17. (masih) Gladi Resik

2.3K 372 8
                                    

Setelah 50 menit perjalanan menembus kemacetan kota Batu dan Malang, akhirnya aku sampe di sekolah buat acara gladi resik. Dan ternyata...











































Anak-anak belum ada yang dateng.

Ingin ngumpat sekebon binatang.

What the fuck?

Are you fucking kidding me?

Mas Alex udah ngebut dari hotel ke sekolah biar aku gak telat dan ternyata di sekolah belum ada yang dateng.

That's great!!!

Aku duduk di depan kelasku sendirian kayak anak ilang. Tau gitu aku nelat aja.

Anjirun.

"Ale? Ale IPA 4 bukan sih?" Tanya seorang cowok sambil setengah bungkuk.

Aku ndongak ke atas dan liat siapa yang ngomong.

Itu Christopher.

"Kamu ngapain disini?"

"Eh anu... Temenku belum ada yang dateng."

"Oh. Yaudah ke belakang aja yuk? Kali aja ada temenmu yang udah di lapangan."

"Yaudah yuk."

Aku sama Christopher jalan berdua ke lapangan belakang. Aku agak kesusahan jalannya karena pake high heels. Dengan bodohnya aku gak pinjem sepatu Mas Alex tadi. Eh gak juga ding. Tadi dia pake pantofel gitu. Ya kali aku udah cantik begini terus pake pantofel.

Aku lirikin Christopher dari tadi. Dia senyum-senyum sambil liatin aku.

Ini si kampret ngapain anjir?

Am I wrong?

Karena aku sebel dia liatin aku dengan tatapannya yang ngeledek gitu, akhirnya aku beraniin tanya ke dia.

"Kenapa liatin aku kayak gitu?"

"Ahh enggak. Cuma aneh aja. Kan perpisahannya besok, tapi kamu dandannya sekarang," jawab dia sambil masih senyum-senyum.

"Ahh ini... Aku habis dari acara keluarga. Karena takut telat jadi gak sempet pulang dan ganti baju?"

"Oh gitu... Well you're so pretty. Penampilan lo bikin pangling."

Ngardus ae terooosss...

Tiba-tiba Christopher ngulurin tangannya. Ya aku bingung lah. Maksudnya apaan. Dia mau bawain tas kecil aku, mau aku garukin tangannya yang gatel, atau gimana.

"Pegangan aja. Kasihan gue liat lo kayak gitu. Susah jalannya."

"Ahh gausah Christ, bisa kok."

" Beneran? Ya udah," aku sama Christopher melanjutkan langkah kami ke lapangan belakang.

Bener kata Christopher. Anak-anak ternyata ngumpulnya di belakang. Begitu masuk lapangan, aku diliatin anak-anak.

Ini ngapain anak-anak liatin aku elah...

Aku jalan nyamperin Ochi dan Putra yang lagi bercanda sama ketawa-ketawa gak jelas sama anak lainnya.


"Aku kira kalian belum dateng."


Semuanya berhenti ngobrol dan liatin aku. Si Putra malah melongo. Mulutnya nganga, dagunya hampir jatoh.


"Siapa ya, Mbak?" Tanya Ochi hati-hati.

"Mbak apaan. Kamu kenapa sih?" Aku duduk di samping Putra di tribun paling bawah.

Si Putra langsung geser ngejauh. "Mbak siapa deh?"

"Astaga kalian kenapa sih? Ini aku Ale."

"Bohong. Ale loh pake kacamata," kata Alfred.

Aku keluarin kacamata terus iket rambutku di belakang seperti style-ku waktu sekolah biasa. "Nah, udah percaya?"


Semuanya menganga kali ini. Heran. Aku salah ya dandan gini?


"Alig alig. Ini lo Le?" Putra pegang pipi aku.

"Iya. Dibilangin gak percaya. Perlu tes DNA?"

"Tapi ini kayak bukan lo." Alfred masih gak percaya.

"Terus kalau bukan Ale, gue kayak siapa?"

"Lo cantik gila! Kenapa gak ke sekolah kayak gini?" Kata Dika.

"Lisa, Dikanya bisa diiket dulu gak?" Ochi menginstruksi Lisa untuk mengurus pacarnya.

"Tapi beneran loh kamu cantik banget." Lisa bahkan mengacungkan dua jempolnya untukku.

"Apaan sih kalian? Biasa aja. Lagi pula masa iya ke sekolah mau dandan kayak gini? Gak pantes lah."

"Lo terlalu baik. Di saat semua cewek berlomba-lomba supaya terlihat cantik, lo malah pengen terlihat biasa aja." - Alfred.

"Le, jadi pacar gue mau gak?" - Putra.

"Enyah lo, Put!" Hardik Dika, Lisa, Alred, dan Ochi secara bersamaan.

●●●

Acara gladi resik akhirnya dimulai. Molor sekitar satu setengah jam karena beribu alasan yang dibuat oleh sebagian besar siswa di sekolahku. Ada yang katanya ketiduran, ada yang lupa, ada yang katanya masih nganterin ibunya ke pasar, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Selain siswa kelas XII, ada juga beberapa pengurus OSIS yang mendapat tugas dalam acara perpisahan ini serta beberapa guru yang mengawasi jalannya proses gladi resik. Yang paling penting di sini adalah adanya Jeffrey yang mengemban tugas sebagai ketua pelaksana acara perpisahan ini. Sekarang dia lagi latihan untuk ngasih sambutan. Cuma setengah aja katanya, biar surprise buat besok. Saat dia di atas podium sana, aku sempat lihat dia menatap ke arahku sambil senyum. Pipiku langsung memanas begitu lihat lesung pipinya yang gemes itu.

Pengen tak cemol pipine!

Setelah latihan sambutannya selesai, dia turun podium dan segera bergabung dengan teman-temannya yang berada di area sekitar panggung.  Tak lama kemudian, ada notifikasi LINE masuk di handphone-ku.

LINE

Jeffrey Christian
Knp harus dandan cantik?
Bikin gagal fokus aja deh

To be continuedー


[✔] TaruhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang