Ending

6.3K 298 7
                                    

Hyejin kecewa...jelas ia berhak akan hal itu. Ia kecewa saat Jimin mengikuti kata-katanya untuk keluar. Tak tahu kah ia, bahwa Hyejin hanya ingin mengetes nya saja?

"Mengapa kau pergi? Apa kau benar-benar tidak menyukai ku sejak awal? Lalu apa arti semua ini Jimin?" Hyejin kembali menatap sendu foto pernikahan mereka yang tergantung di dinding kamar nya.

"Dasar sialan! Tak bertanggungjawab! Kau seharusnya  membujuk ku Jimin... dan aku akan memaafkan mu."

"Ishhh" Hyejin mengacak-acak rambut nya hingga sedikit kusut.

Dia sadar dia sudah menyukai pria bertubuh seksi itu. Dan sekarang sudah terlambat untuk mencoba untuk menghentikannya.

Di ambilnya ponsel yang sedari tadi ia anggurkan itu. Tak ada notifikasi apapun. Kenapa Jimin belum juga menghubungi nya?

Tokk tokk

"Hyejin-ah... makan malam dulu. Nenek sudah memasakkan makanan kesukaan mu." Hyejin segera bangkit dari kasurnya. Mungkin makan malam tak buruk juga. Dia mungkin bisa melupakan soal Jimin nanti.

.
.
.
.

"Kapan ayah akan mengambil barang-barang ku?" Meski masih marah dengan sang ayah, Hyejin berusaha untuk melupakan hal tersebut.  Ayah nya tak salah...hanya saja cara yang ia gunakan sedikit menyakitkan.

"Besok. Lagipula suami mu- maksudku Jimin sudah keluar dari rumah itu."

"Benarkah? Kapan?"

"Sesaat setelah kau menyuruhnya keluar. Dia bilang dia merasa bersalah jika terus-terusan berada di rumah itu." Hyejin menggigit sumpit nya. Dia berpikir jika Jimin memang benar-benar merasa bersalah, seharusnya pria itu bisa lebih bersungguh-sungguh untuk minta maaf pada nya. Bukannya malah lari seperti ini.

"Dia tak menanyai ku?" Ayahnya membalas dengan gelengan.

"Brengsek-"

"Hyejin!" Hyejin menghentikan kata-katanya saat sang nenek menegurnya.

"Kau mengharapkan ia menanyaimu? Lalu mengapa kau mengusirnya?"

"Aku kan sangat marah saat itu! Seharusnya dia berusaha lebih keras lagi nek!" Ujarnya bersungut-sungut.

"Tapi seperti nya dia benar-benar tak menyukaiku sama sekali..." lanjutnya lirih.

Sang ayah dan nenek nya hanya menghela nafas panjang. Mereka bersyukur karena Hyejin sudah kembali seperti dulu. Hyejin yang kasar dan polos mereka sudah kembali. Sudah hampir seminggu ini Hyejin murung dan menangis di kamarnya. Dan mereka lebih bersyukur lagi saat Hyejin sudah mulai bersikap lebih dewasa dengan memaafkan ayahnya.

"Ayah akan memberitahu Jimin nanti."

"Ayah... nek, ayah kembali mengganggu ku!" Neneknya hanya memutar bola matanya malas. Satu lagi perubahan dari Hyejin...ia menjadi sangat manja.

"Cepat habiskan makanan mu. Lalu pergi tidur. Kau harus mempersiapkan dirimu untuk tahun ajaran baru nanti."

Hyejin bahkan lupa jika seminggu lagi ia akan memulai masa kuliah nya. Kalian pasti terkejut... tapi berkat Jimin ia berhasil di terima oleh Universitas Ivy walaupun dengan hasil yang sangat standart.

"Itu masih satu minggu lagi nek...lagi pula ayah yang akan mempersiapkan segala kebutuhan ku." Hyejin menaik turunkan alis nya pada sang ayah.

"Baiklah...untuk anak ku, apapun akan kulakukan."
.
.
.
.
.
.
.

Setahun  kemudian.

Hyejin terlihat berjalan terburu-buru di koridor kampusnya. Tangan nya di penuhi oleh tumpukan kertas dan gulungan karton berwarna putih. Tujuannya hanya satu, yaitu ruang sang dosen yang berada di lantai 2.

Our Contract Marriage || End ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang