🍃 prolog 🍃

5.1K 552 38
                                    

Eros memandang Apollo yang tengah memainkan liranya dengan pandangan dingin. Pandangan itu memang tidak bisa ditangkap oleh Apollo karena Eros memandangnya dari posisi titik buta mata Apollo.

Eros merasa tersinggung atas kesombongan Apollo yang meledek kemampuan memanahnya.

"Apollo, panahmu memang dapat menghancurkan semua yang ada di dunia, namun panahku dapat menghancurkanmu!"

Eros mengambil dua anak panah yang berbeda, anak panah emas yang tajam yang merupakan anak panah rasa cinta langsung dia tembakkan tepat di jantung Apollo yang sebelumnya terus tertawa sembari memainkan liranya.

Berhasil memanah Apollo, Eros kembali menyiapkan anak panah timah yang tumpul yang merupakan anak panah rasa kebencian. Eros melihat ke sekitarnya, untunglah dia melihat seorang Dewi yang tengah melintas bernama Daphne. Ditembakkannya panah tersebut ke arah Daphne.

***

"Bisakah kau berhenti mengejarku, Apollo?" Tanya Daphne dengan raut wajah benar-benar kesal.

"Mengapa kau begitu membenciku, Daphne? Apa aku pernah berbuat kesalahan padamu?" Tanya Apollo sembari memainkan liranya di depan Daphne.

Daphne memandang lekat Apollo dengan pandangan heran namun menusuk. Sebenarnya dia juga tidak terlalu paham mengapa dia sangat membenci Apollo, yang dia mengerti hanya dia benar-benar tidak suka melihat wajah Apollo yang terus saja berada di sekelilingnya.

"Kau itu sudah memiliki banyak kekasih! Kenapa kau masih terus mengejarku?" Seru Daphne sembari bertanya ketus.

Apollo berhenti memainkan liranya, "Ah," Dilihatnya Daphne yang masih memasang raut wajah kesal padanya.

"Jadi kau cemburu, Daphne?" Apollo balik bertanya.

"Aku sudah meninggalkan mereka semua untukmu, Daphne.." Lanjut Apollo sembari kembali memainkan liranya.

Daphne membulatkan matanya, Mengapa Apollo malah menuduhnya cemburu? Batin Daphne.

"K-kau..."

Apollo mengganti tempo musiknya menjadi lebih cepat.

"Berhentilah berkata seperti aku benar-benar menyukaimu!" Seru Daphne yang kemudian langsung melesat pergi.

Dan disusul oleh Apollo tentu saja.

***

Eros mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman milik Dewi Dementer yang dia lintasi. Matanya terus memancarkan kesenangan hati.

Bukan hanya karena keindahan yang dipancarkan oleh bunga - bungaan tersebut, tetapi juga karena dia baru saja melihat pujaan hatinya di bumi, Psikhe.

Namun kegiatannya terhenti ketika melihat seorang Dewi yang tak asing untuknya dengan nafas terengah bersembunyi di balik pohon Ek.

"Daphne?" Panggilnya membuat sang empunya nama menolehkan pandangannya.

"Eros?"

"Sedang apa kau di sini?" Tanya Eros yang kini sudah mensejajarkan wajahnya dengan wajah Daphne.

"Sssstt...." Desis Daphne sembari menempelkan telunjuk kanannya ke bibir merah mudanya, "Bersembunyi dari Dewa Musik menyebalkan." Sahutnya sembari mengawasi keadaan sekelilingnya.

"Apollo?" Tebak Eros.

"Ssst!" Desis Daphne lagi. "Jangan kau sebut namanya!" Titah Daphne.

"Ikut aku!" Seru Eros sembari menarik pergelangan tangan Daphne.

Daphne yang bingung pun hanya mengikuti Eros tanpa banyak bertanya karena jujur saja, dia masih mengawasi ke sekelilingnya dan berharap agar Apollo tidak menemukannya kali ini.

[3] oxygen ¬ ong exy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang