Empat Belas: Lempar Kode Bersambut Hati

2.5K 454 9
                                    


Usahakan Vote dulu baru baca :)

I hope you like it

-----------


Gilda Payra messages on '12 Mia 3' group

Gilda Payra: Eh ruang 6 dimana eh? Diitung dari bawah atau diatas?

Aksa Hermawan: Bawah. Dari 10 Mia 1.

Gilda Payra: Duduknya bareng adek kelas?

Aksa Hermawan: y

Fiona berusaha menahan tawanya membaca balasan chat dari Aksa itu. Ia tak ingin masker yang ia pake jadi berantakan karena dirinya terlalu banyak tertawa. Ia bisa melihat beberapa temannya yang mulai membalasi pesan tersebut.

Nayara Wulan: Sakit gue bacanya :'v

Dena S.A: Gue juga Nay :'v

Aksa Hermawan: Kenapa emang?

Fiona tak bisa menahan tawanya lagi. Gadis itu langsung tertawa terbahak-bahak hingga masker tomatnya sedikit berceceran di meja belajarnya. Ia tak memperdulikan Nuga yang sudah memukul dinding karena merasa diganggu istirahatnya seterah pulang dari pekerjaan magangnya beberapa bulan ini. Dengan cekatan Fiona me-reply pesan Aksa.

Fiona.G.Sastra: Bodo Sa bodo. 😂

Saskya Baskoro: Emang gek Aksa doang...

Zahra Wijanarko: NGAKAK ONLINE!

Zahra Wijanarko: Oh iya, lupa ngasih tau. Habis UAS, jangan lupa dateng ke ultah Dena ya. Tanggal menyusul...

Fiona meraih handuknya dan bergegas ke kamar mandi di luar kamarnya. Batal sudah niatnya untuk bermaskeran sebelum tidur, memakai bedak dingin pun sudah malas sekali rasanya. Itulah kenapa ia hanya mencuci mukanya dan kembali ke dalam kamar. Ia meraih ponselnya diataa meja belajar, dan merebahkan dirinya diatas kasur sebelum membuka hpnya

You got messages from Aksa Hermawan

Aksa Hermawan:Emang kenapa itu?

Fiona.G.Sastra: Apanya?

Aksa Hermawan: Di grup

Fiona.G.Sastra: Lo balesnya kurang singkat, Sa 😂

Aksa Hermawan: oh

Aksa Hermawan: Vidcall?

Fiona langsung terkesiap ketika tiba-tiba Aksa menghubunginya untuk melakukan vidcall. Ia langsung duduk bersandar di kepala kasur sebelum menjawab panggilan tersebut. Tak butuh waktu lama, hingga wajah Aksa muncul di layar ponselnya. Dari latarnya nampaknya cowok itu berada di ruang tamu rumahnya.

"Tumben."Gumam Fiona, bisa melihat kerutan dahi halus Aksa yang menandakan bahwa pemuda itu penasaran akan kata-kata selanjutnya. "Biasanya cuman chat kalau udah jemput di depan rumah doang. Tumben ngajak vidcall."

Aksa memutar bola matanya sesaat dan bergumam tak jelas. "Sekali-kali?"Ucapnya terdengar tak yakin. "Kenapa belum tidur?"

"Belum ngantuk." Fiona mengucek-ucek matanya yang sudah merah, berusaha masih terlihat segar. "Lo sendiri?"

Aksa mengarahkan kameranya ke arah Gibran, adik bungsu Aksa, yang tertidur di sofa berselimut sembari memeluk stick ps. "Tadi nemenin Gibran tanding main PES. Maklum orang tua keluar kota mulu ngindarin mahasiswanya jadi gue yang urus adik-adik gue." Jelasnya sembari mengarahkan kamera kembali ke wajahnya.

Fiona mengangguk kecil. "Kalau gue lolos ujian nanti, lo kasih hadiah apa ke gue?"

"Hadiah? Emang kapan pengumumannya?" Aksa berdeham sebentar. "Lo mau apa emang?" tanyanya menatap lembut Fiona yang mengetuk-ngetuk dagunya seolah berpikir keras.

"Pengumumannya barengan sama pesta ultah Dena." Fiona membenarkan letaknya sebentar. "Lo nawarin apa?"

"Ya seterah lo." Aksa menyugar rambutnya yang sudah lumayan panjang. "Lo mau apa? Traktir? Nonton? Shopping? Jal-"

"Kalau gue minta kejelasan hubungan kita gimana?"

Aksa tersentak mendengar ucapan Fiona. Matanya sedikit membulat, tak percaya bahwa Fiona akan mengatakan hal tersebut. Menyadari ucapannya, Fiona ikut tersentak dan langsung mengakhiri sambungan vidcall mereka. Perlahan sebuah senyuman muncul di wajah Aksa, bukan senyum singkat yang biasa ia tunjukkan, melainkan sebuah senyuman yang sangat lebar. Tari, yang baru saja turun dari kamarnya untuk mengambil minum mengernyit saat melihat kakaknya yang tersenyum sendiri.

"Bang? Lo menyeramkan senyum sendiri kek gitu." Tegur Tari menatap Aksa horror. Pemuda itu tak mengindahkannya dan mulai mengetikkan pesan untuk Fiona yang ia yakini sedang malu saat ini.

Aksa Hermawan: Baiklah, deal with it :)

*******

Rasha menatap layar ponselnya dengan panik. Ini sudah 3 minggu Oji tidak menghubunginya sama sekali, tidak menjemputnya pula yang mengakibatkan ia harus menebeng dengan juniornya. Dan sedari tadi pemuda itu tak mengangkat telponnya sama sekali. Ia takut, pemuda itu sudah mengetahui semua rahasianya. Karena salah satu teman cheersnya pernah melihat Oji datang ke SMA Garuda.

Drt Drt Drt

Oji Calling

Dengan cekatan, Rasha langsung mengangkat sambungan telpon tersebut. Tanpa membiarkan Oji mengucapkan salam, ia langsung berbicara cepat dengan panik. "Kamu kemana aja?! Kenapa gak pernah ngabarin aku?!"

Di seberang sana, Rasha bisa mendengar suara Oji yang menghela nafas. "Maaf. Aku sibuk buat UAS besok."

"DAN KAMU PIKIR AKU PERCAYA?!" Bentak Rasha kesal. Ia berusaha mengatur amarahnya yang meledak-ledak. "Sejak kapan kamu mentingin hal yang kayak gitu? Kamu bukan murid teladan kayak Aksa Ji, jadi gak usah cari alasan yang gak masuk akal kayak gitu." Lanjutnya dengan nada mengejek namun tak sekeras tadi.

Oji tak bisa menahan tawanya. Tawa yang terkesan mengejek, dan itu membuat Rasha tersinggung. "Kamu tuh aneh ya." Gumam Oji tak habis pikir setelah gelak tawanya mereda. "Pacarnya mau berubah jadi lebih baik bukannya didukung malah kamu gak suka..."

"Berubah?" Rasha pun tak bisa menahan nada sinisnya. "Kamu itu udah gak kayak dulu Oji. Bukan cowok cupu ditengah-tengah anak basket yang diperlakukan kayak babu seperti dulu. Kamu sekarang cowok populer dan merupakan anggota klub basket yang cukup diperhitungkan."

"Dan sejak kapan belajar menjadi hal cupu? Itu kewajiban kita sebagai pelajar bukan?" Balas Oji skakmat. Rasha terdiam dengan kadar kekesalan yang semakin tinggi. "Cuman kamu deh kayaknya mantan aku yang gak seneng liat aku berubah."

"Mantan? Maksud kamu si Fiona kan?" Rasha mendesis tak suka. "Jangan samakan aku sama cewek cupu kayak dia. Mau jadi desaigner, tapi style nya sendiri gak ikutin selera mode. Sebelas dua belas deh sama Aksa, gak heran-"

Tut Tut Tut

Dan berikutnya Rasha membulatkan matanya tak percaya. Tak percaya kalau Oji baru saja mematikan ponselnya secara sepihak. Ia berdecak kesal, melemparkan ponselnya kearah kasurnya dan mulai mengumpat pelan.

"Sialan."

-------------

Duh entah kenapa aku merasa cerita ini makin dikit readers nya :'v. Ayo yang masih sider divote dan comment ceritanya. Buat yang baru baca juga jangan cuman vote prolog, terus lanjut baca sebagai sider :'v. Ah iya ada pesan dari temen aku buat promoin ceritanya, jadi kalian boleh baca cerita milik @NgapaaInii judulnya 'Piece Of Letter Before Split'. Kalau di dunia nyata sih namanya Nurul dan merupakan junior aku di sekolah yang sebelumnya, dan adik sahabat aku. So, terimakasih buat Vote dan comment kalian di 'Titik Koma' dan jangan lupa masukkin reading list ya.

Penikmat Imajinasi

Titik Koma [END]Where stories live. Discover now