16: Biru, Kanya, Sebuah Pilihan.

9.6K 744 61
                                    


"Kalau seandainya aku bisa memilih kepada siapa aku akan menjatuhkan hatiku, tentu aku akan memilihmu. Walau kamu pasti akan membiarkannya jatuh begitu saja. Tak apa-apa. Tak masalah, asal itu kamu!" Blackheartsy, Tentang Cinta.

-

Biru memasukki kelasnya setelah selesai mengikuti upacara bendera di lapangan, saat memasukki kelas matanya langsung tertuju kepada Vano, yang sedang mencampurkan air mineral dalam kemasan gelas dengan dua batang permen. Entah apa maksudnya?

"Ngapain lo?" Biru bertanya kepada Vano yang masih sibuk dengan eksperimennya, dia bahkan masih berdiri untuk memperhatikan Vano.

"Katanya, dua permen loli milkita sama dengan segelas susu. Tapi, daritadi udah gue campurin kok nggak jadi susu ya? Malah butek airnya," Biru yang mendengar jawaban Vano hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan cowo itu.

Dia mengalihkan pandangannya dari Vano, matanya menangkap sosok Kanya yang baru saja memasukki kelas dengan membawa sebotol air mineral dingin. Membuat Biru mendekati gadis itu.

"Nyanya, bagi air ya!" Kanya yang sedikit terkejut karena Biru berbicara kepadanya, setelah tadi pagi menjemputnya tanpa berbicara sepatah katapun, akhirnya cewe itu hanya menganggukan kepalanya.

Kemudian, setelah mendapatkan persetujuan dari Kanya, cowo itu mendekati Vano, menuangkan sedikit air ke tangannya. Detik berikutnya air itu telah mencuci wajah Vano.

"Ya allah, sadar Van, sadar!" perlakuan Biru membuat Vano langsung menatap bingung sekelilingnya dan bertanya,

"Kamu siapa? Aku siapa? Ini dimana?" beberapa anak menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua sahabat itu, beberapa lagi yang jarak tempat duduknya tidak jauh dari Vano juga Biru tertawa melihat kelakuan tingkah dua sahabat itu.

"Biru, nanti kalau susuk gue luntur bagaimana?" kata Vano yang kini berusaha menjitak kepala Biru.

"Gue tuh cuma ingin menyadarkan elo! Daripada lo ber-eksperimen nggak jelas, mending lo pikirin apa lo udah mengerjakan tugas bahasa Indonesia?" kata-kata Biru membuat Vano menepuk keningnya.

"Astagfirullah, Vano lupa yaallah!" cowo itu buru-buru mengeluarkan buku tulisnya dan memasang wajah yang sama sekali tidak imut ke arah Biru.

"Biru, bikinin!" Biru yang terlanjur mual karena melihat wajah Vano, awalnya malas untuk mengerjakan tugas cowo itu. Tapi, entah mengapa otaknya mendapatkan sebuah ide yang sepertinya baik untuk masa depan Vano.

"Kebetulan semalam gue menonton tv, jadi, gue akan menuliskan teks berita untuk praktek menjadi pembawa acara berita lo nanti!" Biru kini fokus mengerjakan tugas untuk Vano.

--

Guru bahasa Indonesia, Bu Lala kini memasukki kelas membuat semua anak langsung diam di tempat, Vano bernafas lega karena tugasnya telah selesai di kerjakan oleh Biru. Bu Lala ini baik kok malah terkadang humoris. Tapi, kalau anak didiknya tidak mengerjakan tugas yang ia berikan, jangan kaget bila dia berubah menjadi super galak.

"Ada tugas?" Bu Lala bertanya untuk sekedar mengetes muridnya.

"Ada bu!" suara Vano membahana, cowo itu merasa bangga karena telah menyelesaikan tugas yang di berikan.

"Revano, kamu sudah mengerjakan?" Tanya Bu Lala kepada Vano, membuat semua anak menatap cowo itu penasaran.

"Sudah dong, Bu!"

"Ya sudah! Kamu maju duluan, bacakan teks berita kamu di depan!" Bu Lala memberikan perintah yang tentu saja langsung di laksanakan oleh Vano.

"Salam sayang, salam rindu, salam cinta, Assalamu'alaikum teman-teman." Beberapa anak sudah mulai tersenyum tiga jari mendengar pembukaan dari Vano.

Rasa BiruWhere stories live. Discover now