[11] New Vampire (Publish)

1.6K 155 25
                                    

*Kenapa update? karena pingin aja :D tenang aja kok, besok juga tetap update. Ini juga update karena lagi mood aja, heheee... selamat membaca :v jangan lupa vote dan comment ya, comment kalian penyemangatku :D

***

Sedetik kemudian. Mata gadis berkulit pucat itu terbuka lebar. Bukan berwarna hitam seperti biasa, melainkan merah darah seperti mata vampire.
_
_
_
_
Mark sudah tak berdaya lagi. Ia hanya dapat membuka matanya kecil melihat Jessi telah berdiri menginjak tubuhnya dengan keras.

"HAHAHAAA... kau begitu lemah Prince Vampire!"

Tawa jahat itu begitu membuat Mark geram dan marah. Namun ia tak bisa apa-apa. Tubuhnya sudah begitu lemah dan tak dapat di gerakkan sama sekali.

Jessi sudah memegang pedang besar. Pedang itu sudah ia angkat keatas, sasarannya sekarang harus tepat menancap mengenai perut Mark. Prince Vampire itu harus mati sekarang juga, karena ia begitu benci dan tak suka melihat keturunan Raja Jisoo itu.

"YAAA!" seru Jessi.

Pedang itu sudah hampir mengenai perut Mark. Tapi tiba-tiba saja pedang itu terangkat, melayang lalu terbuang jauh tanpa ada seorangpun menyentuhnya.

Semua pandangan tertuju pada pedang itu yang sudah terlempar jauh. Jessi beralih pada penyihir-penyihir itu.

"Siapa yang telah berani menyihir pedang itu!" ia menatap tajam beberapa penyihir itu yang masih hidup.

Penyihir-penyihir itu menggeleng keras. Jessi begitu marah melihat kebohongan kaumnya. Ia menggeram.

"Ceberus! Serang penghkianat penyihir-penyihir itu!!"

Ceberus itu berlari menuju penyihir-penyihir itu, membunuh penyihir-penyihir itu satu persatu. Hingga penyihir-penyihir itu tak bersisa lagi.

"Ambilkan aku pedang itu lagi!" suruh Jessi pada salah satu vampire jahat itu.

Salah satu vampire jahat suruhan Jessi berjalan mengambil pedang itu lagi.

Jessi menunduk memandang wajah Mark yang sudah melemah. Ia tertawa sinis. Kakinya semakin ia tekankan membuat Mark meringis kesakitan. Perutnya begitu sakit, bahkan rasanya ia seperti sudah tak kuat lagi.

BRAK!!

Tiba-tiba saja Jessi tercampak begitu jauh. Tubuh wanita itu sudah terduduk lemas.

"Surprise!"

Pemilik suara itu berlari cepat seperti vampire-vampire lainnya, mendekati Jessi. Tangannya begitu kuat hingga membuat Jessi terangkat keatas, bahkan kaki wanita itu tak menapak lagi. Matanya penuh menunjukkan kemarahan dan kebencian. Tangannya semakin erat mencekik leher Jessi. Dendamnya seperti disalurkan pada cekikan itu.

"Ka—kau" Jessi sudah tak sanggup lagi berucap setelah melihat siapa yang telah berani mencekiknya.

Dia.. gadis yang selalu ia anggap kecil dan tak berguna itu telah mencekiknya dan hampir membunuhnya. Dia Dahyun, gadis itu telah berubah menjadi vampire seutuhnya dan membuat ia bingung, kekuatan gadis itu begitu kuat, hingga membuat ia tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Vampire-vampire jahat lainnya melihat Ratunya di serang, berlari menuju Dahyun.

Dahyun tahu itu, ia menoleh ke belakang pada kerumuan vampire-vampire jahat itu yang sudah berlari kearahnya. Bibirnya tertarik menjadi senyuman sinis.

Hanya dengan tatapannya saja para vampire-vampire jahat itu tiba-tiba terbang dan jatuh ke belakang.

Dahyun beralih pada Jessi yang masih ia angkat dengan tinggi. Satu tangannya yang terangkat semakin mencekik leher Jessi semakin erat.

"KAU SUDAH MELUKAINYA!!"

Teriakan itu begitu kuat. Siapa yang tak tahu maksud ucapan gadis itu. Ya, dia marah Jessi telah menyakiti Mark, membuat pria blonde itu tak bisa lagi bangun.

"RASAKAN INI!"

Sedetik kemudian Dahyun menancapkan kuku-kuku panjangnya, semakin mengencangkan tangannya hingga Jessi mati tak berdaya lagi di tangannya. Segera ia memenggal kepala itu dengan tangannya. Jika tidak, Jessi bisa kembali hidup dalam beberapa hari.

Semua yang melihat itu begitu terkejut. Seperti ada kekuatan, mereka –pasukan Mark– mencoba bangkit kembali untuk melawan sisa-sisa vampire-vampire jahat itu yang mulai berkurang.

Dahyun berlari kearah Mark. "Mark!" ia mencoba mengguncangkan tubuh Mark membuat pria blonde itu kembali tersadar.

"Hiks... Mark sadarlah. Jangan tinggalkan aku!" Dahyun menundukkan tubuhnya, memeluk tubuh Mark. Kepalanya ia taruh di dada pria yang dicintainya itu.

"Ka—kau sudah bangun? Baguslah, aku sungguh merindukanmu"

Dahyun menegakkan tubuhnya, ia begitu senang mendengar suara Mark. "Mark kau harus kuat. Perang akan berakhir sebentar lagi. Dan aku juga merindukanmu" ia kembali memeluk tubuh pria itu.

"Dahyun-ah cepat bantu kami!" itu teriakan dari Jaebum membuat Dahyun menoleh. Ia mengangguk mengerti.

"Mark kau tunggu disini, aku akan menghabisi mereka"

Dahyun berdiri. Matanya kembali memerah, taringnya keluar begitu saja dari mulutnya. Dengan kekuatan yang ia punya, ia berlari dengan cepat menyerbu vampire-vampire jahat itu. Tak butuh waktu lama ia menghabiskan satu vampire saja, ia bahkan membantu pasukan Mark yang dalam melawan vampire jahat lainnya kemudian ia kembali berlari melawan ceberus dengan waktu yang begitu singkat ceberus itu mati di tangannya.

Bambam begitu serius melawan vampire jahat yang sedang ia tangani ini, namun tiba-tiba saja Dahyun datang dan langsung memenggal kepala vampire itu, seperti tak bersalah gadis itu kembali berlari melawan vampire jahat lain. Tentu saja Bambam tercengang melihat itu. Mulutnya sampai terbuka, matanya terus memperhatikan Dahyun yang begitu cepat membunuh vampire-vampire jahat itu.

"Dia siapa? Apa aku tak salah melihat?"

Tak butuh berapa lama, semua musuh telah kalah dan mati. Pasukan Mark tak ada yang mati, hanya saja banyak dari mereka terluka parah. Dahyun bergegas mendekati Mark kembali. Ia menjongkokkan dirinya kembali di hadapan pria blonde itu.

"Ah... Mark jebal jangan menutup matamu" raut wajah Dahyun tampak begitu ketakutan.

Mark membuka matanya perlahan, ia menarik bibirnya melihat Dahyun nyata telah ada di hadapannya. "Aa—aku ta—tak apa-apa"

Apa Dahyun bodoh? Apa ia buta? Saat mengucapkan saja Mark begitu susah. Tubuh pria itu saja sudah begitu lemas. Mata Dahyun menangkap luka pedang di lengan Mark yang begitu panjang, melihat itu saja membuatnya ingin menangis.

Dahyun tak mau lama-lama lagi melihat keadaan Mark yang semakin terpuruk. Ia langsung mengangkat tubuh pria blonde itu membuat yang lainnya terkejut dengan kekuatan gadis itu.

"Astaga... dia begitu kuat" gumam Yugyeom tercengang.

Dahyun berlari menjahui tempat peperangan itu. Kekuatan berlarinya pun jangan ditanya. Ia bahkan lebih cepat dari vampire-vampire lainnya.

"Heol! Dia itu siapa!" teriak Bambam tak percaya.

***
Semuanya sudah kembali ke asalnya setelah Jaebum mengutarakan rasa terimakasih mereka karena mau membantu berperang melawan Jessi. Siapa yang tahu, Dahyun ternyata membawa Mark ke dalam kamar pria blonde itu. Gadis itu menangis melihat wajah dan tubuh Mark yang begitu banyak penuh luka. Yang dilakukan gadis itu hanya menangis menggenggam tangan Mark agar pria blonde itu kembali membuka matanya.

"Mark! Iroena... jangan tinggalkan aku. Aku begitu mencintaimu"

Dahyun mencoba mengguncangkan tubuh Mark. Tapi reaksi Mark tetap saja, ia masih menutup matanya, tapi telinganya masih dapat menangkap tangis keras dari Dahyun. Ingin rasanya ia membuka matanya sekarang juga, tapi rasanya tak bisa seperti ada beban yang menahannya.

"Dahyun-ah!"

Sana berteriak lalu berlari memeluk Dahyun kuat. Ia begitu merindukan Dahyun. Dan betapa senangnya, ia melihat Dahyun hidup kembali walaupun pikirannya masih bingung, kenapa bisa terjadi dan lagi gadis itu bukanlah manusia biasa tapi melainkan seorang vampire.

"Unnie!"

Dahyun memeluk Sana begitu kuat membuat Sana terkejut dan sedikit kesakitan.

"Dahyun-ah, tubuhku begitu sakit" ringis Sana.

Dahyun terkejut dan lantas melepaskan pelukannya. Ia memegang kedua pundak Sana. "Gwenchana unnie? Ah mianhae"

Sana menatap Dahyun tak percaya, tubuhnya serasa seperti sudah remuk. "Kenapa kau kuat sekali memelukku?"

"Hiks..."

Dahyun bukannya menjawab , ia malah menangis membuat Jinyoung dan saudara-saudaranya baru memasuki kamar Mark begitu bingung.

"Aku terlalu sedih unnie. Mark tak mau membuka matanya. Dia kenapa, unnie... hiks"

Sana melirik Mark yang tertidur di ranjang pria itu. Matanya terfokus pada luka-luka Mark yang mulai mengecil.

"Coba kau lihat"

Dahyun mengikuti arah pandang Sana. Matanya membulat melihat luka panjang yang tadinya lebar itu mulai mengecil dan langsung hilang tanpa bekas luka sedikitpun. Ia mendekati Mark kembali, mengguncangkan tubuh pria blonde itu.

"Mark! Iroena...! Hiks..."

Seketika kemudian pria belonde itu mulai mengerjapkan matanya beberapa kali. Hal pertama yang ia lihat adalah Dahyun dengan air mata yang sudah membanjiri pipi mulus gadis itu.

Ia malah tertawa kecil melihat gadis itu yang menangis tak hentinya, seperti anak kecil yang kehilangan permen lolipopnya. Bahkan Dahyun menutup matanya rapat sambil menangis dan tak sadar bahwa ia telah membuka matanya sepenuhnya.

"Ya! Apa kau akan menangis seperti itu terus"

Dahyun membuka matanya lebar. Bukannya ia berhenti menangis, ia malah bertambah menangis melihat tawa kecil yang keluar dari mulut Mark itu.

"Huaa... hiks..."

Mark segera membangkitkan dirinya, ia duduk menatap Dahyun dengan bingung. "Kenapa kau bertambah menangis."

Mata Dahyun benar-benar sudah kabur karena air matanya yang menghalangi melihat wajah Mark dengan jelas. Ia menarik nafasnya.

"Paboya? Aku benar-benar takut... hiks"

Pria tampan itu malah kembali tertawa kecil. Ia merentangkan kedua tangannya, menarik Dahyun kedalam pelukannya.

"Lihat? Aku sudah tak apa-apa"

Dahyun menghapus air matanya dengan kasar, nafasnya masih tersengal-sengal. Tangannya perlahan membalas pelukan Mark. Kepalanya ia sandarkan pada dada bidang Mark, menciumi aroma Mark yang begitu wangi untuknya.

Bambam melihat kejadian itu ingin sekali muntah, Sok romantis.

Apa kau iri?

Spontan Bambam membulatkan matanya saat membaca pikiran Dahyun. Dan kini Dahyun sedang melihatnya tajam.

Klek!

Kenapa ia bisa membaca pikiranku.

Bambam hanya menunduk pasrah saat gadis itu kembali menatapnya begitu tajam membuatnya menjadi takut.

Dahyun melongokkan kepalanya, menatap mata Mark.

"Kenapa jantungmu tak berdetak?"

Mark tertawa kecil, mengelus kepala Dahyun lembut. "Bukankah aku sudah bilang, aku adalah vampire"

Dahyun menjilat bibirnya. Ia sedikit berpikir. Ia juga merasakan hal yang sama dalam dirinya. Di tatapnya kembali Mark.

"Tapi aku juga merasakan hal yang sama. Aku sama sekali tak merasakan ini berdetak" ia memegang dadanya.

Nayeon mendekati Dahyun, setelah mendengar hal itu. "Kau serius?"

Dahyun menoleh pada Nayeon. "Ne unnie. Ini sama sekali tidak berdetak, seperti diam"

Mark menarik paksa tubuh Dahyun menghadapnya kembali. Ntah apa yang dilakukan pria blonde itu membuat Jinyoung dengan saudara-saudaranya termasuk Nayeon dan Sana terkejut tak percaya.

Mark menempelkan telinganya pada dada Dahyun. Mencari keberadaan suara jantung gadis itu. Dahyun sendiri, begitu polos membiarkan Mark melakukannya.

"YA!"

Nayeon memukuli tubuh Mark beberapa kali menatap tajam pria itu. Mark sedikit meringis, menjauhi dada Dahyun.

"Unnie kenapa kau memukulinya. Jangan pukul dia"

Nayeon terkejut mendengar pembelaan Dahyun itu. Sungguh tak percaya, ia bahkan bermaksud membantu Dahyun dari Mark, si pria byuntae itu.

"Dia baru saja—" Sana tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya karena sangking tak percayanya.

"YA! Aku hanya memeriksa saja. Apa salah!" kesal Mark menatap kedua makhluk gadis itu.

"Tapi sepertinya itu sudah kelewatan hyung" sambung Jaebum yang diangguki saudara-saudaranya terkecuali Mark.

Mark berdecak. Ia mengalihkan pandangannya pada Jaebum. "Apa aku salah pada calon istriku?"

Blush...

Sembrutan merah itu langsung tampak jelas di wajah putih pucat Dahyun. Ia bahkan sekarang menunduk malu karena perkataan Mark itu membuat hatinya begitu senang dan bahagia.

"Ya! Siapa yang mengatakan dia adalah calon istrimu. Kau belum meminta restu dari kami, kakak-kakaknya" ujar Sana tak terima.

"Dwaesseo. Aku tadi hanya memeriksa jantungnya saja, dan itu memang benar. Jantungnya tak berdetak sama sekali"

Semua beralih memandang Dahyun. Gadis bermata bulat itu hanya mengedikka bahunya, karena tak tahu juga apa yang sedang terjadi dengan dirinya.

***
"Aku sudah menyimpulkan semua dari yang kalian ceritakan" ujar Raja Jisoo tenang.

Raja Jisoo kembali datang ke rumah Mark dan saudara-saudaranya dengan pengawal-pengawalnya yang berjaga dari luar.

Setelah mendengar laporan Mark membuat ia cepat-cepat menemui Mark. Dan sampai disana, Mark dan saudara-saudaranya menceritakan semuanya dari awal saat Dahyun menyelamatkan Mark dari Jessi. Dahyun sendiri hanya diam dan bingung ingin mengeluarkan pendapat apa, dia pun tak tahu apa yang terjadi dalam dirinya.

"Jadi... aku pikir sekarang Dahyun telah berubah seratus persen menjadi seorang vampire"

Dahyun tercengang mendengar hal itu. Tak jauh berbeda dengan Mark dan saudara-saudaranya termasuk Nayeon dan Sana, kesekian kalinya mereka terkejut dan tak percaya, apa yang telah mereka dengerkan dan lihat.

"Tapi... bagaiamana bisa?" tanya Youngjae masih dengan wajah terkejutnya.

Raja Jisoo memperhatikan Dahyun seraya berpikir. "Bukankah Hyungsik adalah vampire, tentu saja bisa"

Dahyun menggigit bibir bawahnya. Ia merasa tak percaya dengan Raja Jisoo. Mana mungkin ia telah menjadi vampire, ia yakin dirinya masih manusia seutuhnya.

"Aniyo... aku masih manusia"

Raja Jisoo tertawa kecil. "Jika kau manusia, mana mungkin kau bisa melawan Jessi dengan kedua tangan kecil mu itu"

Dahyun menunduk. Rasanya ia seperti tak percaya dan takut karena telah berubah menjadi seorang vampire, makhluk yang selama ini Sana ceritakan mengerikan.

"Dahyun-ssi?"

Dahyun mendongak menatap Raja Jisoo kembali. "Coba kau baca pikiran Bambam sekarang" suruh Raja Jisoo.

Bambam yang mendengar namanya terkejut. Ia tergagap saat Dahyun menatapnya dengan mata tajam gadis itu, tapi sesaat senyum jahilnya keluar.

Aku tampan.

Dahyun menjulurkan lidahnya keluar seakan ingin muntah membaca pikiran Bambam.

"Dia bilang, dia tampan. Tapi aku rasa tidak sama sekali" ujar Dahyun santai.

Yugyeom mencoba menahan tawanya mendengar itu, sedangkan Bambam mendengus tak suka.

Raja Jisoo beralih pada Bambam. "Apa benar itu yang kau pikirkan Bambam?"

Bambam mengangguk sambil tersenyum kecil. "Ne Raja"

Mereka terkejut mendengarnya. Kenapa bisa? Itulah yang dipikirkan mereka.

Raja Jisoo tersenyum mengangguk. "Sekarang coba kau angkat meja ini"

Dahyun berdiri. Satu tangannya dengan santainya mengangkat meja besar rapat yang ada dihadapannya.

"Omo... aku bisa melakukannya" Dahyun sendiri terkejut melihat dirinya yang begitu kuat.

Dahyun kembali menurunkan meja itu. Ia menutup mulutnya tak percaya. "Apa yang telah kulakukan?!"

"Daebak... dia begitu kuat" gumam Jinyoung.

Plok...

Plok...

Plok...

Tepukan itu berasal dari Mark. Ia menatap Dahyun penuh kagum. "Kau begitu kuat." Pujinya.

Dahyun menggeleng. "I—itu bukan aku" ia begitu ketakutan dengan dirinya sendiri.

Mark tersenyum manis, ia berjalan mendekati Dahyun, mengelus kepala gadis manis itu. "Gwenchana, aku tetap menyukaimu"

Dahyun hanya menunduk, ia tetap takut, setelah apa yang dilakukannya tadi. Ini benar-benar seperti bukan dirinya. Dulu ia begitu lemah, mengangkat meja kecil saja ia sempat merengek pada Nayeon dan Sana agar membantunya. Tapi ini, meja besar! Astaga, ia benar-benar seperti sedang bermimpi.

"Ehem... apa kau akan bersikap manis dengannya di depan kami?" tegur Raja Jisoo.

Mark berdesis, ia menatap Raja Jisoo. "Apa ayah juga ingin ku elus?"

Raja Jisoo membesarkan matanya, menatap Mark tajam. Mark hanya mengedikkan bahunya tak peduli.

Raja Jisoo kembali menatap Dahyun. "Tak apa-apa Dahyun. Apa yang kau takutkan? Bukankah kau sekarang telah menjadi kuat?"

Dahyun mendongak. "Tapi—tapi ini benar-benar bukan diriku. Aku—aku tak tahu kenapa ini bisa terjadi. Tapi sebelum aku terbangun, ada seorang wanita menghampiriku dan mengatakan bahwa aku telah mencapai umur 20 tahun hari ini sebagai manusia dan dia bilang bahwa kutukan ku sudah hilang. Aku juga begitu lancar memanggilnya Ibu, padahal aku tak mengenalnya sama sekali. Padahal Nayeon unnie pernah mengatakan bahwa Ibuku telah meninggalkan. Tapi—ini begitu membingungkan, aku—aku tidak mengerti sama sekali"

Raja Jisoo begitu menyimak apa yang telah dikatakan Dahyun.

"Apa aku perlu membacanya ayah?" tanya Mark menoleh pada Raja Jisoo.

Raja Jisoo berdecak. "Tak perlu. Aku dapat menyimpulkannya. Nanti kau yang ada keenakan menciumnya"

Mark mengerucut. Padahal itu adalah alasan klise-nya agar bisa menyalurkan kerinduannya pada Dahyun.

"Sekarang aku tahu. Yang ada dalam mimpimu adalah Ratu Fairy, ibu kandungmu."

"Ta—tapi aku adalah manusia biasa"

Raja Jisoo kembali menggeleng. "Bukankah ibumu sudah mengatakan, bahwa kau telah dikutuk? Ayahmu adalah pure vampire dan ibumu adalah fairy. Jadi maklum saja kau telah menjadi vampire seutuhnya sekarang"

Dahyun kembali menggeleng tak percaya dan ia masih tak mengerti sama sekali.

"Tapi Raja, kita belum tahu siapa yang telah mengutuk Dahyun selama ini" tanya Nayeon.

Raja Jisoo terdiam memikirkannya. Dia juga bingung dan tak tahu siapa pelaku yang telah mengutuk Dahyun. Dia meringis, sepertinya ia juga tak tahu siapa pelaku tersebut. Jika saja ia memiliki kekuatan bisa melihat masa lalu, pasti sudah ia lakukan. Matanya melirik anaknya, Mark. Hanya anaklah yang memiliki kekuatan bisa melihat masa lalu, hanya masalahnya dengan cara berciuman. Ia menghela nafas dengan kasar.

"Mark, lakukanlah"

Mendengar itu Mark tersenyum bahagia. "Baik ayah" ujarnya semangat.

Raja Jisoo hanya berdecak melihat wajah anaknya yang begitu bahagia.

Mark menarik tubuh Dahyun menghadapnya. Dahyun mengernyit bingung, apa yang akan dilakukan Mark.

Cup...

Spontan mata mereka semua terkecuali Raja Jisoo membulat melihat Mark mencium Dahyun. Begitupun Dahyun, ia begitu kaget.

Mark yang awalnya hanya menyatukan bibirnya dengan Dahyun, lama kelamaan ia malah menarik tengkuk leher Dahyun, memperdalam ciumannya, melumat bibir mungil gadis itu. Dahyun perlahan memejamkan matanya, tangannya bergerak memeluk pinggang Mark dan membalas ciuman itu.

Astaga anak ini. Aku menyuruhnya untuk membaca masa lalu, kenapa ia malah keenakan berciuman di hadapanku.
Raja Jisoo menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Apa ini sedang ada adegan romantisan?" gumam Yugyeom tak tahan.

Nayeon menatap Mark tajam. Berani sekali dia menyentuh bibir Dahyun!

Jinyoung yang duduk di sebelahnya, menyenggol bahu gadis Veela itu membuat Nayeon menoleh dengan tatapan tajamnya. "Kenapa kau melihatnya seperti itu? Mereka cocok bukan?" tanya Jinyoung seraya menunjukkan senyum manisnya.

Melihat itu, emosi yang meluap pada Nayeon terbang seketika. Bibirnya malah ikut tertarik, kepalanya mengangguk seperti terhipnotis.

Mark masih terus melumat bibir Dahyun. Dirinya seperti enggan melepaskan ciuman panas itu. Semua kerinduannya telah ia luapkan dengan ciuman ini. Sampai-sampai ia lupa apa tujuannya sekarang.

Sampai Dahyun memukul pelan pundak Mark, karena merasa bibirnya merasa begitu panas. Akhirnya Mark melepaskan ciuman itu, ia tersenyum dan sekali lagi ia mengecup bibir gadis itu yang sudah merah dan sedikit bengkak.

Dahyun menunduk malu dengan sembrutan merah di pipinya itu.

"Ya! Anak nakal apa yang kau baca!" kesal Raja Jisoo yang hampir memukul kepala Mark. Jika saja ia dan Mark berdua, ia bahkan memukul kepala anaknya berkali-kali.

Mark menoleh seraya menyengir tidak jelas. "Aku lupa ayah" ia menggarut tengkuknya tak gatal.

Raja Jisoo menatap Mark tajam. Bisa-bisanya anaknya itu melupakan tujuannya.

"YA!"

Suara itu berasal dari Sana. Ia menatap tajam Mark, melupakan kehadiran Raja Jiso. "Kau sudah menciumnya tapi kau tak juga membaca masa lalu itu. Apa kau pria byuntae?!"

"Ah... unnie, jangan memarahinya"

"Omo..." Sana tak tahu lagi mau mengucapkan apa mendengar pembelaan Dahyun sekali lagi.

"Ya! Dahyun-ah dia sudah menciummu tapi kau tak marah sama sekali" lanjut Sana.

Dahyun hanya menundukkan kepalanya seraya mengembungkan pipinya.

"Jangan memarahinya, aku yang salah" ujar Mark tak suka pada Sana.

Plak...

"Ne! Kau memang yang salah. Kenapa kau tak membaca masa lalu itu, ya ampun Mark!" kesal Raja Jisoo selesai memukul kepala Mark.

Mark meringis memegang kepalanya. Ini untuk pertama kalinya ia merasa malu karena perlakuan ayahnya itu di depan saudara-saudaranya dan lagi ada Nayeon dan Sana termasuk Dahyun! Dahyun, dia begitu malu karena Dahyun melihat ini.

Lihatlah wajah saudara-saudaranya sedang menahan tawa. Benar-benar mengesalkan.

"Jangan memukulnya. Dia tak salah" Dahyun menatap Raja Jisoo memohon.

Raja Jisoo menoleh pada Mark. "YA! Sihir apa yang kau berikan padanya, sehingga ia begitu mencintaimu dan tak rela kau dilukai sedikitpun!"

"Molla ayah!" Mark masih memegang kepalanya yang lumayan sakit.

"Jadi, apa aku harus mengulanginya?" Mark kembali bertanya seraya menaikkan kedua alisnya naik turun.

Raja Jisoo menatap Mark tajam. Tapi Mark hanya santai dengan tatapan itu.

***
Di balkon kamar Mark, Dahyun menatap lurus kedepan. Pandangannya sekarang ntah kemana, terlihat kosong. Merenungi nasibnya sekarang. Pertanyaan demi pertanyaan terlintas di pikirannya. Dan ia butuh seseorang menjelaskan semuanya ini. Ini benar-benar mustahil. Bagaimana ia bisa menjadi seorang vampire? Sedangkan ia sebenarnya dulu adalah manusia biasa. Siapa wanita dalam mimpinya itu? Kenapa mulutnya dengan santai menyebutkan 'Ibu'? Kenapa ia di kutuk? Apa salahnya? Apa ayahnya adalah seorang pembunuh keji sehingga ia dikutuk? Kenapa dunianya begitu kejam.

Tiba-tiba Dahyun merasa kerongkongannya begitu kering. Ia meneguk ludahnya sendiri, mencoba membasahi kerongkongannya. Namun, itu tak cukup sama sekali. Ia begitu haus.

Ia pun berbalik dan berlari menuruni tangga menuju dapur. Matanya mengedar, mencari air untuk menghilangkan rasa hausnya. Senyumnya terukir melihat teko berisi air di meja bar tak jauh darinya. Ia berlari mengambil air itu, meneguknya sampai habis.

Tapi rasa haus itu tak kunjung juga menghilang. Dan rasanya berbeda, ia seperti bukan haus akan air putih tapi sesuatu yang menyegarkan.

"MARK!"

Ia berteriak seraya berlari mencari tubuh pria blonde itu.

Bambam yang sibuk menyapu living room, tiba-tiba tubuhnya hampir terhuyung karena angin kencang yang berasal dari kecepetan Dahyun berlari yang tak peduli kehadirannya.

"Dia begitu cepat" ia tercengang.

Dahyun masih sibuk mencari Mark mengelilingi rumah besar itu. Tapi ia tak juga menemukan Mark. Sampai ia melihat Jinyoung dan Nayeon sedang duduk begitu dekat dengan bercanda tawa.

"Unnie! Apa kau melihat Mark?"

Nayeon tesikap melihat kedatangan Dahyun. Ia langsung menggeser tubuhnya menjaga jarak pada Jinyoung.

"A—ani. Aku tak melihatnya" jawab Nayeon gugup karena salah tingkah.

"Bagaimana denganmu? Apa kau melihat Mark?" tanya Dahyun beralih pada Jinyoung.

Jinyoung menggeleng kecil. Dahyun menghela nafas dengan kasar. Ia kembali berlari dengan cepat meninggalkan kedua pasangan itu yang kembali bercanda tawa.

Dahyun tampak begitu gelisah. Ia butuh sesuatu. Dan sesuatu itu adalah ingin bertemu Mark, rumah besar itu sudah hampir semua ia cari-cari tapi ia sama sekali tak menemukan Mark. Rasa hausnya pun semakin kuat. Ia butuh sesuatu yang segar.

Kakinya berhenti berlari saat tak sengaja ia melewati ruangan yang bertulisan. 'Library'

Ruangan itu mengingatkannya pada suatu kejadian. Dimana Mark bersama seorang gadis. Iya! Dia begitu ingat.

Penasaran, ia membuka sedikit pintu besar itu. Matanya langsung menangkap siluet dua tubuh vampire sedang berpelukan dan itu begitu erat. Ia semakin penasaran, siapa yang berpelukan itu. Pintu itu kembali ia buka semakin lebar.

Dan ia dapat melihat jelas siapa kedua vampire itu. Dia adalah Mark dengan gadis lain.

"MARK!"

***
TBC...

King & Queen Vampires ✔Where stories live. Discover now