Part 38

3.7K 253 32
                                    

HAI EVERYONE. AKU BUAT NEW STORY DENGAN GENRE TEENFICT, BUAT KALIAN YANG BELUM BACA BOLEH LANGSUNG LIAT KE PROFILE AKU, BARU AKU POST BEBERAPA HARI YANG LALU. AKU HARAP YALL ENJOY WITH MY NEW STORY.

"Hai Zid." Iqbaal menyapa Zidny yang sedang duduk dibangku taman.

"Eh hai Baal." Zidny tersenyum.

"Udah lama?" Iqbaal menatap Zidny.

"Lumayan."

"Maaf ya, tadi aku gak diizinin pergi sama orang rumah."

"Iya gak apa-apa."

"Emm, gimana kalo kamu aku ajak kerumah biar orang rumah kenal sama kamu." Iqbaal tersenyum sambil menunggu persetujuan Zidny.

"Boleh." Zidny tersenyum licik sebelum ia menjawab pertanyaan Iqbaal.

Iqbaal dan Zidny berjalan kaki menuju rumah mu, jarak antara taman dan rumah bisa dibilang cukup dekat.

"Yuk masuk." Iqbaal membuka pintu utama untuk Zidny.

Tap Tap Tap.

"Eh (namakamu) pas banget gue mau kenalin seseorang sama lo." Iqbaal menatap mu yang masih berdiri di anak tangga.

"Maksud kamu apa baal?" kamu menatap Zidny tak percaya.

"Kenalin, Zidny ini (namakamu), (namakamu) ini Zidny." Kata Iqbaal. "Karena lo udah kenal sama Zidny, lo gak perlu khawatir kalo gue pergi sama dia." Lanjut Iqbaal.

"Hai (namakamu) senang berkenalan dengan anda." Zidny menatap mu sambil tersenyum mengejek.

"(namakamu) bisa gak lo buatin minum buat gue sama Zidny?" Tanya Iqbaal.

Kamu mengangguk. "Iya bisa, mau minum apa?"

"Syrup dingin aja ya, gue tunggu di ruang tamu." Iqbaal menjawab sambil berjalan menuju ruang tamu tanpa menatap mu.

Tangan mu mengaduk ngaduk syrup dalam gelas, air matamu tak kunjung berhenti, bagaimana bisa Zidny kembali ke hidup Iqbaal.

Bagaimana bisa Zidny ada di kota ini.

"(namakamu) lo kenapa nangis?" Devan menatap adiknya.

Kamu memeluk Devan. "Dia balik lagi kak hiks."

"Dia siapa?" Devan menatap mata mu.

"Zidny." Kamu bergumam dalam pelukkan Devan.

"Terus ini lo lagi apa?" Tanya Devan.

"Bikinin minum buat mereka." Tangisan mu mulai mereda, sesekali kamu menggosok mata mu yang memerah.

"Sini gue kerjain." Devan menaburkan garam ke salah satu gelas.

Devan tersenyum menyeringai. "Yang ini buat Zidny dan yang ini buat Iqbaal." Ucap Devan. "Gue anterin dulu ya bye."

Devan menatap dua orang yang sedang tertawa bersama di sofa ruang tamu, ia menatap gelas yang ia bawa sambil mengingat gelas mana yang ia taburi garam.

"Haii semua." Sapa Devan. "Nih diminum, sorry ya (namakamu) tadi tiba-tiba pengen ke toilet jadi gue yang anterin."

Iqbaal dan Zidny tersenyum manis menatap Devan. "Thanks ya ka." Kata Iqbaal. "Oh iya, santai aja kali." Devan berusaha berbicara semanis mungkin.

"Euu silahkan diminum, gue mau kekamar dulu byee." Devan tersenyum sinis setelah ia membalikkan tubuhnya.

Devan berjalan menuju dapur hendak menemui dirimu. "Eh (nam... Kira-kira gimana ya reaksi Zidny pas dia minum syrup nya hihi." Devan terkekeh membayangkan wajah kaget Zidny.

"Lo iseng banget sih kak, nanti ka-"

"(NAMAKAMU) LO ITU APA APAAN SIH!" Bentak Iqbaal.

"Maksud kamu apa Baal?"

"Lo masukin garam ke gelas nya Zidny kan?" Bentak Iqbaal.

"Aku gak masukkin."

"Alesan mulu lo, ayo Zid kita ke kamar aku." Iqbaal menggandeng Zidny pergi dari dapur.

"Kenapa kita gak usir mereka dari sini aja sih (nam? Bahkan Iqbaal bersikap seolah ini rumah dia." Devan menatap mu yang masih terpaku.

"Kita bisa usir Zidny tapi enggak dengan Iqbaal kak." Ucap mu.

"Kenapa enggak? Toh dia gak ngehargain kita." Sergah Devan.

"Bagaimana pun Iqbaal itu suami aku kak. Ini bukan Jakarta, dia gak ada keluarga di sini kak, lagi pula aku gak mau ngelepasin Iqbaal buat Zidny gitu aja." Ucap mu.

"Persetan dengan status." Devan berdecak lalu membuang muka.

"Udahlah kak aku capek mau istirahat." Kamu berjalan meninggalkan Devan yang masih bersandar dimeja makan.

*****

"Baal aku ke toilet ya." Kata Zidny.

"Oh iya, itu toilet nya." Iqbaal mengangguk mengizinkan.

"Euu aku- aku pake toilet yang di bawah aja." Kata Zidny.

Iqbaal menaikan satu alisnya. "Loh kenapa?"

"Gak apa-apa."

"Oh yaudah, mau dianter?" Tanya Iqbaal.

Zidny menggeleng cepat. "Enggak, Enggak perlu."

"Oh yaudah."

Zidny keluar dari kamar Iqbaal.

"Bunda, aku mau minum susu."

"Eh tapi aku juga mau jus unda."

"Terus Shilla mau nya apa? Jus atau susu?"

"Aku mau jus aja deh unda."

"Yaudah bunda selesain gantiin popok Fatir dulu ya, nanti bunda ambilin jus nya di dapur, oke?"

"Oke."

Zidny menghentikan langkah nya saat mendengar percakapan antara dirimu dan Shilla, pikiran jahat pun terlintas di benak Zidny.

"Lo bakal tau akibat nya, kalau berani main main sama gue (namakamu)." Zidny tersenyum licik pada dirinya sendiri.

Mata Zidny terus mengamati setiap barang di dapur rumah mu. "Kira-kira apa yang bakal gua pake." Zidny mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk.

"Gue rasa minyak goreng itu simpel tapi menyakitkan." Zidny kembali ke tangga menaburi minyak.

"Rasain lo (namakamu), abis ini lo bakal mati dan Iqbaal bakal jadi milik gue."

"BUNDAAA BURUAN AKU MAU MINUM BUNDAA."

"Iya Shilla sabar sayang ini juga mau bunda ambilin."

Zidny melangkah ke balik tangga, bersembunyi menunggu dirimu terpeleset.

Clek.

Suara pintu kamar membuat senyum Zidny semakin mengembang.

"Dengan hitungan detik lo akan mati."

"Saatu.... Duuua...... Ti-"

"AAAAAAAAA."

To Be Continued.
Winasyaidaa.

Pria Manja (Slow Update)Where stories live. Discover now