douze;

22.7K 4.2K 744
                                    

"Noona?"

"Hm?" Jihoon menghela napas lalu mencomot es krim di dekatnya sedikit kesal. "Kenapa Hoon?"

"Aku diabaikan. Sakit," jawabnya sambil memegang dada.

Demi apapun, aku nggak bisa senyum sekarang.

"Tadi itu...siapa?" tanyaku agak ragu.

Apa aku pantas tau kehidupan pribadi si dokter songong?

Sumpah, belum lima menit bertemu perempuan tadi, dia udah menyuruhku dan Jihoon untuk pergi. Alasannya? Dia mau berduaan dengan Joshua, katanya. Yeah, Jihoon sih iyaiya aja.

Buktinya, sekarang kita udah ada di kedai es krim yang nggak begitu jauh dari rumah Joshua.

"Dulu sih tunangannya Om Josh," jawab Jihoon.

"Dulu? Sekarang?"

"Mmmm," dia bergumam sambil pura-pura berpikir. "nggak tau juga. Udah lama nggak ketemu dia. Setahun? Lebih?" katanya nggak yakin.

Aku diam. Oh, dia beneran tunangan si songong. Hhhh, sekarang di benakku hanya ada satu.

Rohee apa kabar? Dia pergi bareng Joshua tadi.

"Dulu mereka nggak pernah pisah. Kemana-mana bareng. Kerja di tempat yang sama, hobi juga sama, sifatnya juga hampir sama, rumah juga sama."

"Ha?"

"Ya Allah, budeg kuping aing," gumam Jihoon. Aku refleks menutup mulutku.

"R-Rumah yang sama?"

"Hm. Kenapa?"

"Tapi...mereka belum menikah."

"Noona sama Om Josh juga belum nikah," katanya santai. Heol, kenapa jadi bawa aku? Kita serumah karena hal mendesak, kan. Nah dia? "Intinya udah hampir setahun aku nggak pernah liat tante Roa. Heran, sekarang malah ketemu lagi."

Lagi-lagi aku cuma diam. Nggak ada satupun ucapan Jihoon yang masuk ke otakku setelah itu.

Entahlah. Aku nggak paham.



Joshua

"Om serius mau masak buat kak Rona?" tanya Rohee. Aku tersenyum lalu mengangguk. Kubawa beberapa plastik belanjaan di tangan kiri, sedangkan tangan kananku menggandeng Rohee cukup erat.

Aku baru tahu kalau adik kecil ini sangat suka belanja.

"Kakak kamu suka makan apa sih? Kok Rohee ambil banyak banget?" tanyaku begitu kami masuk ke dalam rumah.

"Kakak sih suk--"

"Shua."

Aku terdiam mendengar suara lirih di depanku. Mataku masih fokus menatap Rohee, namun otakku tidak. Shua? Apa aku mulai berhalusinasi?

Aku bisa merasakan Rohee makin mengeratkan genggaman tangannya. Dia bahkan sedikit bersembunyi di  belakang tubuhku, seakan sedang ketakutan.

"Joshua."

Aku memejamkan mata sejenak lalu mulai meluruskan pandanganku pada si empunya suara. Kuharap aku hanya berkhayal kalau dia ada disini. Kuharap apa yang kudengar tidaklah nyata.

"Miss you."

Dan dua detik kemudian aku bisa merasakan sebuah pelukan hangat yang sangat aku benci, sekaligus aku rindukan.

Tubuhnya masih saja sama. Tidak ada yang berubah.

***

Aku menatap pemandangan dari balkon kamarku, sedangkan dia masih setia berdiri di sampingku tanpa suara. Jujur, aku tidak mau dan tidak sanggup menatapnya lagi. Rasanya luka lama kembali terbuka. Sakit.

Om Joshua✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang