Bab 2

362 37 14
                                    

Sinar matahari kian menembus beningnya kaca jendela. Merasuk kedalam mata, sehingga membuat si pemilik membukakan mata. Dia masih diambang kesadaran, dan ketika mendengar teriakan seseorang dari luar membuat nyawa Gallen benar-benar terkumpul.

Dor..Dor...Dorr

"GALLEN BANGUN!" teriak Anita dari luar pintu

ceklekk

"Iya ma, Gallen udah bangun!" jawab Gallen membuka pintu kamar.

"Mama sama papa mau ke Bogor ada urusan kantor, kamu dirumah jagain Adhara!"

"Hmm...iya ma!" tukas Gallen.

Gallen menutup kembali pintunya, lalu dengan langkah sayu ia menuju kamar mandi. Entah kenapa, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika kakinya tersandung sesuatu. Ia kemudian melihat ke arah bawah. Oh Shit... Gallen lupa bahwa dirinya semalam telah mengunci gadia itu di kamar mandi. Dan sekarang tubuh pucatnya bersender di dinding dengan kaki berselonjor. Gadis itu terlihat kedinginan, terlihat suara giginya mengetuk-ngetuk.

Gallen berjongkok di samping Adhara, dan menyentuh bahunya. "Adhara...." panggilnya lirih.

Adhara yang mendengar namanya dipanggil, perlahan mulai membuka matanya.
"Sshhh...Gal-llen, apakah hukumanku sudah selesai?" tanya dengan mata yang terlihat sayu.

"Maafkan aku Gallen--, arkhh sshhh dinginn!" ucap Adhara sambil memeluk lengannya sendiri karena kedinginan.

"Lo cewek tolol apa polos sih. Udah tau keadaan lo kayak gini , malah sempet-sempetnya nanyain soal hukuman. Arg..Sial!" umpat Gallen sambil mengacak rambutnya.

Gadis itu terlihat semakin lemah, dan kemudian ia memejamkan mata entah tertidur atau pingsan. Dengan gerakan cepat, Gallen segera mengangkat tubuh Adhara dari lantai. Kemudian ia membaringkan Adhara dikasurnya, menyelimuti tubuh Adhara dengan selimut tebal. Setelah itu ia beranjak keluar.

****

Adhara merasa tubuhnya telah mulai hangat, kemudian membuka matanya perlahan. Pertama yang ia lihat adalah selimut yang menyelimutinya. Matanya menyisir seluruh ruangan , ia kemudian sadar bahwa ia sekarang berada di kamar Gallen.

Entah semilir angin membuat tubuh Adhara dingin kembali, ia semakin mengeratkan selimutnya.

Ceklekk

Suara knop pintu, membuat mata Adhara beralih menatap ke arah pintu. Sosok dibalik pintu berjalan semakin mendekat kearahnya.

"Makan, abis itu habisin coklat panasnya! Kalo lo butuh apa-apa, gue ada diluar!" ucap Gallen masih dengan wajah dinginnya.

Adhara mengangguk tersenyum. Batinnya, ia sangat senang, laki-laki itu akhirnya memperdulikan dirinya . Gallen berbalik lalu berjalan keluar.

####

Tok...tok...tok...

"Gallen oh Gallen....!" suara Niko dan Bagas dengan nada seperti Upin Ipin.

Sementara Dio ia terkekeh melihat tingkah kedua sahabatnya. "Len, bukain dong !!"

Sementara Gallen yang merasa terusik dengan suara ketiga sahabatnya itu , akhirnya mengambil langkah untuk membukakan pintu.

Ceklek...

"Berisik lo pada!" tutur Gallen yang mengarah kepada ketiga sahabatnya.

"Len, cabut yok...!" ucap Niko sambil menyenggol lengan Gallen.
"Main billyard aja yok!" saran Bagas

Dio yang dari tadi diam kemudian juga ikut angkat bicara, "Ayolah Len, mumpung masih libur nih!" tambahnya.

Mereka berempat bersahabat sejak awal masuk SMA. Ketiga juga memiliki karakter yang berbeda, namun mereka bisa saling mengisi menutupi kekurangan sahabatnya masing-masing. Niko, cowok itu adalah raja gombal diantara mereka, orangnya jahil, sering godain cewek tapi gak pernah dijadiin pacar alias suka PHP. Bagas, dia itu orangnya paling jorok diantara mereka, suka gonta-ganti pacar, dan dia juga orangnya jahil. Dio, dia itu cowok yang memiliki senyuman manis diantara yang lainnya, orangnya kagak neko-neko, cakep, rajin, dan penasehat yang baik diantara yang lain. Sedangkan Gallen, cowok itu mungkin bisa dibilang tertampan diantara yang lain, kejem banget, galak, gak pernah belajar tapi nilainya selalu bagus, wajahnya dingin tetapi kalo sekali tersenyum, bikin orang kecanduan...hehe.

MY GALLENWhere stories live. Discover now