[4] 350 Years Ago...

2K 206 6
                                    

"Unnie... apa maksudnya?"
-
-
-
-
350 tahun yang lalu...


Seorang pria tampan dengan gagahnya berdiri di pintu masuk kerajaan. Ia adalah Pengawal Hyungsik yang bertugas mengawal Kingdom Of Pure Vampire. Ia termasuk pengawal yang setia kepada Raja Jisoo. Setiap ada pertempuran atau peperangan ia selalu maju duluan dan selalu diakhiri dengan kemenangan. Raja Jisoo begitu menyukai dirinya dan selalu memujinya hingga membuat pengawal-pengawal lainnya suka iri. Kingdom Of Pure Vampire, kerajaan yang memiliki banyak musuh. Salah satu musuh yang paling mereka benci adalah kaum Fairy. Bagi mereka kaum Fairy selalu menganggu mereka untuk memangsa darah manusia. Disaat mereka sedang memangsa manusia, disitu pula selalu ada kaum Fairy yang selalu membantu manusia. Hal itu membuat Pure Vampire semakin membenci kaum Fairy. Hingga suatu hari Ratu Fairy mendatangi kerajaan itu sendirian tanpa pengawalnya.

Hyungsik langsung menghalangi Ratu Fairy menggunakan tombaknya yang panjang.

"Maaf.. anda tidak bisa masuk" larangnya.

Ratu Fairy itu malah tersenyum halus. "Aku hanya berbicara sebentar dengan Raja Jisoo, tenang saja aku tak akan macam-macam"

Hyungsik begitu terpana melihat senyum itu. Cepat-cepat ia berdehem menyadarkan dirinya.

"Sekali lagi, anda tidak bisa masuk. Raja tak menyetujuinya"

Hyungsik hampir saja tertawa saat melihat wajah Ratu Fairy cemberut sehingga terlihat begitu imut di mata Hyungsik.

"Baiklah. Kau begitu keras kepala."

Setelah itu Ratu Fairy itu membalikkan tubuhnya lalu mengeluarkan sayapnya kemudian terbang menjauhi kerajaan itu.

Hyungsik tersenyum kecil. Ia benar-benar menyukai kelakuan lucu Ratu itu, bahkan rasanya kelakuan Ratu tak pantas begitu.

Hari berlalu terus, hampir setiap hari Ratu Fairy mengunjungi kerajaan itu untuk bermaksud menemui Raja Jisoo, tapi selalu saja di halangi Pengawal Hyungsik. Hyungsik semakin hafal dengan kelakuan Ratu Fairy, bahkan Ratu Fairy tak jarang menggodanya. Contohnya menanyakan statusnya.

"Apa kau tak ada pendamping? Kerjaanmu selalu menjaga kerajaan ini"

"Kau tampan tapi kenapa pelit sekali"

"Ayolah ijinkan aku masuk, jika kau ijinkan aku masuk, aku akan memberimu pendamping hidup"

Ayolah siapa yang tak tahu ucapan terakhir itu ada maksud yang tersembunyi. Hyungsik bukanlah pengawal biasa. Ia juga memiliki kekuatan, salah satunya ia dapat membaca perasaan seseorang dan sekarang ia dapat membaca perasaan Ratu Fairy itu. Ratu Fairy telah menyukai dirinya! dan dia juga mengakui telah jatuh hati pada Ratu Fairy itu. Namun hal ini tidak bisa terjadi.

"Aku belum tahu namamu?"

"Aku pengawal Hyungsik"

Ratu Fairy itu tersenyum malu. "Aku Ratu Boyoung tapi kau bisa memanggilku Boyoung saja"

Hyungsik tak bisa lagi menyembunyikan senyumnya. "Tak bisa begitu, kau tetap Ratu"

Ratu Fairy malah memukul Hyungsik pelan. "Tak apa, aku senang kau memanggil namaku"

Hyungsik tertawa kecil. "Ba—baik Boyoung" ujarnya malu-malu.

Ratu Fairy itu hanya tersenyum malu dan Hyungsik, pria itu malah salah tingkah karena senyuman itu.

Ratu Boyoung dan Hyungsik semakin lama semakin dekat. Kedekatan merekapun tak ada seorangpun yang mengetahuinya, bahkan pengawal-pengawal lainnya tak tahu. Mereka selalu mengira Ratu Boyoung datang ke kerajaan untuk menemui Raja Jisoo, namun hal itu salah besar. Tujuan Ratu Boyoung berubah menjadi ingin bertemu Hyungsik yang selalu berdiri di pintu besar. Hingga suatu hari Boyoung menyatakan perasaannya saat Hyungsik bertugas menjaga di sekitar taman luas kerajaan itu.

"Aku sudah tahu"

Ratu Boyoung mendongak. "Lalu jawabanmu?" tanyanya seraya tersenyum lembut.

Hyungsik membalas senyum itu. "Aku juga mencintaimu"

Ratu Boyoung langsung menutup mulutnya tak percaya. Bertapa senangnya ia mendengar balasan itu.

"Tapi kita tak bisa bersama"

Rasa bahagia Ratu Boyoung lenyap begitu saja mendengar tuturan Hyungsik itu.

"Lalu bagaimana ini?"

Hyungsik melirik ke kanan dan ke kiri memastikan keadaan aman. Ia bernafas lega tak ada seorang pun yang di taman ini. Ia mulai bergerak mendekati Ratu Boyoung, menangkap wajah gadis manis itu.

"Mianhae, sepertinya kita harus menyimpan perasaan ini saja"

Boyoung mendongak menatap mata itu. Ia memegang kedua tangan kekar itu. "Apa kita tak bisa bersama dengan tanpa tahu orang lain?"

"Baiklah jika itu keinginanmu"

Bibir kedua makhluk itu tertarik menjadi senyuman bahagia. Tanpa berpikir lagi, mereka berpelukan layaknya sepasang kekasih.

Kejadian itu tak ada yang mengetahuinya. Mereka menjalani asmara tanpa seorangpun tahu. Bahkan mereka sering bertemu, dengan cara Ratu Boyoung merubah dirinya menjadi kecil agar dapat menemui Hyungsik. Sampai suatu hari seorang pengawal lainnya memergoki Hyungsik berciuman dengan Ratu Boyoung, hal itu mereka segera melaporkannya pada Raja Jisoo. Mendengar berita hebat itu dari pengawalnya Raja Jisoo begitu marah hebat. Ia menyuruh pengawalnya untuk mencari Hyungsik agar kepalanya di penggal karena telah mengkhianati Kingdom Of Pure Vampire. Tapi begitu beruntungnya Hyungsik, ia mendengar dari sahabatnya Shinhye, makhluk Veela yang bisa meramal masa depan, bahwa ia sedang dalam bahaya. Mendengar itu Hyungsik melarikan diri bersama Ratu Boyoung. Mereka akhirnya menikah dan memilih tinggal di wilayah yang banyaknya manusia tinggal. Beruntung Hyungsik adalah Pure Vampire yang mudah menahan nafsunya haus akan darah manusia.

Pada suatu hari saat Hyungsik bekerja sebagai kurir bangunan ia bertemu Uee, makhluk Siren yang menjelma sebagai gadis cantik sedang berjalan membawa belanjaan yang begitu banyak di tangannya.

"Uee-ssi?" panggilnya.

Gadis cantik itu berhenti melangkah. Ia menoleh, kacamata hitam yang tadinya bertengger di hidungnya, ia lepaskan. Matanya membulat.

"Hyungsik-ya!!" serunya girang.

Hyungsik tersenyum, ternyata dugaannya benar.

"Ya! Sedang apa kau disini?" tanya Uee, ia memperhatikan sekeliling Hyungsik. Bangunan yang menjulang tinggi yang akan jadi gedung besar.

"Aku sedang bekerja" jawab Hyungsik.

"Kenapa kau bekerja disini?"

Hyungsik menghela nafas. "Mau bagaimana lagi, kalau aku tak bekerja kami tak akan punya uang."

Uee menjadi merasa kasihan dengan sahabatnya itu. "Ya.. kenapa kau tak bilang padaku. Aku bisa membantumu"

Hyungsik tersenyum jahil. "Memangnya kau bisa membantuku apa?"

Uee tertawa kecil. "Mudah sekali. Aku akan memberimu uang dari pacarku yang manusia kaya raya itu"

Hyungsik menggeleng kepalanya. "Tidak usah. Lebih baik kau kembali ke tempatmu, kasihan anak dan suamimu yang kau tinggalkan begitu saja"

Uee malah mengeluarkan cengirannya. "Maka dari itu aku ingin mengambil uang manusia itu untuk keperluan keluarga ku sekalian"

Hyungsik hanya tersenyum kecil. Sahabatnya itu tak pernah berubah sekalipun, dari dulu sampai sekarang Uee selalu mencari pria kaya raya untuk merayunya lalu merampas uang itu.

"Bagaimana kabar istrimu? Apa kalian sudah memiliki anak?"

Pertanyaan ini membuat senyum Hyungsik semakin mengembang. "Boyoung begitu baik dan dia... sedang hamil" jawabnya malu-malu.

Uee membulatkan matanya, senyumnyapun ikut mengembang. "Chuka-ee"

Hyungsik mengangguk senang. "Ne gomawo..."

"Kapan dia melahirkan?"

"Dia baru 2 minggu yang lalu hamil tapi perutnya sudah semakin besar. Shinhye sudah meramal bahwa Boyoung akan melahirkan 1 minggu lagi." Jelas Hyungsik.

Mendengar nama Shinhye membuat Uee mendengus. "Awas kau bisa saja di tipu Veela itu"

Hyungsik tertawa kecil. "Tidak mungkin, dia itu sahabatku sama sepertimu. Ayolah kenapa kalian terus bertengkar. Bersahabatlah dengan Veela, mereka begitu baik"

Uee berdecak kesal. "Bagaimana aku bisa bersahabat dengan mereka. Mereka para Veela telah menguasai lautan. Mereka itu begitu rakus, kenapa mereka tidak tinggal di awan saja. Bukankah mereka Veela yang bisa hidup dimana saja"

Hyungsik hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali mencoba mengerti. Ia sudah terbiasa dengan jawaban Uee yang selalu ia tanyakan. Sama halnya dengan Shinhye, wanita Veela itu pun begitu, selalu menyalahkan masing-masing. Bahkan mereka sering adu mulut jika bertemu tatapan muka.

"Uee-ssi?"

"Ne?"

"Bisakah aku minta tolong padamu?"

"Bisa apapun itu aku akan siap"

Hyungsik menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. "Shinhye telah meramal masa depan keluargaku. Ia mengatakan disaat anakku lahir para vampire akan memburu anakku. Jadi.."

Hyungsik tak sanggup lagi melanjutkan perkataannya, batinya terlalu sakit menceritakannya.

"Ya! Sudah ku bilang jangan percaya padanya" kesal Uee tapi sebenarnya dalam hati ia juga benar-benar takut.

"Saat aku tertangkap, aku ingin anakmu dan anak Shinhye menjaga anakku dan istriku."

Wajah Uee berubah sedih. Ia langsung menjatuhkan kantung belanjanya lalu memeluk Hyungsik dengan erat. "Jangan mengatakan seperti itu. Itu tak benar" suaranya sudah mulai serak.

"Yaa.. apa kau akan memelukku terus saat semua orang menatap kita" Hyungsik mencoba menetralkan suaranya yang mulai parau.

Uee menggelengkan kepalanya. "Aku tak peduli, kau adalah sahabatku. Berjanjilah kau akan kabur jika para vampire itu menyerang."

Hyungsik tersenyum. "Aku tak bisa berjanji. Tapi aku akan berusaha"

"Tapi kau harus berjanji anakmu dan anak Shinhye menjaga istri dan anakku kelak"

Uee menganggukkan kepalanya beberapa kali.

Janji itu sudah Uee pegang. Hyungsik pun telah memberitahunya pada Shinhye, sama halnya wanita itupun menangis memeluk dirinya. Hyungsik bernafas lega, karena adanya dua sahabatnya yang bisa menjaga Boyoung dan anaknya nanti disaat ia sudah mati di bunuh vampire-vampire itu.

1 minggu sudah, ramalah Shinhye benar. Boyoung mulai merasakan sakit di perutnya. Hyungsik tak membawa Boyoung ke rumah sakit, ia takut manusia disana melihat anaknya lahir sebagai Vampire ataupun Fairy. Tapi ia juga tak tahu cara membantu pelahiran. Dan cara terakhirnya adalah menghubungi Uee dan Shinhye.

"ASTAGA!! Tenanglah Boyoung."

Uee yang baru masuk kamar Hyungsik dan Boyoung langsung berlari mendekati Boyoung yang sudah berteriak kesakitan.

"Hhh... apha.. aku tak tahan!" serunya.

Uee menjadi gelagapan sendiri, ia pun juga bingung tak tahu harus melakukan apa.

"Ya! Palli-wa bantu Boyoung ia sudah mulai kesakitan" kesal Hyungsik yang melihat Uee hanya diam saja.

"Diamlah. Sebaiknya kau keluar sana, ini urusan wanita" usir Uee.

Hyungsik menggeram, tapi ia tetap memilih keluar.

"Ya! Kenapa kau hanya diam saja!!" jerit Shinhye yang baru masuk melihat Uee hanya diam dengan wajah kebingungan.

Uee menoleh. "Aku tak diam saja. Aku sedang berpikir bodoh!"

Shinhye melebarkan matanya karena perkataan kasar Uee. "Mworago? Bodoh! YA!!"

Uee berdiri saat wanita Veela itu sedang mendekatinya.

"AAHHH!!!"

Boyoung yang sudah hampir kehabisan nafas berteriak hingga menghentikan pertempuran yang akan terjadi antara dua makhluk yang berbeda itu.

Sontak Uee dan Shinhye berhenti dengan aksi mereka yang sedang mengeluarkan kekuatan. Dengan cepat mereka kembali mendekati Boyoung.

"Boyoung-ssi tarik nafasmu lalu buang perlahan" pintah Uee sambil menggenggam tangan wanita itu yang mulai berkeringat.

Boyoung melakukan perintah itu. Uee menoleh pada Shinhye. "Cepat ambil pisau, lebih baik kita belah saja perutnya biar cepat"

Shinhye tercengang mendengarnya. "Ya! manusia ikan. Apa kau bodoh, apa kau mau dia mati kehabisan darah? Dia tidak Siren sepertimu. Sini biar aku saja yang tangani."

Shinhye mulai membuka kedua kaki Boyoung dengan lebar. "Boyoung-aa ikuti aba-abaku."

Boyoung mengangguk dengan nafas yang tersengal-sengal. "Tarik nafasmu dan buang perlahan lakukan terus seperti itu"

Boyoung melakukan perintah itu. Shinhye menoleh pada Uee. "Cepat urut bagian perutnya ke bawah"

Uee mengangguk dan melaksanakannya.

Tak butuh berapa lama keluarlah seorang bayi perempuan. Shinhye hampir meneteskan air matanya saat melihat bayi yang berlumuran darah itu menangis dengan lucunya di pangkuan tangannya.

"Aku jadi ingin memiliki anak lagi"

Uee tak peduli ucapan itu. Ia juga mendekati bayi perempuan itu. "Aigoo dia begitu cantik." Pujinya.

"Mana anakku" seru Boyoung tak sabar.

"Tenang.. anakmu biar Shinhye yang bersihkan. Kau juga harus menetralkan pernafasanmu"

***
Tanpa ada yang tau satupun Fairy kecil telah mengintip kejadian itu di balik ventilasi.
***
Hyungsik betapa bahagia melihat bayi perempuannya telah lahir. Keluarganya sudah lengkap dengan hadirnya putri kecil mereka. Namun itu tak berapa lama, saat siang hari orang kepercayaan Boyoung sewaktu di kerajaan Fairy mendatangi Boyoung saat Hyungsik sedang bekerja.

"Noona? Ka—kau telah menghkianati kerajaan kita"

Boyoung terkejut dengan kedatangan Minho, pengawalnya yang dari dulu memiliki rasa dengannya.

"Dan kau sudah memiliki bayi" lanjutnya melirik bayi perempuan yang sedang di gendong Boyoung.

Boyoung langsung memeluk bayi itu erat. "Jangan mengangguku lagi. Aku sudah bahagia bersama Hyungsik"

Minho menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan. "Bisakah aku melihat bayimu? Tenang saja aku tak akan menyihirnya dan lagipula jika aku menyihirnya, kau pasti bisa mematahkannya"

Minho tak tahu kalau sihir Boyoung tak berlaku sama sekali di dunia manusia tapi ia tetap mengijinkan Minho karena pria itu tak tahu yang sebenarnya, jika pun ia tidak memberi ijin Minho akan curiga.

Ujung bibir Minho tertarik melihat wajah bayi itu, beberapa detik kemudian ia mendongak menatap Boyoung kembali. "Noona.. dia seorang Fairy!"

"Da—dari mana kau tahu"

"Lihat ini!"

Boyoung menghela nafas. Dari awal ia sudah tahu tanda kupu-kupu yang ada di leher putrinya itu, tapi ia ragu mengatakan bahwa putrinya itu adalah Fairy. Sesungguhnya ia ingin putrinya terlahir sebagai vampire, karena vampire kuat dari apapun tidak seperti Fairy yang akan lemah jika bertemu manusia.

"Ini adalah kabar bahagia. Aku akan mengumumkannya pada rakyat Fairy."

Tanpa menunggu jawaban Boyoung, Minho langsung merubah dirinya menjadi kecil lalu terbang menjauh.

Boyoung kembali menunduk menatap anak perempuannya itu. "Dahyun-ssi Eomma tetap menyayangimu walaupun kau adalah Fairy"

Mendengar berita lahirnya anak Ratu Fairy membuat rakyat Fairy begitu bahagia ditambah lagi anaknya terlahir sebagai Fairy. Rakyat-rakyat itu pun tak jarang mengunjungi rumah Boyoung setiap malam hanya untuk melihat bayi kecil lucu itu dan mereka benar-benar suka. Hyungsik kehabisan akal, terkadang ia kesal dengan peri-peri kecil itu yang menganggunya tidur setiap malam tapi mau bagaimana lagi.

Sampai suatu hari Shinhye mengunjungi rumah Hyunsik dan Boyoung membawa kabar buruk.

"Hyungsik! Sebelum jam 12 malam kau harus kabur dari rumah ini!! Para Vampire telah mengetahui bayi ini lahir. Mereka akan datang di saat jam 12 malam."

Tubuh Boyoung bergetar mendengarnya, ia semakin mengencangkan pelukannya pada bayi kecilnya.

Hyungsik hanya tersenyum kecil. "Aku sudah tahu. Terimakasih infonya. Aku tidak akan pergi tapi Boyoung dengan putrikulah yang akan pergi. Aku ingin kau membawanya pergi sekarang"

"Ya! Hyungsik kenapa kau berbicara seperti itu?"

Hyungsik tersenyum lembut lalu mengusap kepala Boyoung. "Ini sudah saatnya. Tak mungkin kita terus bersembunyi seperti ini terus"

"Tapi kena—"

"Sstt.. sudahlah jangan banyak bertanya lebih baik kau cepat pergi bersama Shinhye."

"Shinhye cepat bawa mereka" pintah Hyungsik.

"Bagaimana denganmu?"

Hyungsik tertawa. "Kau tak ingat? Aku ini vampire, aku kuat" ujarnya yang membanggakan dirinya yang mencoba mencairkan suasana.

"Jika aku selamat, aku akan menghampirimu Boyoung dan putriku" lanjutnya.

Dengan hati yang terpaksa Shinhye membawa Boyoung bersama bayinya tanpa bersama Hyungsik. Shinhye membawa mereka bersembunyi di awan untuk melindungi dari vampire-vampire itu.

Tepat jam 12 malam vampire-vampire itu datang menyerang Hyungsik. Hyungsik mencoba selalu bertahan dengan pukulan-pukulan yang di berikan vampire-vampire itu. Hyungsik juga mencoba memukuli vampire-vampire itu yang memiliki jumlah begitu banyak. Tapi sayangnya ada vampire dari belakang langsung mematahkan lehernya begitu saja hingga membuat Hyungsik mati tak berdaya.

***
"Ja—jadi dia anak Ratu Fairy?"

Bambam tergagap mendengar cerita yang telah Sana ceritakan pada ke-7 pria itu di tambah pria Hamadryad yang ikutan mendengarnya.

Nayeon menghela nafas. "Iya benar"

Jackson, si pria Hamardryad itu mendengus. "Apa kami harus mempercayaimu Siren?"

Sana menggeram, kedua tangannya terangkat meremuk seperti mencakar udara. "Aku selalu kesal jika kau mengeluarkan suara. Kau tak pernah mempercayaiku"

Jackson memutar kepalanya melihat kearah lain daripada ia terhipnotis dengan suara indah yang selalu di keluarkan Sana.

"Berarti dia makhluk Fairy?" kesimpulan Jinyoung menarik perhatian mereka semua.

Nayeon menggelengkan kepalanya. "Tidak, sekarang dia manusia biasa"

Youngjae menggarut tengkuknya tak mengerti. "Bukankah ayahnya Vampire lalu ibunya Fairy? Lalu kenapa tiba-tiba ia menjadi manusia biasa. Apa dia bukan anak mereka?"

Sana menatap Youngjae tajam. "Tutup mulutmu! Itu anak mereka asli. Ibuku dan Ibu Nayeon unnie yang membantu Ratu Fairy melahirkan. Asal kau tahu saja!"

Youngjae tak membalas ucapan Sana, ia membuang muka. Ia harus berhati-hati jika berbicara dengan gadis yang memiliki suara merdu itu.

"Tunggu.. tunggu... cerita kalian membuatku semakin bingung. Tadi kalian bilang Dahyun adalah anak dari Vampire dan Fairy tapi kenapa ia malah menjadi manusia biasa? Lalu Ratu Fairy itu kemana? Dan lagi ia lahir di tahun 350 tahun yang lalu, tapi kenapa ia mengaku usianya sekarang 19 tahun" pertanyaan Jaebum membuat Yugyeom mengangguk penasaran.

"Ratu Fairy menghilang begitu saja setelah kejadian itu, dan Dahyun ia telah di kutuk"

Bambam menelan air liurnya. "Dikutuk?"

"Ya, ia dikutuk. Kami tak tahu siapa yang kutuk" sambung Sana.

Jackson berdecak. "Ya! Makhluk Siren, bisakah kau tak berbicara. Biar Veela ini saja yang menceritakannya. Kami tak ingin tersihir dengan suaramu" protesnya.

Nayeon memutar bola matanya malas. "Dia memang Siren, tapi dia tidak terus menerus mengeluarkan sihirnya. Dia akan mengeluarkan suara indahnya jika ia marah"

"Tapi tetap saja, dia menakutkan" sela Yugyeom tak terima.

Sana hanya mendengus tak menjawab, malas melayani bocah Vampire yang tak tahu apa-apa itu.

Jika Mark tak ada, akan ku habiskan kalian semua.

"Hyung hyung!! Lihat dia, dia bilang dia akan menghabisi kami jika kau tak ada" lapor Bambam pada Mark yang sedari tadi hanya diam.

Mark menatap Sana tajam, ia langsung merubah matanya menjadi merah darah hingga membuat Sana menciut ketakutan. "Jangan coba-coba meracuni kami"

Sana mengangguk patuh. Beberapa detik kemudian mata Mark berubah kembali menjadi hitam pekat membuat Sana bernafas lega.

Aku lupa bocah satu ini bisa membaca pikiranku, Sana menatap Bambam tak suka. Sedangkan pria itu tertawa menang.

"Tapi..."

Semua kembali beralih menatap Nayeon.

"Kami berprasangka yang mengutuk Dahyun adalah... Raja Jisoo" saat kalimat akhirnya ia melirik Mark.

***
Dahyun mengerjapkan matanya beberapa kali. Matanya langsung tertujuh pada langit-langit kamar yang begitu jauh dari pandangannya. Ia memutar kepalanya, memperhatikan sekelilingnya.

Kenapa aku tertidur disini?

Perlahan ia bangkit dari tidurnya. Ia mengedarkan pandangannya.

Bukankah ini kamarnya Mark? Kenapa aku bisa tertidur? Dan bukankah aku tadi bersama Nayeon unnie dan Sana unnie, kemana mereka?

Berbagai pertanyaan yang terlontar di kepalanya. Ini semakin membingungkan, seingatnya ia tadi bersama keenam Vampire itu di tambah kakak-kakanya yang datang tiba-tiba.

Ia semakin penasaran dengan apa yang terjadi dengan dirinya. Perlahan ia menurunkan kakinya dari tempat tidurnya.

***
Youngjae merasakan mendengar sesuatu. Ia menoleh pada Mark.

"Hyung.. dia sudah bangun. Aku rasa sekarang ia sedang menuruni anak tangga"

Sebelum Mark berlari, Nayeon berdiri menahannya. "Jangan beritahu dia apa-apa. Anggap saja seperti tidak terjadi apa-apa"

Mark mendengus. "Apa aku bodoh?" setelah itu ia berlari.

"Sombong sekali dia" kesal Nayeon.

"Dia begitu hanya dengan kalian saja. Aslinya dia begitu baik" sela Jinyoung sambil tersenyum.

Dan jujur Nayeon menyukai senyum itu membuat ia terpaksa berpaling kearah lain.

***
"Kau sudah bangun?"

Dahyun hampir saja terjatuh dari tangga jika Mark tak menahannya. "Kenapa kau senang sekali terkejut?"

Dahyun kembali menegakkan tubuhnya menatap Mark kesal. "Kau duluan yang selalu membuatku terkejut. Kenapa kau selalu berlari cepat lalu membuatku terkejut"

Mark menurunkan anak tangga satu tepat di bawah anak tangga dimana Dahyun berdiri. Ia mendongak menatap Dahyun yang sekarang lebih tinggi darinya karena bantuan anak tangga itu. "Maafkan aku" ujarnya penuh sesal.

Yang tadinya Dahyun marah kini ia malah tersenyum malu. Pipinya malah memerah melihat mata Mark yang begitu indah untuknya.

"Ne.. aku memaafkanmu"

Tiba-tiba saja Mark menarik kedua tangan Dahyun, melingkarkannya di lehernya. Awalnya Dahyun terkejut, tapi kemudian ia mengeratkan pelukannya di leher pria itu.

"Apa tidurmu nyenyak?" perlahan kedua tangan pria itu berjalan memeluk pinggang Dahyun.

Pertanyaan konyol itu mampu membuat perut Dahyun seperti ada kupu-kupu yang berterbangan. Ia mengangguk malu. "Tentu..." jawabnya.
***
"Aku sungguh tak tahan melihatnya ckck.." protes Jinyoung menatap lurus kedepan.

Sana mengikuti arah pandang Jinyoung.

Hanya dinding?

"Itu hanya dinding, apa maksudmu?" tanya gadis Siren itu.

Bambam menguap menatap Sana malas. "Memang Siren tak tahu apa-apa ya. Vampire itu punya kekuatan berbeda-beda, Jinyoung hyung dapat melihat sesuatu dengan tembus pandang. Berbeda dengan Siren, yang kekuatannya itu itu saja" jelas Bambam yang di akhir ejekan.

Sana hanya mendengus sekalagi ia malas melayani bocah Vampire yang baru lahir baginya.

"Kupingku lebih panas hyung mendengarnya" sambung Youngjae sambil mengusap-ngusap telinganya.

Yugyeom tertawa keras. "Hahaa... untung aku tak memiliki kekuatan seperti kalian. Kalau tidak, aku bisa iri"

"Ternyata kalian hebat juga ya. Punya kekuatan yang berbeda-beda. Kalau kami kaum Veela memiliki kekuatan yang semuanya sama juga hanya Raja Veela lah yang memiliki kekuatan yang berbeda dari kaum kami" jelas Nayeon.

Memangnya kami menanya hal itu?

Tawa Bambam hampir pecah membaca isi pikiran Yugyeom. Benar juga yang dikatakan Yugyeom, memangnya mereka menanyakan hal itu.

"Woah.. kenapa semua orang pada kumpul disini?"

Pandang mereka semua tertuju pada gadis cantik yang telah berdiri di belakang mereka. Sedetik kemudian gadis itu telah berdiri disamping Jinyoung. Hal itu membuat Sana terkejut dengan kecepatan berlari gadis itu tapi berbeda dengan Nayeon, gadis Veela itu sedikit tak suka memandang gadis itu, ntah alasan kenapa.

"Kenapa kau tak bilang kalau kau akan datang Jihyo?" tanya Jinyoung seraya mengelus kepala gadis bernama Jihyo itu.

Gadis itu menunjukkan deretan gigi-giginya. "Aku tak ada kerjaan di rumah, jadi aku datang ingin memasak makanan untuk manusia itu." jelas Jihyo. Jinyoung hanya mengangguk mengerti.

Jihyo menoleh kearah lain, ia mengernyit melihat dua gadis yang sama sekali tak ia kenal.

"Oppa, mereka siapa?" tanyanya menatap Jinyoung balik.

Nayeon membuka sedikit mulutnya. Oppa?

Bambam menoleh kearah Nayeon saat ia tak sengaja membaca pikiran gadis itu, matanya memincing.

"Oh.. mereka adalah Veela dan Siren" jelas Jinyoung.

Jihyo mengangguk mengerti. "Anyeong! Aku Jihyo, aku adalah Pure Vampire" ujarnya memperkenalkan diri sambil tersenyum manis tak lupa membungkukkan tubuhnya.

"Oh Ne.. aku Sana dan ini Nayeon unnie" sambung Sana sambil menundukkan tubuhnya memberi salam.

Nayeon sedikit membungkukkan tubuhnya tapi ia tetap memandang Jihyo tak suka. Senyumku bahkan lebih manis dari dia.

Bambam sekarang mengerti alur cerita ini. Baru saja terjadi percintaan antara Vampire dan Manusia dan sekarang mungkin akan terjadi percintaan antara Vampire dan Veela.

Dasar Veela... lihat pria tampan saja langsung terpesona. Batinnya memandang Nayeon tak suka.

***
"Aku bisa bertanya?"

"Tentu?"

Mark menyingkirkan anak-anak rambut Dahyun yang menghalangi wajah gadis putih itu.

Sebenarnya Dahyun ragu menanyainya, tapi ia begitu penasaran dengan dirinya sendiri.

"Kenapa aku bisa tertidur di kamarmu? Bukankah tadi aku bersama kalian dan Nayeon Sana unnie? Dan mereka Veela dan Siren, kan?"

Mata Mark membulat. Kenapa dia bisa ingat?

***
TBC...

Fairy : Peri kecil yang selalu menolong manusia.

King & Queen Vampires ✔Where stories live. Discover now