kantong kecil itu, membukanya dan memperhatikan biji bunga matahari yang ia taruh di telapak tangannya dan mengembalikannya lagi ke dalam kantong. Jihoon tak mau ambil pusing dengan kantong itu. Lagipula makaroni berbalut keju dan daging di depannya lebih enak daripada biji bunga matahari yang katanya gurih.

***

Jihoon masuk ke dalam rumahnya yang berlantai kayu setelah sebelumnya melepas sepatunya. Kuliah nya selesai jam dua belas dan Jihoon ingin langsung pulang saja karena hari itu rasanya panas sekali. Di perjalanan tadi Jihoon sempat menghubungi Soonyoung dan mengajaknya pulang bersama, tapi Soonyoung bilang dia ada ekskul sampai jam satu dan berjanji akan langsung kerumah Jihoon setelah kegiatannya selesai.

Laki-laki itu meletakkan tas nya di sebelah kaki tempat tidurnya dan menyampirkan jaketnya di kursi belajar. Jihoon mengeluarkan sekantong biji bunga matahari dari saku jaketnya dan meletakkannya di meja.

Ah, melihat biji bunga matahari Jihoon jadi teringat Soonyoung. Benar juga ya. Teman seangkatannya yang namanya Mingyu pernah bilang jika Soonyoung itu mirip seperti hamster. Waktu itu Jihoon hanya tertawa saja ketika melihat Soonyoung mendelik tak terima kepada Mingyu karena dibilang begitu, tapi kalau sekarang di pikir-pikir lagi, ya memang mirip sih. Jihoon terkekeh pelan.

Biji bunga matahari itu dibawanya ke dapur dan diletakkan di atas piring kecil setelah Jihoon ganti baju (hanya kaus putih dan celana pendek saja). Jihoon membawanya ke teras belakang yang menghadap ke taman kecil, bersama dengan sebotol air dingin dan beberapa potong semangka di atas nampan berukuran sedang.

Jihoon hanya meletakkannya begitu saja. Tidak disentuh atau dimakan. Laki-laki itu hanya duduk di teras dengan kedua tangan menumpu dibelakang punggungnya, menikmati angin musim panas yang terasa sejuk. Hanya begitu saja sampai lima belas menit kedepan.

Kemudian, suara langkah yang seperti setengah berlari itu terdengar. Jihoon hanya menggeleng saja, masih dengan mata tertutup menikmati angin.

"Kebiasaan." Gumam Jihoon. Dan Soonyoung memanggilnya.

"Jihoon, kau dirumah?"

"Hm."

Soonyoung memunculkan kepalanya di pintu menuju teras belakang dan mengernyit. Kemudian berjalan menghampiri Jihoon dan duduk dengan badan menghadap ke arah pintu. Intinya mereka saling membelakangi tapi wajah Soonyoung menoleh ke Jihoon.

"Katanya tadi kau ingin tidur?"

Jihoon menguap. "Karena kau bilang begitu, sekarang aku jadi mengantuk."

Soonyoung terkekeh dan mengusak kepalanya. "Lalu kenapa malah duduk disini?"

"Di dalam tadi panas sekali dan disini banyak angin, jadi aku duduk disini."

Soonyoung mengangguk saja lalu beralih melirik nampan yang memisahkan mereka. Tangannya mau mengambil semangka, tapi kemudian Soonyoung mengernyit ketika melihat biji bunga matahari di atas piring.

Biji Bunga MatahariWhere stories live. Discover now