27.

8.4K 235 56
                                    

"Tuhan, jangan pernah biarkan kak Reza pergi dari hidupku. Aku berjanji tak akan nakal lagi." Batinku.

Setelah itu aku tertidur.

****
Telingaku mendengar ketukan di pintu kamarku.

"Sisca bangun, sholat subuh yuk." Teriak kak Reza dari luar.

Aku mengambil kuncir di nakas sebelah kasurku, lalu melangkah membuka pintu.

"Morning baby." Ucapnya lalu mengecup puncak kepalaku.

"Apaan sih ah, ganggu aja." Ucapku ketus.

"Kamu tuh ya, gak bisa bangun suasana apa. Aku udah berusaha so sweet gitu, malah kamu biasa aja." Ucapnya lalu mendengus.

"Hehehe maaf, morning too sayang."

"Ya udah, kita sholat yuk."

Aku mengangguk.

Selesai sholat subuh, aku mandi dan kak Reza menonton tv.

Setelah nonton tv, aku memutuskan masak untuk sarapan aku dan kak Reza.

**
"Sarapan siap, ayo makan kak."

Kak Reza mengangguk lalu melangkah ke meja makan.

"Hari ini kak Reza sekolah kan? Mending pulang deh, keburu kesiangan nanti."

Kak Reza menggeleng. "Kamu gak sekolah, kakak juga gak sekolah."

"Gak boleh gitu kak."

"Kamu juga gak boleh gitu sayang."

Akhirnya aku diam, pasrah dengan jawaban kak Reza.

"Jalan yuk."

Aku menaikkan sebelah alisku.

"Kemana?" Tanyaku.

"Ke mana aja."

"Ya udah aku ganti."

**
Aku dan kak Reza sedang berada di dalam lift menuju lantai satu.

"Kamu kok selalu pake pakaian tertutup gitu sih?"

"Gak papa dong, malah bagus jadi gak ada yang liatin aku." Jawabku berbohong.

Kak Reza mendekat, mengunciku dengan kedua tangannya.

"Jujur sama kakak." Ucapnya mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Jantungku berdegup kencang.

"Eee, karena aku gak mau terlihat sama orang suruhan papah atau kak Kelvin."

Setelah itu kak Reza menjauh dariku.

"Perlahan juga akan ketauan, percuma kami terus lari." Ucapnya mendengus.

"Ya seenggaknya untuk sekarang enggak."

"Ya udahlah, terserah kamu." Jawabnya singkat.

Aku memeluk erat punggung kak Reza, kami sekarang berjalan menuju sesuatu tempat yang diinginkan kak Reza.

Ternyata aku diajak ke salah satu cafe, cafe itu terlihat sepi mungkin karena ini masih pagi dan cafe tersebut baru buka.

Aku melihat nama cafe tersebut, dan namanya unik "Love cafe". Aku terkekeh pelan melihat nama cafe tersebut.

Perlahan kami masuk, dan disetiap jalan terdapat bunga mawar bertebaran. Dan di kanan kiri terdapat pelayan yang setiap orang memegang satu tangkai bunga tulip.

"Ambilah."

Aku mengangguk, awalnya aku tidak curiga. Hanya heran, untuk apa mereka memberiku bunga tulip. Mungkin cafe ini baru buka makanya memberikan pelanggannya satu tangkai bunga, dan dikelilingnya dihias dengan bunga bunga.

Ketika Cinta Tak Harus MemilikiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang