Still Adore U

5.6K 686 48
                                    

Setiap orang pasti tidak mau berjalan di tengah matahari yang sedang terik-teriknya. Begitupula dengan lelaki berwajah emo yang tampak sedang mengerucutkan bibirnya itu. Sebut saja namanya Wonwoo. Kecuali di keadaan yang seperti sekarang ini. Ia sedang merajuk. Jadi dari pada ia harus satu mobil dengan kekasih hitamnya itu -kita sebut dengan Mingyu, ia lebih baik berjalan kaki menyusuri trotoar. Sedikit jual mahal ceritanya.

Dengan kaki yang menghentak-hentak dan sesekali menendang asal kerikil yang tak sengaja ia temui Wonwoo masih tetap berjalan. Setiap lima detik sekali ia menoleh kebelakang memastikan bahwa sang kekasih akan menyusulnya lalu memeluknya sambil meminta maaf. Tapi itu hanya angan-angan seorang Wonwoo. Kenyataannya sudah hampir lima menit ia berjalan tapi tak satupun ia mendengar seorang yang memanggil namanya dari arah belakang. Menemukan fakta itu Wonwoo semakin mengerucutkan bibirnya. Dari dalam saku ia keluarkan ponsel, menekan angka satu dilayar dan selanjutnya terdengar nada sambung. Pada detik ke tiga terdengar suara yang mengatakan 'Halo' dari seberang.

"Yak! Kenapa kau tidak mengejarku. Kau tidak tahu apa cuaca sangat panas? Kau benar-benar ingin mengabaikanku?"

Terdengar helaan napas dari seberang sebelum ia kembali bersuara. "Kan kau sendiri yang tidak mau aku susul, sayang."

"Kau fikir aku serius? Dasar tidak peka."

Dengan berakhirnya perkataan Wonwoo, berakhir pula lah sambungan telepon itu.

"Yang benar saja. Kenapa bisa aku memacari orang seperti dia?"

Dengan gerutuan yang tidak jelas Wonwoo memilih duduk di halte, melindungi diri dari sengatan sinar Matahari. Ia mengayun-ayunkan kakinya pelan khas anak berusia lima yang sedang merajuk dan terhenti ketika sepasang kaki tampak bertengger di dahadapannya -Wonwoo menunduk tadinya. Dan didetik berikutnya terasa tubuh Wonwoo tertarik kedapan dengan sepasang lengan yang merengkuhnya lembut. Ia tengah dipeluk.

"Kita pulang ya."

Dengan mudahnya Wonwoo mengangguk dua kali, mengiyakan. Mungkin Wonwoo sudah lelah dengan pura-pura jual mahalnya.

Hening. Selama diperjalanan tak ada terdengar satupun kata keluar dari sepasang anak adam yang ada disana. Mingyu sibuk dengan fokusnya berkendara dan Wonwoo hanya diam bersandar dan memandang keluar jendela yang sengaja ia buka. Sesekali terdengar gumaman yang berasal dari bibir mungil milik Wonwoo, ia sedang bernyanyi ternyata.

Mendengarnya membuat senyuman tipis terukir di bibir Mingyu. Setidaknya mood Wonwoo tidak terlalu buruk. Ia lalu mengambil sebelah tangan dan meletakkan di pipi tirus Wonwoo. Mengelusnya sepelan mungkin. Wonwoo yang terkejut dengan perlakuan Mingyu tiba-tiba langsung menyentak jari Mingyu yang bertengger di pipinya. Ia masih merajuk.

"Jangan cemberut terus sayang. Nanti manisnya hilang diambil kucing."

Melirik sebentar lalu Wonwoo kembali menatap keluar jendela dengan bibir mengerucut. "Biar saja. Aku tidak peduli."

"Kalau begitu nyanyi lagi saja. Sudah lama aku tidak mendengar suara nyanyian kesayanganku ini."

"Aku. Tidak. Mau."

Tiga kata penuh penekanan. Mingyu selanjutnya hanya terdiam dan menghela napas. Jika sedang merajuk Wonwoo sangat susah dibujuk. Bahkan dengan seember besar eskrim pun tidak akan mempan. Jadi yang Mingyu lakukan selanjutnya adalah memacu mobilnya lebih kencang agar cepat sampai di apatement mereka.

Tiga puluh menit di perjalanan akhirnya mereka sampai di lobi apartement. Mingyu membuka sabuk pengaman yang melilit tubuhnya lalu menatap kearah Wonwoo. Kekasihnya tertidur. Seketika senyuman kembali terukir di bibir Mingyu. Ia lalu keluar dan membuka pintu sebelah, memilih menggendong sang kekasih dari pada membangunkannya. Mingyu tau Wonwoo kelelahan setelah apa yang ia lalu hari ini dikampus.

Adore U [ BOOK 2 ]Where stories live. Discover now