Taman Bermain

2.5K 319 43
                                    

"Zayn, ini cerita kedua. Tebak apa?"

"Hahaha, aku tahu kau bingung, Zayn. Kau ingat, kan kencan pertama kita di Taman Bermain waktu itu? Aku akan menceritakannya untuk mengenang kita."

"Ashley, Zayn sudah menunggumu dibawah," ujar suara tinggi yang ku kenal dari luar kamarku.

Mom.

"Sebentar, Mom." aku memakai high heels milikku, lalu mengambil tas dan memasukkan beberapa lembar uang berserta ponsel, dan lainnya.

Aku senang sekali. Zayn mengajakku pergi ke Taman Bermain hari ini. Kau tahu? Ini kencan pertamaku dengannya.

Aku menuruni tangga melihat Zayn yang sedang tertawa bersama Dad di sofa ruang tamu. Matanya menyipit saat ia tertawa, dan aku suka itu.

"Mom, Dad, Ashley pergi dulu, ya!"

"Mr. Kennedy, aku pamit dulu, ya. Aku akan menjaga puterimu. Tenang saja." ujar Zayn dengan sopan kepada Dad, senyumnya yang menawan bisa membius siapa saja untuk mengiyakan ucapannya. Sangat rupawan, bukan?

"Jaga puteriku baik-baik, ya. Ingat, jangan pulang lewat jam 8 malam atau aku tidak akan memperbolehkanmu membawa pergi puteriku lagi." ujar Dad dengan nada candaan di dalamnya. Rambut putih sudah mulai terlihat di beberapa celah kepalanya.

"Come on, Dad!
" tukasku, memutar bola mata.

"Aku hanya bercanda. Tapi ingat, jangan pulang lewat jam 8 malam." tawa Dad, dan detik itu juga wajahnya berubah menjadi orang yang terlihat sangat serius. Ya, Dad memang orang yang lembut, juga disiplin dalam apapun.

"Baik, Mr. Kennedy." ujar Zayn. Ia membukakan pintu penumpang disebelah kanan untukku.

"Bye, Dad!" seruku saat Zayn melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumahku.

Aku memasang safety belt, lalu menoleh kearah Zayn, tersenyum melihat wajahnya yang fokus saat menyetir.

Bibirnya membuat lebgkungan tipis berbentuk u saat itu juga. "Aku tahu aku tampan, Ashley."

Langsung kupalingkan wajahku darinya, melihat kearah luar, mengabaikan ucapannya. "Cuaca hari ini cerah, ya!"

"Secerah hatimu sekarang, bukan?" ujar Zayn tiba-tiba. Ia mengambil tangan kiriku dan menggenggamnya. Kurasakan punggung tanganku tersentuh sesuatu. Ya, bibir Zayn. Ia menciumnya. Sudah kubilang ia sangat manis.

Namun, saat itu juga aku sadar, Zayn menyetir hanya dengan satu tangan, "Zayn, kau menyetir dengan satu tangan? Tidak, tidak boleh. Itu berbahaya, Zayn." Aku menarik cepat tanganku dari genggamannya. Zayn tertawa kecil, lalu fokus kembali pada jalanan.

Kulihat taman bermain sudah mulai terlihat dari sini, "Zayn, sebentar lagi kita sampai."

Ia menganggukan kepalanya, melajukan mobilnya lebih cepat dan mencari lahan parkir yang kosong.

Setelah turun dari mobil Zayn, aku menggenggam tangannya dan menariknya menuju loket penjualan tiket.

"Tiket untuk dua orang." ujar Zayn berbicara pada sang penjaga loket.

"Ini tiket kalian. Selamat bersenang-senang." ujar penjaga loket itu seraya memberi Zayn dua tiket untuk masuk kedalam Taman Bermain ini.

Aku dan Zayn berjalan meninggalkan loket tersebut menuju pintu masuk taman bermain ini.

"Boleh saya lihat tiketnya?" tanya seorang pria paruh baya yang bertugas mengecek tiket.

Zayn memberikan dua tiket tadi kepada pria paruh baya itu.

Little Things // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang