🍃 1 🍃

2.5K 438 55
                                    

"Kau bilang Apollo tidak akan mengetahui tempat persembunyian ini!" Seru Daphne pada Eros yang kini sedang melayang di atas pohon Ek.

"Maafkan aku Daphne, aku tidak tahu kalau Apollo bisa sampai ke bumi." Ucap Eros yang tidak mau begitu saja disalahkan.

"Jadi bagaimana sekarang?" Tanya Daphne.

"Aku tidak tahu, Daphne. Tapi sepertinya kau memang tidak akan bisa terus-terusan menghindari Apollo."

Daphne memicingkan matanya ke arah Eros.

"Aku akan kembali saja ke Olympus!"


***


Apollo lari mendekat, Daphne lari menjauh. Dan terus seperti itu setiap waktu.

"Tunggu," kata Apollo, "wahai Daphne putri dari Peneus, aku bukan seorang penjahat. Jangan takut padaku seperti domba takut pada srigala atau merpati kepada elang. Demi cinta aku mengejar dirimu. Kau membuatku menderita, takut kau jatuh dan menyakiti dirimu dan akulah yang harus disalahkan. Berlarilah lebih lambat dan aku akan mengikutimu dengan lambat.

Aku adalah putra Jupiter dan aku adalah tuan dari Delphos dan Tenedos, dan mengetahui semua hal, masa kini dan masa depan. Aku adalah dewa nyanyian dan lyre. Panahku mengenai sasaran, tetapi, sial! Panah yang lebih dahsyat dari panahku menghujam ke hatiku! Aku adalah dewa obat-obatan, dan mengetahui semua tanaman penyembuh. Sial! Aku menderita penyakit yang tidak ada obat yang dapat menyembuhkan! Aku jatuh cinta. Jatuh cinta pada dirimu!"

Daphne tak memperdulikan perkataan Apollo. Daphne terus berlari menghindar. Bahkan ketika berlari dalam ketakutan, Daphne tetap memikat Apollo.

Angin meniup selendang bajunya, dan membuat rambutnya tergerai ke belakang.

Pengejaran semakin sengit dan Daphne mulai merasakan tenaganya mulai meninggalkan tubuhnya sedangkan Apollo semakin mendekat.

Dengan sisa tenaga dan waktu dalam lautan keletihannya, Daphne memanggil ayahnya, Peneus, Dewa Sungai.

"Tolonglah aku, Peneus! Buka tanah ini dan tutupi aku, atau ganti bentuk tubuh dan mukaku yang telah membuatku jatuh dalam keadaan yang membahayakan diriku saat ini!"

Dengan sangat ketakutan Daphne berbicara, seketika juga kekakuan mulai merambat ke seluruh bagian tubuhnya. Dadanya mulai tertutup kulit kayu lunak, rambutnya menjadi dedaunan, lengannya menjadi cabang-cabang, kakinya terbenam ke bumi dan menjadi akar, mukanya menjadi bagian batang pohon yang paling atas, menghilangkan semua yang dimilikinya kecuali kecantikannya.

Apollo terkejut. Dia menyentuh batang pohon dan merasakan daging yang masih bergetar di bawah kulit pohon yang masih baru.

Apollo memeluk cabang-cabangnya dan mendaratkan banyak ciuman ke batang kayu.

"Karena kau tidak dapat menjadi istriku," katanya, "kau tetap akan menjadi pohonku. Aku akan mengenakan kau sebagai mahkotaku."

Daphne berubah menjadi pohon Laurel (Salam).


***


Hari ini seharusnya adalah jadwal Eros untuk menemui Psikhe, kekasihnya. Tapi hal itu diurungkannya dan Eros lebih memilih mendatangi ayahnya, Ares, Sang Dewa Perang, untuk memohon bantuannya.

Eros menyampaikan penyesalannya dan ingin melakukan sesuatu untuk menebus rasa sesal itu.

"Sekarang kau tahu kan bagaimana kedahsyatan panahmu sendiri?" tanya Ares.

Eros menundukan kepalanya.

Sebenarnya Ares tidak terlalu memperdulikan soal kisah cinta Dewa Dewi manapun. Namun kali ini, karena ini adalah permintaan putranya sendiri, Eros. Ares akhirnya memberikan satu hal pada Eros untuk menekan rasa bersalah putranya tersebut.

[3] oxygen ¬ ong exy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang