ChickLit Tanpa Busana

3.1K 460 60
                                    

Pagi ini, saya menyeduh sekantung teh bersama sedikit gula. Sembari menikmati hangatnya, saya mampir ke Wattpad. Menjelajahi kolom-kolom genre, membaca sinopsis-sinopsis cerita di deretan teratas. Kemudian, saat sampai pada kolom ChickLit, saya teringat sesuatu.

ChickLit awalnya saya kenal lewat sebuah buku milik teman sekelas, seorang laki-laki malas yang suka menelantarkan buku-bukunya. Karena tertarik dengan kovernya yang minimalis, diam-diam saya menilik isinya. Saya lupa judulnya, tetapi satu hal yang saya ingat, penjelasan tentang ChickLit di dalamnya alih-alih nengenyangkan kepala, justru membuat saya semakin penasaran.

Dan kebetulan lainnya, saya bertemu sebuah Blog. Penulisnya mengungkapkan kegeliannya mengenai pemahaman ChickLit yang salah kaprah, lengkap dengan gerutu sarkastis yang renyah.

Lewat gaya bernarasinya yang gamblang, saya mencatat ChickLit sebagai bacaan yang tokohnya pasti perempuan.

Belum puas, saya berjodoh lagi dengan sebuah buku terbitan tiga serangkai. Sastra yang Malas: Obrolan Sepintas Lalu dari penulis sekaligus salah satu dari tiga pendiri Cybersastra.net yang saya ketahui, Donny Anggoro.

Pada buku tersebut, terdapat sebuah esai dengan judul nyentrik, ChickLit: Buku Laris Penulis Manis.

Di dalam esai tersebut Donny Anggoro menyebutkan bahwa ChickLit merujuk pada term 'chick' yang berarti sosok wanita muda protagonis yang mandiri, umumnya masih lajang, gaya hidup kosmopolit, mengalami pelbagai problematik percintaan, sedang mendambakan The One atau Mr. Right alias kekasih pujaan.

Sementara itu, 'lit' sendiri merupakan kependekan dari 'literature'. Lit di sini merujuk pada arti 'bacaan', bukan sebutan 'sastra' pada umumnya.

Sedangkan menurut deskripsi luas milik Nancy Pate, ChickLit adalah bacaan bagi wanita usia 20 tahun ke atas.

Sejenak, saya berpikir. Mengapa kebanyakan penulis justru menempatkan tulisan mereka di tempat yang salah?

Saya merasa seperti Chicklit telah kehilangan wajahnya. ChickLit telah kehilangan busananya. Disandingkan dengan tulisan-tulisan roman. Sedikit demi sedikit menggerus identitasnya.

Seperti yang saya temui di sebuah cerita baru-baru ini, seorang penulis jelas-jelas menuliskan target pembaca di usia remaja pada deskripsinya. Saat saya tilik isinya, ternyata tulisan tersebut berfokus tidak hanya pada konflik sang perempuan.

Akhir tahun lalu, masih di wattpad, saya menemukan bacaan di kolom ChickLit dengan embel-embel 'akan segera diterbitkan' pada sinopsisnya. Karena iseng, saya mampir sebentar. Belum sampai lima menit, saya mendadak gerah dengan tulisan di muka ponsel. Dari segi gaya bahasanya yang empuk dan santai, saya akui tulisan tersebut masil bercelana ChickLit. Namun, dari kesan pertama yang saya fokuskan, setengah dari tulisan tersebut berisi sudut pandang sang pria.

Jika sang penulis bermaksud membuat bacaan roman yang bergaya ChickLit, lantas mengapa justru ia tempatkan pada kolom ChickLit?

Mengapa justru membuatnya terkesan seperti tulisan bercelana ChickLit dan berbaju roman picisan kental?

Jika berkarya asal-asalan dan menunggu diperingatkan, lantas, untuk apa sebenarnya berkarya? Bukankah sudah seharusnya menjadi penulis berarti harus  banyak mencari tahu?

Lalu, sekali lagi, untuk apa sebenarnya berkarya? Untuk membuat bacaan tanpa busanakah? Atau malah sengaja menelanjangi karya sendiri agar dianggap menjadi pelopor pembaharuan di masa kini?

Entahlah.

Borneo,
5 Juli 2017

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 04, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Imperium: Obrolan Pukul SepuluhWhere stories live. Discover now