Mau pinjem pensil gue gak?

409 28 10
                                    

"Hai, nama gue blablabla,"

Sudah tak terhitung jumlah anak kelas X MIPA 6 yang memperkenalkan diri didepan kelas. Dengan nada suara yang sama, gelagat yang sama dan kata-kata yang sama.

Tiba gilirannya maju kedepan, beberapa orang berbicara dan membuat suara yang berisik.

"Nama saya Disya Anggraini Pratiwi. Saya dari SMP Z."

Setelah itu Disya kembali ke bangkunya dengan cepat. Beberapa menit kemudian beberapa anak laki-laki menyerukan namanya.

"Hai Disya!"

Untungnya saja Disya bukanlah yang terakhir memperkenalkan diri didepan kelas barunya itu. Kelas yang didalamnya ada 39 anak, yang akan menemaninya selama 3 tahun kedepan.

Sungguh luar biasa.

Itu berarti Disya masih mempunyai waktu untuk menyesuaikan diri dengan teman sekelasnya.

Saat ada lagi yang maju kedepan, seseorang menyentuh bahunya menggunakan pulpen.

"Eh, lo anak SMP Z?"

"Iya, emang kenapa?"

"Enggak sih, nanya doang. Cuma anak-anak SMP situ kok banyak banget sih yang masuk sini?" Tanya anak laki-laki yang berbadan bongsor itu.

Disya tersenyum pelan, "iyalah. 'Kan SMP Z masih satu wilayah sama SMA ini jadinya pada kesini."

"Oh gitu. Oh iya, nama lu siapa?"

Perasaan baru saja Disya memperkenalkan dirinya didepan kelas. Anak ini pasti tipe yang tidak mendengarkan penjelasan guru didepan kelas.

"Disya."

"Oh oke."

Disya ingin menanyakan nama anak itu, tetapi yaudah lah. Toh nanti dia akan tahu sendiri nama semua anak dikelas ini.

Masih ada beberapa anak lagi yang perkenalan, dan menurutnya itu lumayan menghibur karena beberapa dari mereka kadang bertingkah konyol. Hari itu dia lewati dengan mencoba mengenali wajah dari teman satu kelasnya.

Detik berganti menit, menit
berganti jam, jam berganti hari, dan hari berganti bulan.

Seiring berjalannya waktu, tak terasa sudah 4 bulan menjelang mereka memasuki masa SMA. Sejauh yang Disya rasakan, masa SMA nya benar-benar biasa. Tidak seperti yang digambarkan oleh puluhan novel yang dibacanya, dan ucapan sang mama yang berkata masa SMA adalah masa mencari jati diri dan mencari laki-laki yang baik untuk dijadikan 'teman'.

Oh, mungkin karena baru beberapa bulan jadi belum terasa. Atau mungkin karena Disya anak yang biasa saja jadinya hari-hari disekolah pun terlampau biasa.

Tapi itu tak berlangsung lama, saat dia mulai mengenal salah satu teman sekelasnya.

Namanya Dany.

Dany itu, bagaimana ya menjelaskannya?

Menurut Disya, Dany itu baik, lucu, terus lebih pendek dari teman-temannya yang lain meskipun tetap lebih tinggi dari Disya. Awalnya biasa saja, sampai saat itu pembagian kelompok bahasa sunda.

[SS • 4] - PensilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang