Part Eighteen

6.7K 448 13
                                    

Banyak Typo dimana-mana jadi jangan protes ya. Hehe
Happy reading yaaa guys 😘

Layra baru saja selesai mandi di kamar mandi yang ada di ruang rawat Gio.

Pagi ini ia merasa sangat lapar. Mungkin karena selama menjaga Gio makannya jadi tidak teratur, sering tidak mood makan.

Layra mendekat kearah Gio dan mengelus kepala Gio lembut. "Selamat pagi Gio. Kapan kamu akan bangun? Aku merindukanmu. Kamu tidur terlalu nyenyak."

Ia menghela nafas pelan ketika sama sekali tak ada respon dari tubuh Gio. Lalu Layra meghapus air mata yang keluar tanpa permisi.

"Ahh seharusnya aku tidak menangis. Aku harus kuat. Gio, aku akan ke kantin rumah sakit sebentar ya." Ucap Layra seakan-akan Gio dapat mendengarnya.

Layra akhirnya keluar untuk pergi ke kantin rumah sakit. Ia butuh makan sekarang. Mungkin juga bobotnya sudah agak berkurang, ya walaupun ia masih tampak gendut. Meski tak banyak namun ia merasa tubuhnya lebih ringan dari biasanya.

Ketika ia melangkahkan kakinya menuju kantin, ia merasa seperti ada yang mengikutinya. Layra berulang kali berhenti untuk melihat situasi sekitar, namun tidak ada yang mencurigakan. Akhirnya Layra tidak memedulikan itu lagi. Mungkin saja itu hanya perasaan paranoid.

Setelah memesan makanan, Layra langsung saja duduk di tempat yang sudah di sediakan.

Sambil menunggu pesanannya datang, Layra hanya berdiam diri sambil memandangi orang-orang yang sedang berlalu lalang ataupun juga sedang makan. Ia sendirian, jadi tak ada yang bisa ia ajak untuk mengobrol. Ia juga tak tau ponselnya dimana. Mungkin hilang, entahlah ia benar-benar lupa akan keberadaan ponselnya.

Mengingat-ingat tentang ponsel membuat Layra jadi terpikir sesuatu. Selama ia menjaga Gio ia tak pernah sekalipun menghubungi Alfa. Alfa pernah beberapa kali menemuinya dirumah sakit untuk meminta dirinya pulang ke apartemen namun selalu mendapat tolakan darinya. Kini ia merasa bersalah. Pasti Alfa merasa sakit hati. Ia ingin sekali menemui pria itu namun keadaan Gio membuatnya tak mampu meninggalkan rumah sakit. Rasa bersalahnya pada Gio juga sangat besar maka dari itu ia merasa sangat jahat apabila meninggalkan Gio dalam keadaan seperti ini.

Layra sadar betul bahwa ia selalu menyakiti dua orang pria yang sangat berharga di hidupnya. Gio sahabatnya dan Alfa kekasihnya.

Mungkin nanti malam ia akan pergi ke Penthouse Alfa. Ia akan meminta tolong pada ibu Gio untuk menjaga Gio. Ini semua ia lakukan untuk menjaga hubungannya dengan Alfa yang ia rasa mulai merenggang. Ia juga sudah sangat merindukan Alfa begitu banyak. Ia merindukan pelukan pria yang sangat dicintainya itu.

•••

Hari ini Alfa memilih tidak datang ke kantor. Ia masih merasa agak pusing akibat mabuk semalam.

Suasana hatinya juga sedang buruk. Jadi ia rasa, tetap di penthouse adalah pilihan yang tepat.

Di dalam penthouse pun, Alfa tidak melakukan kegiatan apapun. Hanya berbaring di kasurnya sambil memandangi atap-atap langit kamarnya. Ia memendam rindu kepada Layra. Tapi entah wanita itu juga merindukannya atau tidak. Alfa tertawa menyedihkan karena memikirkan Layra yang selalu saja bersama Gio. Pria pertama wanitanya. "Kau memang menyedihkan Alfa. Saat kau sudah jatuh cinta terlalu dalam namun kau juga harus merasakan sakit yang begitu menusuk." Ucapnya pada dirinya sendiri.

Alfa memejamkan matanya namun selalu saja wajah Layra muncul dan muncul pada pikirannya. Ia merasa bisa gila jika seperti ini. Apakah mungkin ia harus mengakhiri hubungannya dengan Layra? Dan membiarkan Layra kembali pada Gio. Sebenarnya Alfa merasa itu bisa saja menjadi tindakan yang tepat, namun hatinya tak ingin melepaskan Layra.

Lovely FattyWhere stories live. Discover now