Chapter 2

25.4K 481 9
                                    

Mulai sekarang aku akan tinggal berdua Bersama dengan David dirumah yang disediakan oleh keluarga David. Rumah kami yang baru ini terletak di pinggir jalan dengan akses yang sangat luas untuk pergi kemanapun. Bukan hanya itu saja, rumah ini tergolong besar apalagi untuk 2 orang. Enak ya keluarganya, dapat membeli rumah yang besar begini hanya dalam waktu 2 minggu.

“Kita tidak akan tidur dalam satu kamar” Kataku dengan tegas

Begitu sampai dirumah, aku langsung menyatakan hal tersebut dengan tegas karena aku tidak mau dia mengganggu daerah teritoriku. Lagipula ini juga dapat mencegah hal yang tidak-tidak seperti hal-hal mesum. Walaupun dia menghormati diriku yang tidak mencintainya tapi tetap saja dia adalah seorang cowo yang sudah beranjak dewasa dan yang sudah mengerti mengenai hal yang berbau seksual. Sepertinya dia mengerti dan menyetujui hal tersebut karena tidak ada bantahan sedikitpun yang keluar dari mulutnya. Aku dan David langsung memilih kamar kami masing-masing lalu membawa barang-barang kami menuju kamar yang telah kami pilih. Begitu masuk kedalam kamar, buru-buru aku mengunci pintu kamarku dan membaringkan diriku keatas Kasur.

“AH… CAPEKNYA” Teriakku dari dalam kamar

Aku berbaring sejenak melepaskan letihku lalu mengganti gaunku dengan kaos oblong beserta celana pendek yang nyaman untuk diriku. Aku membereskan barang-barangku dan meletakannya sesuai dengan tempatnya. Selesai merapihkan barang-barang, aku melihat jam dan ternyata ini sudah pukul 3 sore.

Dengan segera, aku pergi menuju dapur dan mencari bahan makanan untuk makan malam. Aku memasak nasi dan sembari aku menunggu nasi matang, aku mengeluarkan ayam dari freezer untuk mencairkannya. Aku membuatnya semua untuk 2 porsi yaitu untuk diriku dan untuk David. Ya walaupun aku tidak mencintainya, bukan berarti aku harus melalaikan kewajibanku sebagai istrinya bukan ?

Beberapa jam kemudian, David keluar dari kamarnya, mungkin karena dia mencium bau harum masakanku yang baru saja jadi. Aku melihat keringatnya yang bercucuran dari wajahnya. Bukan hanya wajah yang penuh dengan keringat tetap bajunya pun sudah basah dengan keringat. Dengan segera aku mengambilkan tissue lalu memberikan kepadanya, tidak lupa aku juga menyuruhnya untuk mengganti bajunya yang sudah basah dengan keringatnya sendiri. Setelah menukar bajunya, kami memakan masakan yang sudah kubuat

“Enak” Komennya datar

Aku hanya terdiam mendengarnya sembari menikmati masakan yang kubuat sendiri. Aku diam-diam melirik dan memperhatikannya. Ekspresinya benar-benar datar, tidak seperti orang yang sedang menikmati masakan yang enak. Aku sedikit menebak bahwa dia hanya berpura-pura memuji masakanku ini, tetapi aku tidak mempedulikannya sama sekali karena aku hanya menjalani kewajibanku saja.

Saat makanan selesai dimakan, aku mengambil piring-piring yang kupakai dan juga alat-alat masak yang kupakai lalu mencucinya. Tak lupa aku menaruh alat-alat masak yang telah kupakai ke tempat semula.

Waktu terus berlalu, dan hari esok pun datang. Aku pergi kesekolah seperti biasa. Memang aku dan David tinggal serumah, tapi kita tidak berangkat bersama-sama untuk menghindari kecurgaan teman-teman bahwa kami sekarang tinggal serumah.

Di sekolah, aku sedikit diintrogasi sama ketiga sahabatku mengenai kalung yang kukenakan ini. Karena aku memang hampir tidak pernah mengenakan kalung ke sekolah. Jadi mereka mengganggap tumben sekali kalau aku mengenakan kalung. Ketika mereka menanyai hal tersebut, aku beralasan bahwa ini adalah kalung pemberian papa dan papa menyuruhku untuk mengenakan kalung tersebut. Untungnya mereka percaya pada perkataanku. Padahal, kalung ini bukanlah kalung pemberian papa melainkan ini adalah Ring Necklace alias kalung yang berbandul cincin. Bukan cincin biasa melainkan cincin pernikahanku.

Setelah pulang sekolah, aku tetap melakukan aktivitasku yang biasa selain dari menjemput adikku. Aku tetap membereskan rumah baruku, menyapunya dan mengepelnya. Aku juga mencuci bajuku, bukan hanya bajuku saja tetapi baju David yang terletak di kotak pakaian kotor juga ikut ku cuci. Agar aku tidak bolak-balik mencuci baju, aku menghampiri kamar David lalu mengetuk pintu kamarnya

My Secret Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang