BAGIAN 26

4.4K 358 9
                                    

'MEREKA' ITU PALING GAK SUKA DI PANGGIL HANTU...

HAPPY READING GUYS, MAAF KALO TYPO.

________

Uhuk!...

"Mama!!..." ucap Dika khawatir melihat ibunya kembali dari dimensi lain dengan kondisi yang cukup memprihatinkan. Dari sudut mulutnya dapat terlihat beberapa bercak darah. Kedua tangannya menyentuh dadanya, seperti menahan sakit.

"Gak apa-apa sayang, kondisi kamu pun gak kalah buruk nya kaya Mama," ucapnya, berusaha menenangkan Dika, anak laki-lakinya itu.

Dika yang sedari tadi menahan sakit di dadanya menggeleng heran, raut wajahnya berubah menjadi penasaran, "Bagaimana bisa Mama tau?," ibunya tersenyum simpul. "Mama bisa liat dengan jelas darah di sudut bibir kamu sayang." Mendengar ucapan ibunya barusan Dika segera mengelap sudut bibirnya tersebut. Ia menarik jari-jari tanganya ke arah pandangan matanya.

Gimana bisa bibir gue berdarah? Emang tadi saat ritual jemput kakak, gue rasakan sesak banget di dada gue, tapi kok...? Ucap batin Dika bingung.

Aku tidak mungkin menceritakan hal yang sebenarnya,.ucap batin wanita itu.

Baru saja Kiva membuka matanya, untuk menutup portal gaib tersebut. Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah ibu Ana.

Melihat kondisi Ibu Ana seperti itu, Kiva langsung berlari kearah belakangnya. Mensejajarkan tangannya di punggung belakangnya, mencoba memberikan energi positif miliknya kepada wanita itu. Perlahan tapi pasti kondisinya mulai terlihat membaik.

Tante terima kasih sudah membantuku melindungi lingkaran pelindung tadi, ucap Kiva melalui pikiran ibunya Ana. Wanita itu menoleh ke arah Kiva, lalu tersenyum dan mengangguk pelan.

"Tante kita berhasil!" Ucap Sarah tiba-tiba, membuat mereka semua tersenyum senang. Lalu saling memeluk antara satu sama lain.

Tiba-tiba saja Bunga datang menembus dinding di belakang Kiva, melihat kedatangan Bunga membuat Sarah berteriak, "Bunga!! Gimana kondisi Ana? Dia udah sadar?" Ucapnya. Membuat mereka menoleh ke arah pandangan Sarah saat ini. Dika yang melihat tidak ada siapa-siapa disana langsung bergidik ngeri, dan berlari untuk bersembunyi di belakang Sarah.

"Jadi... Jadi maksud lo yang jaga in kakak gue di rumah sakit itu hantu...kak Sarah?," Ucap Dika takut. Sarah hanya mengangguk sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Gimana Ana? Udah sadar Bung?" Ucap Kiva tiba-tiba, membuat Bunga tersadar dari lamunannya, karena tingkah laku Sarah tadi. Yang tanpa sengaja membongkar identitasnya sebagai mahluk tak kasat mata. "I...Iya, Aku... kesini mau kasih tau kalian," ucap Bunga, yang disertai anggukan dari Sarah dan juga Kiva. Tapi tentu saja, ibu dan adik Ana tidak bisa melihatnya, juga mendengarnya.

"Jadi... Jadi gimana dengan keadaan Ana?" Tanya wanita setengah baya itu tiba-tiba, yang membuat Kiva menggenggam tangannya lembut.

"Tan. Ayo kita bergegas pergi menuju rumah sakit sekarang," Ucap Kiva, membuat wanita yang di maksudnya itu mengembangkan senyumnya yang indah.

[*][*][*]

Ana PoV

Tubuhku rasanya masih sedikit sulit untukku gerakkan. Rasanya juga masih sedikit agak mengganjal saat ku tau, yang membawaku keluar dari dimensi lain itu adalah ibuku sendiri. Bagaimana mungkin? Bukankah ibuku tidak pernah tau menau masalah ini? Apa jangan-jangan ibuku juga seorang indigo? Apa yang sebenarnya aku pikirkan. Jelas saja itu pasti tidaklah mungkin.

"Kakak, apa kakak sudah baikkan? Ester naik ya ke sebelah kakak? Ester mau peluk kakak," ucap Ester tiba-tiba sambil menjulur-julurkan lengan kecilnya itu. Uh dia lucu sekali, "Boleh sayang boleh, sini naik." Jawabku. Yang membuat ia tertawa girang, dan berusaha menaikan tubuh kecil mungilnya itu.

Setelah Ester berhasil naik, dan membaringkan tubuhnya tepat di sebelahku. Ia memelukku kencang, seperti tidak akan pernah membiarkan aku pergi. "Em... Ester, kakak pengap sayang," ucapku kepadanya, tapi dia malah makin mengeratkan pelukkannya kepadaku, sambil menggeleng tidak setuju. "Nanti kakak pergi lagi! Ester gak mau kehilangan kakak!" Teriaknya kencang. Membuat aku tertawa karena tingkah lucunya itu.

"Iya, iya deh. Kakak Bunga mana sih? Kok lama banget munculnya?" Ucapku parau, sambil mengelus puncak kepala Ester sayang. Tetapi Ester hanya menjawabnya dengan gelengan kecil saja.

"Kakak!!!..." Tiba-tiba saja suara teriakkan itu mengagetkanku, Aku pun menoleh dengan cepat ke arah suara tadi. Loh... itukan Dika, adikku. Bagaimana bisa dia tau aku ada disini?

Bukan hanya dia, ibuku juga ada di sana. Apa ibu sudah tau masalah ini? "Ana..." ucapnya parau, tampak jelas air mata keluar dari sudut matanya. "Mama..." ucapku pelan, lebih seperti berbisik.

Lalu detik kemudian, dapat kulihat ia langsung berlari ke arahku. Menghampiriku dan memelukku hangat. "Ana... maafkan mama yang ga bisa jaga kamu nak." Ucapnya, Membuat aku menggeleng tidak setuju kepadanya.

"Enggak Mah enggak, mama gak salah. Aku yang salah, sembunyikan ini semua dari mama," ucapku lirih. "Tapi sekarang kamu udah agak membaikkan sayang?" Ucapnya lagi, yang hanya di balas anggukan olehku. Kemudian ia melepas pelukannya itu, memberikan aku ruang untuk bernafas.

Ester yang sedari tadi ikut memelukku juga tampak senang, sepertinya pelukan ibuku tadi, kepadaku dapat ia rasakan juga. "Kakak! Ester main ya! Ester tadi di buatin pesawat kertas loh sama kakak Bunga." Mendengar ucapan Ester kemudian aku mengangguk setuju.

Ia kemudian turun dari tempat tidur, dan mengambil benda yang dimaksudnya tadi di bawah ranjang yang sedang aku tempati ini, kemudian memainkannya seolah-olah itu tidak akan berdampak apapun pada orang di sekitarnya. Tapi karena adikku itu sangat paranoid dengan hal-hal berbau mistis, jadi tidak sampai lima menit benda yang terlihat melayang itu, menggantung di udara. Ia tiba-tiba pingsan begitu saja. Tapi anehnya, melihat kejadian tadi. Ibuku hanya menggeleng pelan, dan tampak begitu tenang. Seperti tidak ada ketakutan sama sekali di matanya.

Melihat Dika tidak sadarkan diri karena dirinya. Ester langsung mundur begitu saja ke arah Sarah, "Kakak... Ester takut," Ucapnya lirih, membuat aku, Sarah, Bunga dan juga Kiva tidak dapat menahan tawa lagi. Seketika tawa kamipun pecah. Ibuku yang tidak tau apa-apa tentang Ester hanya bisa menggeleng pelan. Sedangkan Ester yang mendapat perlakuan seperti itu dari kami, membuatnya menjerit kencang. Yang berakhir dengan tangisan tampa air mata.

"Udah Ester. Kak Dika gak apa-apa sayang, dia cuman pingsan aja kok." Ucap Bunga menenangkan. Membuat Ester menghentikan tangisannya itu. Kemudian berlari kearahnya, sambil mengulurkan kedua lengan mungilnya itu minta di gendong.

Seketika kegiatan kami pun berhenti, saat ibuku tiba-tiba bertanya, "Jadi... siapa pelaku di balik ini semua?"

_______

HALLO, GIMANA? JANGAN LUPA VOTE DAN COMMNET YA GUYS BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA, DAN BUAT CERITA BARU LAGI NANTI. LOVE YOU ALL.

PIASDW

INDIGO (Complete) #revisiWhere stories live. Discover now