Screwed up

1.9K 86 1
                                    

"Balikan sama aku, Jen.."

Pertanyaan Jiro yang sangat tiba-tiba dan di luar prediksi ini membuatku cukup syok. Iyalah siapa yang nggak syok, dateng kesini niatnya cuma melayat malah diajak balikan. Aku nggak pernah tau apakah emang Jiro tipe yang ngajak balikam sebenernya, karena jujur aja selama kita pacaran nggak pernah sekali pun ngomongin soal hubungan kita di masa lalu. Kalo kata Jiro, masa lalu itu adanya di belakang, nggak perlu lah di bawa-bawa di depan. Aku setuju banget sama Jiro soal ini. Sayang aja Jiro bukan seseorang yang bisa ku harapkan ada di masa depanku... aduh Jenahara ngomongnyaaaa..... malah makin galau kan....

"Jen..." panggilan Jiro membuyarkan lamunanku. "Jangan sampe terperangah gitu lah di ajak balikan." Goda Jiro. Aku memukul pelan lengan Jiro sambil tersenyum. Jiro lalu menggenggam tanganku.
"Gimana? Balikan sama aku?"
"Kenapa minta balikan?" Tanyaku. "Shayna kan udah mau balik, Je."
"I need you.." aku menghela nafas panjang. Jujur, jauh di lubuk hati paling dalam aku ingin sekali mengiyakan ajakan Jiro, tapi akal sehatku melarangnya. Karena mengiyakan permintaan Jiro tidak akan merubah apa-apa, pada saatnya Jiro kembali ke Shayna, dan aku... iya aku akan duduk sendirian di pojokan kamar dengerin lagunya Sam Smith yang I'm Not The Only One sambil nangis.

Nggak! Amit-amit! Jangan sampe gue ngerasain kaya gitu!!!!

Mendadak handphoneku berbunyi. Aku melepas genggaman tangan Jiro dan mengambil handphone yang terus berbunyi di dalam tas. Saat melihat nama Danu tertera di layar, aku menoleh dan menatap Jiro.

"Siapa?" tanya Jiro. Aku lalu memperlihatkan layar handphone ke Jiro, dia kembali menatapku setelah ku perlihatkan layar handphone yang masih tertera nama Danu disana.

"Je, aku tuh lagi deket sama orang..."

"I know. Aku pernah liat kamu sama dia di lobi kantor." Ya terus? kalo udah pernah liat ngapain masih ngajak balikan, Bro?????? Dia kira semua orang macam dia apa yang bisa punya hubungan lebih dari satu?!

"Aku nggak minta kamu buat nggak berhubungan lagi sama dia, Jen. Aku cuma minta kamu balikan sama aku. Udah itu aja."

"Lah kan kamu yang nggak ngasih aku punya pacar lagi kan?"

"Aku berubah pikiran. Aku nggak masalah jadi yang kedua. Aku nggak masalah berbagi kamu sama pacar kamu. Asalkan kamu balikan sama aku." aku menghela nafas. Entah udah ke berapa kalinya aku menghela nafas.

"Aku butuh kamu." Jiro mempertegas alasannya.

**

"Terus? Elu terima?" tanya Kayla yang sedang foot spa setelah aku selesai bercerita tentang Jiro. Pagi itu kami berdua janjian untuk nyalon bareng yang akan dilanjutkan dengan siang. Karena aku butuh kata-kata pedas dari Kayla yang bisa menyadarkanku disaat seperti ini.

"Belom gue jawab sih..."

"Kenapa?" aku tidak menjawab pertanyaan Kayla, karena Kayla pun harusnya sudah tau jawabanku kenapa tidak bisa langsung menjawab ajakan Jiro. Akal sehat dan hatiku masih berdebat mana yang baik untuk diriku sendiri. Karena itulah aku disini bersama Kayla, curhat dari lubuk hati yang paling dalam didengerin mbak-mbak salon dengan back-sound suara hairdryer.

"Gini deh, hati lo maunya apa?" tanya Kayla lagi. Aku menatap Kayla dengan wajah memelas, "Jangan sok ditutup-tutupin. Gue mau kejujuran lo aja sekarang. Kalo lo aja nggak jujur, gimana caranya gue bisa ngasih advice."

"Kalo boleh milih, atau bisa milih ya Kay, pengennya ya sama dia..."
"Alasannya?"

Aku punya sejuta alasan kenapa aku, jika bisa memilih pasti akan memilih kembali bersama Jiro. Bahkan jika boleh berharap, Jiro adalah orang pertama yang aku inginkan ada di masa depanku. Selama ini, setiap aku mempunyai hubungan spesial dengan seseorang, belum pernah sekalipun aku merasa senyaman saat bersama Jiro. Aku bisa menjadi diriku sendiri. Aku bisa memperlihatkan semua sisi diriku, dari yang paling bagus sampai yang paling jelek. Aku bisa bercerita tentang apa saja ke Jiro, tidak di saring apalagi di sensor. Selera kita berdua dalam berbagai hal pun nyaris sama. Jiro tidak pernah gagal membuatku tertawa, atau minimal tersenyum sekalipun hanya karena gombalan nggak pentingnya itu. Belum lagi perhatiannya kepadaku dan kesupelannya saat aku mengajak dia bertemu teman-temanku atau keluargaku. Singkatnya, Jiro memenuhi berbagai kriteria seorang laki-laki yang aku inginkan ada di masa depanku.

When Jiro Meets JenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang