Malkuth

477 69 0
                                    


September 2018

Aku melangkahkan kakiku menahan sakit menuju universitas tempat aku menempuh program sarjana strata satu. Mengenakan pakaian yang sangat tertutup meskipun suasana masih hangat di awal musim gugur.

Itulah mengapa beberapa orang melihatku dengan tatapan aneh selama perjalanan.

Aku hanya cuek, karena yang aku perdulikan sekarang adalah bagaimana bisa sampai tujuan tepat waktu sambil menahan sakit.

Kalian pasti bertanya-tanya bukan? Ini semua terjadi karena ayahku.

Ayahku tiba-tiba berubah menjadi kasar dan beringas padaku dan ibuku. Hampir setiap hari aku dan ibuku mengalami kekerasan fisik. Sampai-sampai aku dan ibuku terkadang tidak bisa bergerak karena rasa sakit yang tubuh kami terima.

Ayahku mulai seperti ini sejak satu tahun lalu, saat ia mengalami kendala pada pekerjaannya. Aku mencoba membantu dengan kerja sambilan, tapi ia malah bilang kalau pendapatan dari pekerjaanku sekarang masih kurang. Bahkan ia sempat menawarkanku pada teman-temannya.

Tentu saja aku melawan! Tapi yah, akibatnya aku harus diopname selama satu minggu.

Akhirnya setelah berjuang menahan sakit, sampailah aku di universitas yang aku maksud. Aku bertemu dan menyapa teman-temanku. Mereka tentu saja bertanya mengapa aku berpakaian setertutup ini. Aku jawab saja kalalu aku memiliki kulit yang sensitif.

Jam pertama yang aku miliki hari ini adalah jam Sugawara-sensei. Dosen berambut abu-abu dengan sebuah tahi lalat di bawah mata kirinya. Banyak mahasiswi yang bilang ia tampan. Aku pun salah satunya. Maksudku, aku tahu bagaimana dia, ermm... senseiku itu, saat SMA.

Sebelum kelulusannya dari Karasuno, perawakannya tidak seperti sekarang. Terakhir kali aku melihatnya, ia belum sedewasa dan setegas saat ini. Itupun aku melihatnya saat aku masih kelas satu, karena ketika aku kelas dua ia sudah lulus bukan?

Oh iya, sudah berapa tahun ya aku tidak bertemu dengannya? Saking lamanya aku bahkan tidak mengenali mantan senpaiku itu saat pertama kali bertemu sebagai mahasiswinya. Aku baru mengenalinya ketika ia memperkenalkan dirinya di depan kelas, sebagai dosenku.

Seperti yang aku bilang, penampilannya jauh lebih dewasa dan manly sekarang. Walaupun kau masih bisa melihat sisi keibuan yang dimilikinya. Ditanya terkejut atau tidak, tentu saja aku terkejut. Aku tidak menyangka bahwa senpaiku saat SMA kini menjadi senseiku di universitas. Padahal jarak kami hanya dua tahun.

Kalau dipikir-pikir, hal itu sudah bisa diperkirakan sih. Soalnya aku baru masuk kuliah diusiaku yang ke-20. Sugawara-san tergolong orang yang sangat cerdas. Bukan tidak mungkin ia bisa menjadi dosen diusianya yang masih muda.

Memberi materi kuliah sembari sesekali mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Aku memperhatikan penjelasannya sambil sesekali mencatat materi yang ia sampaikan. Terus terang saja, aku mengaguminya. Tidak kok. Perasaanku belum sampai pada sayang atau cinta. Hanya sekedar suka. Tapi kalau ada kesempatan, kenapa tidak?

Saat menulis, luka yang ada ditubuhku terkadang menyengat karena masih baru. Aku pun meringis kala merasakan sensasi yang sangat membuatku tidak nyaman. Teman sebangku menanyakan apa aku baik-baik saja. Aku jawab aku tidak apa-apa.

Jauh di dalam lubuk hatiku, betapa aku berharap bahwa aku benar-benar baik-baik saja.

Cepat atau lambat, aku dan ibuku tak akan bisa menahan beban yang kami tanggung lebih lama. Aku pikir dengan menyembunyikan lukaku, aku akan bebas dari perhatian orang lain.

Pernah beberapa kali aku berdoa kepada Tuhan meminta malaikat pelindung. Lucu memang. Tapi yang aku tidak tahu, Tuhan sudah mendatangkan malaikat itu untukku...

...dan dia dekat denganku saat ini.

--------------------------------

Alnilam

TBC

Trilogi Sabuk Orion #2 - AlnilamWhere stories live. Discover now