28. Tepat sasaran

8.3K 526 5
                                    

Author's Pov

Flashback

Setelah membalas pesan Gilang, Adam mengeluarkan chatnya dengan Gilang. Ia ingin tau Amanda mengobrol dengan siapa saja.

Pandangan Adam terfokus ke salah satu nama yang di pin, berada di bawah nama Adam yang selalu diatas. Penasaran, Adam pun membuka chat itu. Pertama ia memencet profilnya, nama aslinya Reza Wijaya yang di-rename Abangku oleh Amanda, lengkap dengan tanda lope lope.

Adam tidak tau siapa itu Reza, ia membaca chatnya, sangat romantis. Bentuk kepedulian Reza kepada Amanda. Adam hanya berfikir positif, mungkin saja itu kakak Amanda yang tinggal jauh dengan Amanda.

Yang menjadi perhatian Adam adalah waktu terakhir pesan yang dikirim oleh Amanda, 2 tahun yang lalu. Itu sangat lama, tak sempat berpikir, ruangan kamar mandi terbuka dan Adam langsung menyimpan ponsel Amanda.

☕️☕️☕️

Romeo tidak main-main dengan ucapannya. Sekarang, tepat pukul 6 sore ia berada di Gedung 3 memunggu kedatangan Gilang dengan penuh emosi.

Entah kenapa, semenjak orangtuanya cerai, ia menjadi gampang emosian, ia bahkan menjadi lebih liar sekarang. Alkohol dan rokok menjadi teman setia nya setiap malam.

Tepat dua hari yang lalu orangtuanya resmi bercerai, Romeo bahkan menghadiri persidangannya. Itu salah satu alasan ia belum bisa berkunjung menjenguk Adam.

Tadi setelah ia mengantarkan Naila pulang ia langsung mendatangi gedung ini. Ia masih memakai celana abu abunya dan kemeja nya ia ganti dengan kaos pendek berwarna hitam.

Entah apa tujuannya ia menyuruh Gilang untung bertemu disini, ia hanya ingin melampiaskan semua masalahnya tetapi tidak tau harus kepada siapa.

Romeo menyadari kehadiran Gilang disana "terahir kita berantem disini, saat lo ngehajar gue abis-abisan dan lo minta gue nyembunyiin rahasia lo tentang kematian Reza. Dan bodonya gue nurut sama psikopat kaya lo. Halo Gilang, pembunuh kakanya sahabat pacar gue, yang saat itu kakanya pacar lo sendiri" ucap Romeo tanpa membalikan badannya sedikitpun.

Gilang tersenyum "lo baru nyadar setelah 2 tahun semenjak kejadian itu. Cemen".

"Kemaren-kemaren bokap kita sama, gue masih terikat sama perjanjian Keluarga Erexion. Dan sekarang, nyokap kandung gue udah cerai sama bokap sialan lo itu. Gue bebas dari perjanjian keluarga lo, Nathaniel Gilang Erexion. Kita bukan sodara satu bokap lagi. And inget baik-baik, bilangin sama bokap lo, perempuan itu bukan boneka yang bisa dimainin terus ditinggalin seenak hati. Jangan cuma gara-gara duit, bokap lo seenaknya ngelakuin itu. Gue tau bokap lo minta cerai karena dia punya cewe lain, bukan karena nyokap gue sibuk kerja".

Gilang mengepal tangannya kuat, memang benar kemarin-kemarin dirinya satu ayah dengan Romeo. Tetapi Gilang tidak pernah sudi untuk tinggal bersama mereka. Dan juga, meski ayahnya seperti itu, Gilang tetap menyayanginya, bagaimanapun ia adalah ayah kandung satu-satunya.

Romeo membalikan tubuhnya dan pergi begitu saja dari Gilang.

Belum juga Romeo menampakkan kakinya untuk yang ke tiga kali, tangannya dicekal oleh Gilang, Romeo membalikan tubuhnya dan langsung disuguhkan dengan bogem mentah dari Gilang. Romeo yang tidak siap menerima itupun langsung tersungkur.

"Bangun lo brengsek. Bisa-bisanya lo ngejelekin bokap gue dan pergi gitu aja".

Ini yang Romeo tunggu-tunggu, ia sengaja memancing amarah Gilang agar Romeo bisa meluapkan emosinya kepada Gilang. Soal perceraian kedua orangtuanya, ia sudah tidak peduli.

Romeo bangun dari posisinya dan langsung menendang badan Gilang dengan cepat. Sekarang Gilang yang tersungkur di hadapan Romeo. Tanpa menunggu Gilang bangun, Romeo sudah memukul wajahnya beberapa kali. Bahkan sekarang hidung Gilang sudah mengeluarkan darah. Saat kesadaran Gilang sudah mulai pudar, Romeo menginjak badan Gilang dan mencengkram kerah baju Gilang "makasih udah mau masuk jebakan gue sebagai pelampiasan" lalu Romeo melepas kasar kerah Romeo dan berjalan santai pergi dari sana.

Saat Romeo keluar gedung, ia melihat Leon dan Rafael yang sedang menunggu di motornya masing-masing "masuk sono, dipanggil Gilang" ucapnya yang langsung dituruti oleh keduanya.

Romeo langsung menaiki mobilnya dan menjalankannya darisana.

Saat Leon dan Rafael memasuki gedung, mereka disuguhkan pemandangan Gilang tergeletak dengan noda darah di sekitaran wajah. Kesadarannya hampir hilang, Leon dan Rafael menghampirinya "Lang".

"Jangan laporin dia, dia bisa nuntut gue lebih" ucap Gilang yang disetujui oleh kedua temannya. Setelah itu Gilang dibantu berdiri dan dibawa ke klinik terdekat.

☕️☕️☕️

Romeo mengusap nisan dihadapannya, air matanya sudah mengalir deras menuju pipinya. Sepulang menghajar Gilang tadi Romeo langsung berkunjung ke pemakaman seseorang yang sangat dirindukannya. Ia tau ini sudah malam, tapi Romeo bukanlah cowok penakut jika harus datang ke pemakaman malam hari dan sendirian.

"Pah, Meo kangen".

"Kangen keluarga kita yang dulu Pah".

"Pah Meo cuma punya kakak sekarang, Mama kerja terus".

"Mama udah cerai, maafin Meo baru ngasih tau Papah".

"Maaf juga baru nengok Papah lagi".

"Papah yang tenang ya, cepetan jemput Meo Pah, Meo kangen".

"Meo pamit dulu ya Pah, kasian kakak di apartemen sendiri, Meo belum ngasih kabar".

Romeo meninggalkan makam sang papah, ia segea pulang karena Shafira pasti sudah menghawatirkannya. Handphonenya mati, jadi ia tak bisa memberi kabar.

Setelah sampai di depan pintu kamar apartemen milik kakaknya, Romeo mengetuk pintunya. Saat pintu itu di buka, Romeo langsung disambut dengan pelukan oleh Shafira.

"Jangan-jangan lagi ya Meo" Shafira menangis di dekapan Romeo.

Romeo heran, ia perlahan melepaskan pelukan Shafira. Romeo menghapus air mata kakaknya itu "kenapa kak?"

"Kakak nemuin botol alkohol sama bungkus rokok di kamar Romeo, banyak" Shafira kembali memeluk Romeo erat.

Romeo menghela napas berat, ia mengelus punggung Shafira lembut "cuma itu yang bikin Meo tenang".

"Kakak bisa bikin Meo tenang" Shafira mengeratkan pelukannya.

Romeo mengangguk-angguk "iya kak, maafin Meo".

••••

ps: selalu bingung nulis judul chapter:(

NOVIO (slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang