Angin ^awal^

230 30 2
                                    


''hanya anginlah yang memberi kenyamanan untuk bermimpi dan tidak semua mimpi adalah khayalan. karena sebagian mimpi adalah hal yang sebenarnya petunjuk akan suatu hal (nanti)''
-Nyoman Kali Putriayu

bau khas pagi hari yang menyejukan diiringi oleh angin yang melambai-lambai wajah, berhasil membuatku mengerang karena terusik dari rasa nyamanku ini. kueratkan pelukan pada guling yang menemaniku setiap malam.

angin itu menyusup dengan tenang melalui jendela kamar yang menghadap tepat di sebelah kananku dan hanya berjarak beberapa senti dari ranjangku.

posisiku saat ini tidur menyamping ke kanan yang berarti tepat di depan wajahku, terpampang jelas langit yang samar-samar menunjukan kecerahannya.

aku jadi menyesal, kenapa waktu itu bisa-bisanya aku merengek sama ayah minta meletakan ranjang ini tepat di hadapan jendela. saat itu aku beralasan, ketika setiap malam sebelum tidur ingin melihat indahnya malam yang penuh bintang.

padahal bintang tidak muncul setiap malam. Huh maklum namanya juga permintaan anak kecil.

aku terpaksa membangunkan diri dari rasa nyamanku akan benda empuk berbentuk persegi panjang ini.

hmm pantas saja jendelanya kebuka, wong pengait besinya sedikit kendor begini. seinget aku tuh, tadi malem udah aku tutup. nanti aku akan meminta pakde kus untuk memperbaiki pengait jendela ini.

seperti hari-hari biasa. masih pagi, tapi aku sudah sibuk ini-itu. bangun pagi, beres-beres, kuliah yang kadang pagi atau siang , malamnya kadang begadang ngerjain tugas, sangat-amat melelahkan.

aku kadang berpikir. hidup di sini tuh seperti tinggal di pulau tidak berpenghuni, tidak ada kehidupan sama sekali. terasa sepi, tapi nyaman bagiku.

jika kalian berpikir aku ng-kost, kalian salah. justru aku tinggal di rumah besar nan mewah milik ayah.

aku selama ini tinggal bersama ayah yang kadang pulangnya satu bulan sekali. ayah selalu ke luar pulau yang katanya dia lakukan demi kepentingan bisnis.

tenang, aku mengerti kok ayah melakukan ini juga demi aku.

bagaimana dengan mama aku? beliau telah meninggal dunia setelah melahirkanku. itu artinya secara tidak langsung, akulah yang membuat mama pergi. seharusnya aku tidak lahir ke dunia ini. terkadang aku sedih menerima semua kenyataan ini.

walaupun diriku tidak sempat merasakan kelembutan seorang ibu, tapi syukurlah aku dapat merasakan bagaimana hangatnya pelukan seorang wanita yang telah aku anggap ibu bagiku. dia itu bude tati.

bude tati bersama dengan suaminya, pakde kus telah lama bekerja disini sejak aku balita. mereka telah aku anggap sebagai orang tuaku sendiri.

walaupun hidupku mungkin tak seindah yang dibayangkan, tapi aku tetap bersyukur memiliki mereka semua.

🎐🎐🎐

entah mengapa hari ini aku merasa lelah sekali. jam digital berwarna silver di samping ranjang menampilkan tulisan 22:00. itu jam termalam aku pulang selama kuliah. yaa wajar sih, tadi aku ke rumah teman buat ngerjain tugas kelompok.

mengapa selama itu aku kerja kelompok? hmm maklum, di kelompokku itu rata-rata orangnya pemalas (salah satunya aku, ya aku mengaku pemalas). giliran deadline-nya besok, baru kami yang lazy-lazy ini jadi rajin.

aku langsung melempar tas di sembarang tempat. merebahkan diri di kasur dan memeluk guling dengan nyaman.

sejenak ku menatap pemandangan malam dari jendela. bintang-bintang itu bagaikan galaksi yang mempesona.

puas telah melihat keindahan itu, tidak butuh beberapa lama dengan mudahnya aku terlelap.

Angin dan Angkasa |end|Where stories live. Discover now