ONE

139 35 66
                                    

"Nah tu dia."

"Sok rajin banget taik. Pencintraan die nyet. Pake acara baca buku segala. Wah wah wah. Songong ni anak."

Ray tak hentinya berkicau dari balik tembok halaman belakang.

"Ngoceh aje lu ler. Lo sebel kan? Yaudeh lo samperin aje tu anak," kata Raka tak kalah kesalnya dengan Ray.

"Caranya?"

Raka malah mengedikan bahu. Putra? Ah ga bisa diandalin.

Ray membuang nafas kasar. Mulai berjalan selambat mungkin agar tak terdengar. Ia punya ide yang cute.

Tepat dibelakang Dean ia sekarang. Ia mengeluarkan korek api dari saku celananya. Berniat membakar ujung rambut Dean yg dikuncir. Hanya ujung rambut tak papa bukan?

Raka sedikit terkejut. Putra terbelalak. Mata melotot. Mulut ternganga lebar. Tanggan kirinya sibuk menunjuk-nunjuk Ray sementara tangan kanannya mengguncang-guncang tubuh Raka.

Api menyala. Ray sedikit mencondongkan badannya. Sedikit lagi rambut Dean akan gosong. Namun gagal.

Dean berdiri. Ketidaksiapan karna terkejut membuat tubuh Ray terjatuh dengan kepala menghantam bangku yang diduduki Dean tadi.

"Woi bangke! Mau kemana lo?" Ray bangkit dan melirik tangannya. Darah.
Raka dan Putra berlari kearah Ray. Yang dikejar malah berlari kearah Dean, dan hap. Tangan berlumuran darah itu memegang lengan bawah Dean.

Dean berbalik. Masih dengan wajah datar, alis nya dinaikan satu.

"Tanggung jawab. Kepala gue berdarah karna lo."

Bukannya menjawab, Dean malah melepaskan paksa tangannya. Lalu kembali berjalan. Ray mengejarnya.

"Salahin lo yang bego."

Terdiam, lagi. Ray membeku ditempat untuk kedua kalinya. Darah dikepalanya sudah berhenti menetes.

"Dia.. bisa ngomong?"

---

"Sakit ogeb!" Ray meringis saat salah satu anggota PMR itu membersihkan lukanya dengan alkohol," Pelan aje."

Siswi bernama Gemi itu memutar malas bola matanya. Kembali melanjutkan kegiatannya. Setelah siap, ia membersihkan alat-alat dan berlalu meninggalkan Ray.

"Eh tunggu, lo tau Dean ga?" Tanya Ray

"Dean? Cowok seangkatan ma kita?" Gemi menautkan alisnya bingung.

"Cewek. Dia cewek," Gemi terbelalak.

"Semenjak kiprah gue dari kelas X sampe sekarang, gue ga pernah tau cewek dengan nama Dean itu," Gemi kembali berlalu meninggalkan Ray yang masih berfikir.

"Dia ga punya temen satu pun sampe sekarang."

Ray menatap arah suara. Tampak pria yang sedang bersandar pada dinding pintu.

"Darimana lo tau Rak?"

"Dia satu sekolah sama gue waktu SD sama SMP. Sekelas juga waktu kita kelas X."

---

Dean bergegas keluar kelas. Tak memperdulikan tatapan Ray padanya. Ia terlalu terburu-buru.

Saat sudah digerbang, ia langsung berlarian ke halte tak jauh dari sekolah. Menunggu bus jurusan rumahnya.

15 menit. Terlalu sia-sia. Dean mengumpat kesal. Kenapa malah tak ada bus disaat-saat begini. Ia melirik ponselnya. Ingin memesan ojek online, tapi ia takut uang nya tak cukup. Tak ada pilihan. Ia harus berlari kerumahnya. Ia sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari.

DOBLE PERSONALIDAD [HIATUS]Where stories live. Discover now