9. Penggantinya?

1.2K 82 13
                                    

"Tidak ada satu orang pun yang bisa menggantikan orang lain. Ketika saya jatuh Cinta pada kamu, tujuannya bukan untuk mengeringkan luka yang pernah basah. Tetapi untuk membentuk luka baru yang saya harap tidak akan kamu bentuk untuk melukai saya seperti yang dia lakukan dulu."
.
.

Setelah berbulan-bulan lamanya Rahel mencoba untuk menutup diri, berusaha untuk menutup hatinya dari siapapun, akhirnya dia memutuskan untuk membuka hatinya kembali.

Dia mencoba untuk menerima kehadiran orang lain dalam hidupnya.

Namanya Reno Dirgantara, lelaki yang selama ini telah berjuang keras untuk mendapatkan perhatian Rahel.
Lelaki yang selama ini sabar menunggu Rahel yang entah kapan akan membuka hatinya.

Tetapi akhir-akhir ini Rahel telah mencoba untuk dekat kembali dengan orang lain, buktinya sekarang Reno merasa bahwa Rahel telah memberikan dia kesempatan.

Reno tau tidak mudah untuk mendapatkan hati Rahel, dia tau bahwa Rahel benar-benar belum melupakan sosok Adrian dalam hidupnya.

***

Pagi ini Rahel datang terlambat karena dia kesiangan, untung saja guru mapel jam pertama belum ada di kelas saat Rahel datang.

"Gila, untung gurunya telat juga. Hampir gue kena hukum." Ucap Rahel sambil mengatur nafasnya.

Reno yang melihat Rahel baru datang pun langsung menghampiri Rahel yang sedang susah payah mengatur deru nafasnya akibat lari dengan kekuatan speedy.

"Tumben telat, biasanya sebelum gue dateng lo udah ada duluan dikelas." Tutur Reno sambil melihat gadis di depannya ini.

Rahel yang mendengar perkataan Reno pun hanya menyegir lebar sambil memamerkan deretan giginya.

"Yeh si monyet malah nyengir." Ucap Reno sambil mengacak rambut Rahel.

"Reno bangke, rambut gue berantakan eek." Gerutu Rahel sambil menatap tajam kearah Reno.

"Lagian lo sih, gue ngomong malah lo bales sama cengiran. Gak ada yang mau beli gigi lo pagi-pagi gini." Jawab Reno ngaco.

"Bukannya lo suka yah kalo gue senyumin kayak tadi?" Tanya Rahel ceplas-ceplos.

"Goblok sama gila beda-beda tipis yah, tadi itu lo nyengir bukan senyum." Jawab Reno kesal.

"Anjirr, masih pagi udah pedes aja tuh mulut. Ngeselin lo." Balas Rahel sambil mencibir kearah Reno.

"Ngambekan lo." Ucap Reno sembari menoleh kearah Rahel yang moodnya sudah dipastikan sangat hancur.

"Terserah gue lah. Yaudah sana lo, kan gue bego. Jadi gak usah deket-deket sama orang bego, ntar lo ketularan lagi." Balas Rahel dengan muka datar.

"Denger yah, gue selalu nerima lo apa adanya. Gak peduli sebego apa otak lo, sebocah apa tingkah lo, kalo gue gak sayang sama lo, mungkin gue udah milih bunuh diri ngadepin kelakuan lo yang kayak cacing tapi mulut kayak toa gini." Jawab Reno lembut sambil menatap mata Rahel.

Rahel yang mendengar perkataan Reno pun hanya bisa tersenyum tipis.
Dia takut menyakiti hati Reno, dia tidak ingin menggoreskan luka untuk orang sebaik Reno.

"Ngelamunin apa lo? Kata-kata gue sweet banget yah?" Tanya Reno sambil menaik turunkan alisnya dan berhasil membuat lamunan Rahel lenyap seketika.

"Yee pede amat lo nyet, kebanyakan makan micin nih jadi gini." Jawab Rahel sambil memutar bola matanya.

"Lo pikir gue apaan makanin banyak micin." Balas Reno kembali mengacak rambut Rahel.

"Reno bangke, udah gue bilang jangan berantakin rambut gue. Susah rapihinnya onyet, gue gak bawa sisir ke sekolahan." Ucap Rahel kesal.

Reno yang melihat tingkah Rahel pun hanya bisa tertawa puas, lelaki ini sangat suka apabila melihat muka Rahel yang sedang menggerutu kesal kepadanya.

Reno Pov

Banyak orang yang bilang salah satu cara membuat orang jatuh cinta adalah dengan cara membuatnya tertawa, tetapi setiap kali dia tertawa, malah gue yang dibuatnya jatuh cinta.

Gue paham, bahkan amat sangat paham.
Caranya melihat lelaki itu, caranya berbicara kepada orang itu, caranya menjawab pertanyaan dari orang itu. Semua menggambaarkan bahwa dia benar-benar masih mencintai lelaki yang bahkan udah ninggalin dia.

Wanita ini adalah orang yang gue sayang setelah nyokap gue tentunya, gue tau sangat sulit buat dapetin hatinya.

Karena hatinya masih dia kunci dan entah kapan dia benar-benar bisa buka hatinya buat gue.

Gue selalu berusaha buat dapetin hatinya, selalu sabar menunggu sampai hatinya benar-benar terbuka buat gue.

Gue masih disini, gue gak mau memaksakan kehendak. Biar waktu yang akan menjawab semuanya.

Gue cuma bisa nunggguin dia, sembari berdoa, berharap semoga suatu saat nanti dia akan sadar bahwa disini ada seseorang yang sayang sama dia, memperhatikannya dari kejauhan, menunggunya dengan sabar dan akan selalu berdoa untuk kebahagiannya.

Kenyataannya gue cuma manusia biasa, ada fase dimana gue sangat lelah untuk nungguin dia dan berpikir untuk menyerah sampai disini aja.

Karena dia selalu ngeliat gue sebagai seorang "teman".
Gue bahkan punya banyak pertanyaan buat dia, contohnya seperti, Apa dia tau rasanya di anggap biasa aja di hadapan orang yang dia sayang?
Mungkin dia lebih paham jawabannya karena dia adalah seorang wanita.

Tapi buat gue itu gakpapa, meskipun begitu, gue selalu bersikap seolah semuanya baik-baik aja dan seakan-akan gak terjadi apa-apa.

Gue gak akan menyerah semudah itu, yang bisa gue lakukan sekarang adalah bersabar.

Bersabar buat nunggu dia untuk membuka kembali hatinya yang telah dia kunci rapat.
Bersabar untuk nunggu dia menyadari perasaan gue yang sesungguhnya.
Dan bersabar untuk nunggu dia sadar bahwa ada orang yang lebih baik dari lelaki itu, yaitu gue.

Jangan lupa buat ninggalin jejak dengan cara Vomment guys😍😍
Don't be silent readers😄

HOLD ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang