[03] Berusaha Melupakan

66.8K 5K 53
                                    

          Disinilah aku dan Syila. Didalam mobil orang yang baru beberapa menit lalu kami kenal, bukan tidak ingin menolak untuk ikut bersamanya, tetapi ini adalah keadaan darurat. Mungkin jika aku dan Syila menolaknya kami tidak akan pernah sampai tepat waktu dikampus.

        Tetapi aku merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan orang baik seperti dia. Dilihat dari pakaian dan penampilannya memang dia seperti orang yang sombong dan angkuh, tetapi penilaian ku ternyata salah.

        Itulah sebabnya mengapa kita tidak boleh menilai seseorang hanya dilihat dari luarnya saja. Yang terlihat baik belum tentu baik, dan yang terlihat jahat pun belun tentu jahat.

        Suasana cukup hening didalam mobil ini. Aku benar-benar merasa sangat canggung sekarang. Sementara Syila dengan asiknya berbicara dengan orang itu.

        "Pak, sekali lagi saya mau berterimakasih sudah membantu" kataku mulai berbicara menghilangkan rasa canggung

       Dia menoleh sejenak, lalu kembali mengalihkan pandangannya "Sama-sama, dan jangan panggil saya sebutan pak lagi, saya tidak setua itu" balasnya sambil terkekeh

        Aku tersenyum samar, memang wajahnya tidak terlihat seperti orang yang lebih tua dari ku mungkin hanya cara berpakaiannya membuat dia terlihat lebih dewasa.

         Tak lama kami sudah memasuki area kampus, dia memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Aku dan Syila turun terlebih dahulu lalu diikuti dengannya.

        "Silakan pak acaranya ada di aula sebelah sana" ucapku padanya

         Dia tersenyum, lalu berjalan lebih dulu meninggalkan aku dan Syila.

       "Alika ayo, kita harus cepet kesana" kata Syila seraya menarik tanganku

      Aku mengangguk berjalan mengikutinya.

****

      Alfi duduk gusar ditempat nya mencari keberadaan Gilang. Sahabatnya itu sudah berjanji akan datang ketempat ini. Masalahnya Alfi belum juga menemukan keberadaannya.

       Berulang kali ia memeriksa ponselnya berharap Gilang akan menghubunginya. Tetapi tak ada satu pun pesan maupun panggilan darinya.

      Alfi menghembuskan nafas gusar, lalu kembali fokus pada acara.

       Acara dimulai dengan sambutan dari beberapa orang penting disana. Disusul dengan acara-acara lainya. Alfi merasa sangat bosan duduk diam sendiri ditempatnya, tanpa ada satu pin orang yang bisa ia ajak bicara.

        Akhirnya Alfi memutuskan untuk pergi ke toilet sebentar, menghilangkan rasa bosannya.

      Selama Alfi berjalan, banyak beberapa mahasiswa yang terus menatapnya. Bukan tidak suka, tetapi Alfi sangat risih dilihat seperti itu.

        Alfi semakin mempercepat langkahnya. Tanpa sadar entah ia pergi kemana, karena memang Alfi tidak mengetahui dimana letak toiletnya.

         Bukan toilet yang ditemui Alfi, justru ia bertemu dengan Gilang yang sedang berjalan ke arahnya bersama Fira-istri Gilang.

        "Untung ente kesini Lang, Ane udah kaya orang ilang disini" ungkap Alfi sambil berkecak pinggang

       Gilang, dan Fira terkekeh "Sorry, ane tadi abis antar istri ketemu sepupunya" balas Gilang

      "Iya, Maaf ya Mas Alfi. jadi nunggu deh" Fira ikut menimpali

        "oke itu semua ngak penting sekarang, kalo gitu kita langsung balik ke acara aja" usul Alfi

      Gilang, dan Fira mengangguk. Mereka lalu kembali ke tempat acara mengikuti Alfi.

          Tiba-tiba langkah Alfi terhenti melihat seorang wanita yang berjalan begitu saja dihadapannya dengan seorang pria. Wanita itu yang tadi di tolongnya. Alika, ya itu namanya. Untung saja tadi di mobil mereka sempat berkenalan.

         "Alika..." panggil Alfi

    Alika yang sedang berjalan pun menoleh ke arah suara, lalu berjalan menghampiri Alfi "Iya pak ada apa?"  tanya Alika

        Gilang melirik Alfi bingung, kenapa dia bisa mengenal Alika? Begitu juga dengan Fira yang bingung.

         "Saya lupa bilang, orang yang benarkan motor teman kamu itu langsung dia antar kerumah teman kamu" katanya

        Alika tersenyum "Iya pak, Terimakasih sudah diberitahu"

       "Alika...kita lagi buru-buru" panggil laki-laki yang tadi bersama Alika

       "Iya sebentar"

       "Saya permisi dulu pak, Assalamualaikum" ucap Alika lalu berlalu begitu saja

        "Waalaikumsalam" balas Alfi

        "Ente kenapa ngak pernah bilang sama ane kenal Alika?" tanya Gilang

    Alfi mengerutkan dahi tak mengerti "Gimana mau bilang, kenal aja baru beberapa jam lalu" katanya

        "Kayanya ini semua jawaban Allah buat ente Fi" Ucap Gilang sebelum pergi menjauh meninggalkan Alfi di belakangnya

         Alfi semakin tak mengerti. Jawaban dari Allah apa yang dimaksud Gilang sebenarnya?

****
 
 

  Farhan benar-benar sudah gila, memanggilku tadi dihadapan pak Alfi seperti itu. Dia pikir dia siapa meminta ku untuk segera ikut bersamanya, dengan berpura-pura seperti orang sibuk.

       Ikut acara kegiatan ini saja dia tidak mengikutinya. Laki-laki itu telah membuatku sangat jengkel padanya hari ini. Tadi saja saat aku dan Syila baru datang dia langsung menanyakan siapa laki-laki yang bersamaku dan Syila.

      Apa peduli dan urusannya jika aku pergi dengan orang lain, selain dirinya? Makanan dihadapan ku membuatku tak berselera jika mengingatnya.

        "Kenapa Alika?" tanya Syila yang duduk disampingku

        Aku menoleh dengan senyuman terpaksa "Ngak apa-apa Syila, cuma lagi cape aja" kataku

        "Oh iya Alika, pak Alfi itu udah ganteng, baik pula, beruntung banget nanti istrinya punya suami kaya dia" Syila terlihat seperti orang yang sedang berkhayal sekarang

        Aku terkekeh "Kamu suka sama dia La?" tanyaku

     Syila tersedak minumannya "Ya enggaklah Ka, Aku cuma kagum aja sama dia" balasnya "Kalo kamu suka sama dia Ka?" tanya Syila

      Spontan aku menoleh, dengan mata membulat. Bicara apa Syila itu? Tidak mungkin aku menyukai laki-laki yang baru beberapa jam lalu aku kenal itu. Bahkan persaanku ini masih sama untuk dia.

       Hanya saja ada sedikit yang mulai memudar, tetapi entah sedikit itu seperti apa?

        "Itu ngak mungkin La, jangan suka sembarangan ah kalo ngomong"

         Aku sendiri masih takut untuk jatuh kedalam lubang yang sama, dengan mencintai laki-laki yang haram bagiku.
 
      Sekarang yang bisa ku lakukan hanyalah menunggu. Menunggu seseorang yang akan Allah kirimkan padaku. Yang entah itu kapan. Tetapi aku yakin, rencanya pasti lebih indah dari apa yang ku bayangkan.

     Setiap awal pasti akan ada akhirnya, Setiap kesedihan pasti ada kebahagian. Hanya saja kita jangan menyerah untuk menanti akhir dan kebahagiaan itu.

       Seperti aku yang terus berusah mengakhiri perasaan ini.
.
.
.
.
.
Masih mau lanjut?

      

  

       

AlikaWhere stories live. Discover now