Chapter 1

2.1K 114 24
                                    

"Kau ini, lagi-lagi tidur di jam pelajaran Mrs. Emily. Kau tahu apa yang di bahasnya setelah kau beranjak dari kelas?" Celoteh Louis saat Mrs. Emily sudah keluar dari kelas dan aku sudah kembali ke tempat dudukku. Aku hanya mengangkat bahu tak mau tahu. "Dia menjelaskan dengan acuh, membuat kami semua semakin mengantuk, namun tak ada yang berani tertidur sepertimu. Kau ini benar-benar.."  

Louis tak melanjutkan kata-katanya saat aku memelototinya. "Apa?! Hah?!" Aku membentak Louis, "Sudah ku bilang, kan, aku tertidur tidak sadar. Aku tak tahu kapan aku benar-benar tertidur. Apa kau belum mengerti juga?!" Lanjutku. Louis masih diam tak berani menjawab kata-kataku.  

"Ok. Aku minta maaf Neyal." Akhirnya setelah beberapa menit setelah bentakanku mengalun kasar, Louis menanggapi kata-kataku juga. "Aku minta maaf ya." Ulangnya, saat aku diam tak menggubrisnya. Louis ini adalah sahabatku sejak di bangku Junior High School, yak kami sekolah di Prairie-Hills Junior High School. Rumahku dan rumah Louis pun berdekatan, sampai sekarang kami masih satu sekolah. Saat Louis tahu aku masuk ke Westering High School Port Elizabeth, Louis pun mendaftar disana. Betapa menyenangkannya bisa bersamanya terus. Aku selalu senang dengan mata biru Louis yang terang, meneduhkan, pikirku. Louis, selalu tak mau membuatku kecewa, dia selalu baik padaku. Dan kalian, panggil saja dia, Lou. 

"Kau tahu, Lou? Aku tadi bermimpi aneh." Kataku dengan dagu yang ku topang oleh tangan. Louis menatapku penasaran, dengan bola mata biru cerah yang membulat membesar, membuatku selalu ingin di tatapnya seperti itu, Ya Tuhan.. Dia menawan. "Aku terbang Lou." Ujarku setelah mencoba menahan debaran di hatiku. Entah, namun aku selalu begitu saat Louis menatapku seperti itu. walau dia, yap, sahabatku.  

"Hm?"  

"Kau tahu bukan? Ya.. Aku.." Aku tak mau melanjutkan kata-kata ku. Aku sedikit canggung mengucapkannya. Aku ngeri. Dan, Hey Lou! Apa yang kau pikirkan, kau kan tahu, kenapa kau diam saja. Kenapa tak mengerti juga. Oh God! Aku memekik dalam hati.  

"Aku mengerti. Sudahlah, tak usah kau pikirkan. Sudah, lupakan, ok?" Louis mengelus lembut kepalaku, aku bergidik mendapati sentuhan itu. Ya ampun, Lou. Lagi-lagi. Aku mengangguk sambil tersenyum masam.

***

{ GRESYON MICHAEL CHANCE POV }

Oklahoma, 04.45 pm

Aku melangkah menuju landasan besar yang di penuhi dengan pesawat-pesawat besar. Aku sudah cukup kagum dengan burung berlapis besi-besi itu, aku memang sangat kagum. Dan aku ingin suatu saat aku ada di tempat seseorang yang harus mengemudikan burung besi itu.  

"Greyson!" Aku mendengar suara lantang dari belakang. Aku menoleh lalu mendapati Tanner disana. Membawa koper besar dan tas ransel di punggungnya, tangannya di penuhi kresek-kresek besar yang aku pikir itu hadiah dad untuk aku, mom, dan Alexis, kakak kedua ku. 

"Hai my bro." Sapaku mencoba sopan pada Tanner, kakak laki-laki ku. Aku membantunya membawakan ransel dan sedikit kresek yang membuatnya kerisian. "Mobilmu ku pakai kali ini. Untuk menjemputmu." Jelasku.  

"Kau! Sudah ku bilang jangan berani-berani memakai mobilku!" Tanner memaki dengan wajah memerah. Ya ampun, orang ini. Apa maksudnya ia memarahiku di tengah banyak orang seperti ini. 

"Sudahlah ayo." Aku berjalan mendului Tanner yang masih kesal. Aku sendiri, aku tak mau ambil pusing tentangnya. "Kali ini, aku yang mengemudi." Lanjutku mencoba membuat amarah Tanner kembali memuncak. Benar saja, sekarang ia sudah berjalan kesal sambil menghentakkan kakinya, membuat gumpalan debu dari pasir yang ia injak.  

"Tidak bisa! Aku yang punya mobil, aku yang mengemudi!" Katanya dengan kasar. Oh ayolah Tanner, kau ini. Terlalu terbawa permainanku. Aku tak kuasa membuatnya lebih marah, akhirnya aku mengangguk.  

Aku dan Tanner sampai di rumah dengan wajah Tanner yang tak lagi marah. Setelah kembali menyentuh kemudi mobilnya, ia sangat senang. Seperti baru bertemu kekasihnya setelah lima tahun tak bertemu.  

Aku sempat kaget karena Tanner bilang dia mau membicarakan sesuatu untukku, sesuatu yang penting. Dan harus di bicarakan bersama mom, aku, dia dan Alexis. Aku tak tahu apa yang aku takutkan, namun aku benar-benar merasa ada yang tidak beres.  

"MOM!!!" Tanner mengetuk pintu dengan kasar sambil menjeritkan kata 'MOM'. Kakak ku ini kadang-kadang mengerikan, aku baru tahu kali ini. Aku diam saja di sampingnya, membiarkan Tanner melampiaskan kerinduannya pada mom dan Alexis mungkin. Lho! Dia seperti tak merindukanku. Sejak tadi, dia tak memelukku sama sekali. Hey Greyson, ayolah! Kau ini lelaki, mana mungkin, Tanner, seorang lelaki, walaupun kakakmu, mau dengan mudah memelukmu. Ya.. kau harus tahu itu.  

Pintu terbuka, dan mom langsung memeluk Tanner. Yayaya... masa melepas rindu, dan aku? Aku diam saja tak diapa-apakan oleh mom yang melihat ku juga di samping Tanner. Akhirnya, aku masuk saja duluan kedalam rumah.  

Udara di dalam rumahku, yang sangat khas, langsung menyambut hidungku yang terasa dingin karena udara luar. Alexis, melihatku lalu mendekatiku. Membukakan sarung tanganku lalu bertanya dengan air wajah datar, "Tanner sudah datang?" Aku hanya mengangguk walau benakku bertanya-tanya. Ada apa dengan Alexis dan Tanner? 

"Kau kedinginan?" Aku kembali mengangguk, "Sudahlah, cepat mandi. Setelah makan malam, Tanner ingin membicarakan sesuatu." Lanjutnya. Kata-kata Alexis membuatku tersentak, aku bingung bagaimana Alexis tahu tentang rencana itu, padahalkan ia belum juga bertemu dengan Tanner. Atau semuanya sudah tahu? Mom juga? Jadi hanya aku yang tak tahu?  

"Bagaimana kau tahu soal rencana itu?!" Aku mendesak. Alexis tak terlihat gugup atau terkejut dengan desakanku, ia malah tersenyum lalu mengelus lembut pucuk rambutku. OH ALEXIS COME ON! AKU SUDAH BESAR! Aku memekik dalam hati, aku tak berani membentaknya walaupun aku lelaki.  

"Hey, sejak kapan kau ingin tahu tentang semua urusan?" Ejek Alexis dengan senyumnya, ya yang kubilang senyumnya tak terlihat tersenyum senang. "Sudahlah, cepat kau mandi dan kembali ke ruang makan. Secepatnya. Kau dengar alien?" Lanjutnya. Aku tak mengelak, yang ku lakukan justru mengikuti apa yang ia minta. Aku menaiki tangga, memasuki kamar, lalu pergi mandi. Mempersiapkan diriku dengan apa yang akan di bahas nanti malam. Aku rasa aku mulai merinding.

***

to be continue...

Little London Girl (Greyson Chance Love Story)Where stories live. Discover now