☘ - One

43.2K 1.7K 61
                                    


Mulmed: Varo Anargya

~×~

      Di dalam ruangan berbentuk persegi panjang itu, dengan sebuah pendingin ruangan yang menyala dengan suhu 25°C, Varo sibuk mengutak-atik kertas-kertas putih yang berserakan di meja khusus untuk ketua OSIS. Dengan dahi berkerut dan mata yang fokus dengan kertas-kertas putih itu, Varo masih menggerakan pulpennya untuk menulis sesuatu.

      Baru dua hari Varo menjabat sebagai ketua OSIS, tapi tugas dan pekerjaannya bahkan sudah menumpuk. Varo bahkan hanya bisa beristirahat selama delapan jam sehari. Karena bukan hanya pekerjaan OSISnya yang menumpuk, tugas-tugas yang diberikan gurunya bahkan bisa dibilang sangat banyak. Tapi karena tugas itu bisa diberikan ke guru dalam waktu seminggu, maka Varo lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaan OSISnya terlebih dahulu, baru tugas-tugas yang diberikan gurunya akan dia kerjakan di rumah. Tapi tetap saja, Varo hanya bisa beristirahat sebentar. Paling tidak hanya pada saat dia tidur di malam hari.

      "Var, masih lama? Sini deh gue bantuin," tawar Thala yang entah sejak kapan sudah berada di hadapannya.

      Varo mendongak lantas tersenyum menatap Thala. "Nggak apa-apa, Thal. Bentar lagi juga selesai."

      Thala hanya bisa mendengus rendah dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi seraya melipat tangan di depan dada. Memperhatikan temannya yang masih fokus ke kertas dan laptop di hadapannya, membuat Thala merasa salut dengan Varo. Thala memang sudah mengenal Varo dari mereka kelas satu SMP. Sama dengan Aldi. Dan tentu saja Thala sangat mengenal sifat Varo yang satu itu. Merasa bisa menyelesaikannya sendiri padahal jika dipaksakan maka tubuhnya juga pasti akan lelah. Thala sendiri menawarkan bantuan itu dengan suka rela. Tapi Varo tetap terus saja menolak bantuannya dengan halus.

      Sebenarnya Varo tidak bermaksud untuk membuat Thala merasa tertolak bantuannya. Ia hanya tidak ingin merepotkan temannya saja. Malah Varo merasa senang bisa mempunyai sahabat seperti Thala dan Aldi yang senantiasa mau membantu dirinya.

      "Yee ... si kampret, gue cariin tahunya disini."

      Suara itu membuat Varo dan Thala sama-sama menoleh. Mendapati Aldi yang tengah berjalan menghampiri mereka dengan sepiring batagor yang baru saja dia beli di kantin.

      "Lo dicariin pak Yanto. Katanya ada sesuatu yang penting mau  diomongin," kata Aldi memberitahukan amanah yang diberikan Pak Yanto pada Thala.

      "Hah? Ngomongin apaan?" tanya Thala bingung.

      Aldi hanya menghedikan kedua bahunya masih dengan mata yang fokus dengan batagor miliknya.

      "Mana gue tau. Lo kan sekretaris OSIS, jadi Pak Yanto perlu bantuan lo," jawab Aldi kemudian memasukan sesendok batagor ke dalam mulutnya.

      Thala berdecak. "Elah, mau ngapain lagi sih?! Mentang-mentang gue sekretaris OSIS jadi pembantu mulu. Selalu disuruh-suruh." Thala mendengus sebal seraya mengacak rambutnya gemas. Pasalnya tadi Thala sudah beberapa kali naik turun tangga dari lantai satu ke lantai tiga hanya untuk mengantar buku-buku kelas siswa lain yang baru saja diperiksa tugas-tugasnya oleh Pak Yanto. Bukan hanya itu, karena Thala siswa terbaik dibidang olahraga, Pak Yanto menyuruh Thala untuk mempraktikan suatu pelajaran olahraga di depan adik-adik kelasnya. Dan yang paling membuat Thala kesal adalah siswa-siswi itu tidak bisa langsung mengerti saat pertama mencontohkan, jadi Thala harus berulang kali mencontohkan pelajaran olahraga itu dikarenakan adik-adik kelasnya yang terus bertanya ini-itu.

Ketua OSIS Vs Bullying Girl [Completed] Where stories live. Discover now