#23 When You're Gone

450 58 6
                                    

Yoonji hanya menonton saat Yoongi sibuk ke sana kemari menyiapkan barang-barangnya untuk dibawa besok ke Amerika. Sudah ada dua kardus yang telah siap di sudut ruangan, dan sepertinya masih ada banyak kardus lain yang harus dibawa. Buktinya sekarang saja Yoongi mengambil semua bajunya dari dalam lemari dan membawanya ke tempat tidur untuk dilipat lalu dimasukkan ke dalam koper besar. Padahal sepatu-sepatunya masih ada yang belum dimasukkan dalam kardus. Terlalu sibuk dengan banyak persiapan, Yoongi sendiri tampak berantakan. Rambut acak-acakan, wajah kusam, ekspresi penat luar biasa.

Yoonji sama sekali tidak membantunya.

Mungkin itulah kenapa Yoongi menjadi sangat berantakan. Dia terlalu menghawatirkan banyak hal sehingga banyak juga yang terbengkalai.

Yoonji menghela napas lelah saat melihat Yoongi beranjak mengambil ransel dan memasukkan barang-barang lainnya. Ingin sekali dia mengumpat pada kakaknya satu itu.

Belum selesai satu, sudah beranjak mengurusi yang lain.

Brak!

Yoongi mendesis gusar begitu kamera kesayangannya jatuh secara tidak anggun ke lantai dengan bagian lensanya yang pertama mencium lantai. Ia buru-buru berjongkok untuk mengambil benda itu dan tidak memperhatikan meja yang ada di depannya sehingga tak bisa disangkal, dahinya pun terantuk keras pada meja tersebut.

"Akh!"

Yoonji yang sejak tadi membaca novel pun segera menutup kasar novelnya lalu menyimpannya ke dalam laci sebelum beranjak mendekati kakaknya.

"Kau ini sama sekali tidak becus," ujarnya sebelum membantu kakaknya berdiri dan mendudukannya di tepi ranjang. Dia merebut ransel dari tangan Yoongi, lalu memungut kamera dari lantai dan langsung memasukkan ke dalam ransel setelah yakin tidak ada yang bermasalah dengan kamera itu. Kemudian dia menyimpan ransel itu di kaki meja dan bergantian mengurusi baju-baju Yoongi. Yoonji sangat telaten melipat baju-baju itu dan memasukkannya ke dalam koper. Hanya butuh 10 menit sampai koper itu telah terisi penuh dan tertutup rapat. Lalu beralih pada sepatu-sepatu Yoongi yang sudah seperti tumpukan sampah. Dia menggabungkan sepasang sepatu menjadi satu sebelum menatanya di dalam kardus. Juga tidak lama, akhirnya pekerjaan yang dihabiskan dengan waktu lama oleh Yoongi, selesai dengan cepat oleh Yoonji. Ia pun menghampiri kakaknya setelah itu.

"Wah ... kau keren sekali, sayang."

Yoonji hanya berdecak sambil menarik kepala Yoongi agar makin dekat dengannya. Terdapat memar kecil di dahi Yoongi, tepat di tengah. Ia menghela napas. Pasti besok akan berubah warna menjadi ungu. Ia pun mengelus memar itu sebelum mengecupnya lama.

Yoongi sendiri terpaku di tempat.

"Dasar ceroboh," gumam gadis itu yang sempurna menyadarkan Yoongi. "Lihat hasil kelakuanmu ini. Kau sudah seperti wanita-wanita India yang baru saja menikah. Hanya tinggal diberi rambut palsu dan gaun, kau sudah seperti wanita India sungguhan. Kau tidak memikirkan bagaimana malunya aku punya oppa cantik sepertimu?"

Yoongi menyeringai, lalu tertawa garing. Dia mencubit pipi tembem adiknya. "Bilang saja kalau kau menghawatirkan kakakmu, adik kecil."

"Kuharap kekasihmu nanti tidak seceroboh dirimu."

"Kau berharap aku segera punya kekasih? Kau tidak akan cemburu jika nanti kau harus berbagi diriku bersama gadis lain?"

"Aku bukan pasien brother complex sepertimu," balas Yoonji sambil mendorong dada Yoongi agar menjauh sedikit darinya. Tapi Yoongi malah makin mendekatkan wajahnya.

"Kau mencintaiku?"

Yoonji menatap Yoongi tak mengerti. "Kau ini bicara apa? Tentu saja aku mencintaimu. Kau ini kakakku."

Swag Couple Series [BTS Jimin]Where stories live. Discover now