Prolog

57.3K 2.4K 40
                                        

St Louis Cemetery - London
18 Oktober 2003
Pukul 5.53 AM

Zach menatap air hujan yang turun semakin deras menerpa kaca jendela mobil. Tetesan air seolah saling berlomba tumpah ke bumi menimbulkan bunyi keras yang memecah kesunyian. Ia menyesali keputusannya mengendarai mobilnya seorang diri dari London hanya karena ingin menikmati perjalanan menuju St Louis Cemetery, tempat perisitirahatan terakhir ayahnya, Robert Thornthon.

Ia memijat pelipisnya, beberapa hari belakangan ini kepalanya mulai terasa sakit kembali. Padahal tim dokternya di Paris telah memastikan kalau kondisinya baik-baik saja bahkan sejak tiga tahun yang lalu Ia dinyatakan telah sembuh total. Namun tetap saja setiap berada di London, Zach merasa tidak nyaman. Dan itu menjadi salah satu alasan kuatnya tidak terlalu sering mengunjungi kota kelahirannya.

Zach memejamkan mata menyandarkan kepala sejenak, mencengkeram setir mobil dan menghela nafas panjang. Sebulan yang lalu, ibunya menelpon dan memintanya datang untuk menghadiri pembacaan testamen almarhum ayahnya yang meninggal tiga bulan lalu.

Zach masih mengingat dengan baik peristiwa tiga bulan lalu, saat Ia berada disini mengantarkan ayah, sahabat, rekan kerja, pria yang sangat dikagumi dan dicintainya tapi juga dibencinya karena perselisihan yang tak kunjung berakhir antara mereka sejak Ia menikah dengan Elizabeth, hingga sang ayah pergi untuk selama-lamanya.

Robert Henry William Thornthon meninggal di usia usia 63 tahun karena penyakit jantung yang telah dua tahun dideritanya. Robert juga meninggalkan Global Thornthon Company, kerajaan bisnis yang menjadi lambang kejayaan keluarga Thornthon.

Zach baru saja tiba tadi malam di London tapi memilih untuk istirahat di penthousenya sendiri di One Hyde Park. Tapi sejak tadi malam satu perasaan begitu kuat mendatanginya untuk mengunjungi tempat peristirahatan Robert terlebih dahulu. Ada rasa rindu yang tak terucapkan, rasa pedih yang membuatnya merasa lemah dan berbagai macam emosi yang selama ini telah begitu lama hilang darinya.

Zach memasang kancing outer coat nya, menahan rasa dingin yang mulai menyentuh kulit. Udara di akhir bulan Oktober selalu terasa dingin meskipun belum memasuki musim salju. Ia meraih payung hitam di kursi belakang, bergegas keluar dari Ferarynya dan berjalan tergesa menembus hujan, menyusuri jalan setapak yang indah dan rapi menuju makam Robert. Louis Cemetery terlihat sangat sepi, hanya orang gila yang datang ke sini pagi-pagi dalam hujan dan dingin yang menusuk seperti saat ini, dan orang gila itu termasuk aku pikir Zach memaki dirinya sendiri.

Sejenak langkahnya terhenti, dari jarak duapuluh meter ia melihat sosok gadis berpakaian hitam duduk bersimpuh di samping makam Robert

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sejenak langkahnya terhenti, dari jarak duapuluh meter ia melihat sosok gadis berpakaian hitam duduk bersimpuh di samping makam Robert. Perlahan Zach mendekat, tertegun menatap punggung ramping itu, mengawasi kepala yang tertunduk dalam dengan rambut pirang keemasan yang terurai basah kuyup di sela-sela kain yang menutup kepalanya.

Ia memaki dalam hati melihat gadis itu hanya mengenakan jaket tipis sederhana yang melekat di tubuh kurusnya. Pakaian yang tidak cocok untuk cuaca hujan dan dingin yang begitu pekat, benar-benar sebuah kecerobohan.

The Only You (1st Thornthon-MacMillan Series)Where stories live. Discover now